Dolar menguat di awal sesi Asia ketika pasar amati data ekonomi China

dollar as menguat di asia dipicu perkiraan the fed yang tetap hawkish 0 SCORE.CO.ID

Score – Dolar AS berada pada posisi terdepan di awal sesi Asia pada Jumat pagi, mempertahankan kenaikan semalam terhadap mata uang lainnya setelah data ekonomi AS yang kuat dan kenaikan suku bunga ECB (Bank Sentral Eropa), dengan perhatian pedagang dengan hati-hati beralih ke banjir data ekonomi dari China.

Penjualan ritel AS mendapat dorongan dari kenaikan harga bensin, meningkat 0,6 persen pada Agustus dibandingkan perkiraan kenaikan 0,2 persen, sementara pelaku pasar bereaksi terhadap kenaikan suku bunga Bank Sentral Eropa sebesar 25 basis poin.

Indeks dolar AS terakhir berada di 105,380, mendekati puncak enam bulan pada Kamis (14/9/2023) di 105,430.

Euro tetap mendekati level terendah multibulan pada Kamis (14/9/2023) di 1,0632 dolar.

“Tampaknya pasar telah mengkarakterisasi kenaikan ECB sebesar 25 basis poin kemarin sebagai kenaikan dovish…yang telah menyebabkan euro dan imbal hasil Eropa anjlok,” analis di Mizuho Bank mengatakan dalam sebuah catatan.

Fokus pasar kini beralih ke data ekonomi China di pagi hari Asia, termasuk penjualan ritel dan pertumbuhan investasi, membuat para pedagang tetap waspada terhadap tanda-tanda perlambatan lebih lanjut di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut.

“Data hari ini akan menjadi sangat penting,” kata Rodrigo Catril, ahli strategi valas senior di National Bank of Australia.

Yuan di luar negeri turun tipis terhadap dolar menjadi 7,2918 menjelang data tersebut dirilis.

Yuan melemah pada Kamis (14/9/2023) setelah bank sentral China (PBoC) mengumumkan bahwa mereka akan memotong rasio persyaratan cadangan bank sebesar 25 basis poin.

Meskipun PBoC telah memberikan stimulus “sedikit demi sedikit”, dukungan yang akan meningkatkan kepercayaan konsumen masih kurang, kata Catril.

“Dalam hal ini berarti bahwa setiap kekecewaan yang muncul pada data hari ini, kemungkinan besar kita akan melihat yuan China berada di bawah tekanan,” dengan risiko terhadap Aussie dan Kiwi juga, katanya.

Exit mobile version