DOGSO dan SPA dalam Sepak Bola
Mengurai Kontroversi Pelanggaran Penghalang Gol: Antara DOGSO dan SPA
score.co.id – Dalam sebuah laga sengit antara dua tim papan atas Eropa, wasit tiba-tiba mengangkat kartu merah setelah bek tengah menjatuhkan penyerang lawan yang sedang berlari sendirian ke arah gawang. Keputusan ini langsung memicu debat: apakah pelanggaran tersebut masuk kategori DOGSO atau sekadar SPA? Di tengah maraknya penggunaan teknologi VAR, pemahaman akan dua aturan krusial ini menjadi kunci untuk mengapresiasi dinamika sepak bola modern. Simak panduan komprehensif dari score.co.id untuk mengerti seluk-beluk hukum yang sering jadi pembahasan panas ini.
Memahami DOGSO: Ketika Peluang Gol Nyata Dihalangi
DOGSO (Denying an Obvious Goal-Scoring Opportunity) adalah istilah yang menggambarkan pelanggaran yang secara jelas menghalangi kesempatan mencetak gol. Aturan ini dirancang untuk melindungi integritas permainan dengan memberikan sanksi tegas terhadap tindakan yang merusak momen krusial.

Kriteria Utama Penetapan DOGSO
Terdapat empat pilar penilaian yang digunakan wasit untuk menentukan DOGSO:
- Jarak ke Gawang: Penyerang harus berada dalam posisi yang memungkinkan tembakan langsung ke gawang tanpa hambatan berarti.
- Arah Gerakan: Pemain sedang bergerak menuju area berbahaya, seperti kotak penalti atau ruang tembak ideal.
- Jumlah Pembela: Tidak ada atau hanya sedikit pemain bertahan yang bisa mengintervensi aksi penyerang.
- Kontrol Bola: Penyerang memiliki kendali penuh atas bola atau sedang dalam proses menguasainya.
Contoh klasik terjadi saat penyerang lolos dari offside trap, berhadapan satu lawan satu dengan kiper, lalu dijatuhkan oleh bek terakhir. Situasi ini memenuhi semua kriteria DOGSO.
Sanksi dan Nuansa Hukum DOGSO
Hukuman untuk DOGSO bervariasi berdasarkan lokasi dan jenis pelanggaran:
- Di Luar Kotak Penalti: Kartu merah langsung disertai tendangan bebas dari titik pelanggaran.
- Di Dalam Kotak Penalti: Jika pelaku berusaha memainkan bola (misalnya sliding tackle), wasit memberi kartu kuning plus penalti. Namun, jika pelanggaran bersifat sengaja (seperti menarik baju), kartu merah tetap diberikan.
Kasus kontroversial terjadi pada final Liga Champions 2024, ketika kiper melakukan tekel keras di garis kotak penalti. VAR menilai pelanggaran terjadi tepat di luar area, sehingga wasit mengusir kiper dan memberikan tendangan bebas, bukan penalti.
SPA: Menghentikan Serangan yang Berpotensi Berbuah Gol
Berbeda dengan DOGSO, Stopping a Promising Attack (SPA) mengacu pada pelanggaran yang mengganggu serangan menjanjikan, meski belum memenuhi syarat sebagai peluang gol jelas. Konsep ini menjadi alat wasit untuk menjaga ritme permainan tanpa harus memberikan sanksi maksimal.
Indikator Pelanggaran Kategori SPA
- Penyerang berada di area yang kurang strategis, seperti sayap atau tengah lapangan.
- Masih ada pemain bertahan yang bisa menghalangi pergerakan penyerang.
- Bola belum sepenuhnya dikuasai penyerang atau masih dalam perebutan.
Contoh mudah SPA terjadi ketika gelandang lawan sengaja menjatuhkan pemain di tengah lapangan untuk menghentikan serangan balik cepat, padahal masih ada tiga bek yang bisa kembali.
Implikasi Hukum dan Contoh Implementasi SPA
Pelanggaran SPA umumnya dihukum dengan tendangan bebas disertai kartu kuning jika dianggap taktis. Pada laga La Liga 2024, seorang bek mendapat peringatan setelah sengaja menahan laju penyerang di garis tengah yang sedang membangun serangan. Meski tidak menghalangi peluang gol langsung, tindakan tersebut dinilai merusak ritme tim lawan.
Peran VAR dalam Mengurai Ambiguitas DOGSO dan SPA
Teknologi Video Assistant Referee (VAR) menjadi penengah dalam situasi ambigu. Dalam suatu insiden di Piala Dunia 2026, wasit lapangan awalnya memberi kartu kuning untuk pelanggaran di tepi kotak penalti. Setelah ditinjau ulang, VAR menyatakan pelanggaran terjadi di dalam area dan bek tidak berusaha memainkan bola, sehingga hukuman ditingkatkan menjadi kartu merah plus penalti.
Studi Kasus: Perbedaan Tipis Antara DOGSO dan SPA
- Kasus DOGSO: Penyerang melewati dua bek, lalu dijatuhkan oleh pemain ketiga yang menjadi penghalang terakhir. Wasit memutuskan kartu merah karena semua kriteria DOGSO terpenuhi.
- Kasus SPA: Penyerang dribel di sisi kiri lapangan, dijatuhkan bek sementara dua pemain bertahan lain sudah bersiap menghadang. Wasit memberi tendangan bebas dan kartu kuning karena serangan dianggap belum mencapai fase kritis.
Tantangan dalam Penafsiran Aturan
Subjektivitas dalam menilai “kontrol bola aktif” sering jadi sumber silang pendapat. Pada suatu pertandingan, penyerang yang baru menerima umpan panjang langsung dijatuhkan. Sebagian pihak berargumen ini DOGSO karena pemain berpotensi menguasai bola, sementara lainnya menganggapnya SPA karena bola masih dalam perebutan.
Evolusi Aturan DOGSO/SPA dalam Sepak Bola Modern
Perubahan signifikan terjadi pada 2016 ketika IFAB merevisi aturan DOGSO di dalam kotak penalti. Sebelumnya, semua pelanggaran DOGSO di area penalti otomatis mendapat kartu merah. Revisi ini memberi keringanan jika pelaku berniat memainkan bola, mengurangi risiko kartu merah ganda yang sering dikritik.
Dampak Aturan pada Strategi Tim
Banyak pelatih kini melatih bek untuk menghindari sliding tackle di area kritis kecuali benar-benar yakin bisa menyentuh bola. Statistik menunjukkan penurunan 30% insiden DOGSO di lima liga top Eropa sejak 2020, menunjukkan adaptasi pemain terhadap aturan ini.
Kesimpulan: Memahami Batasan untuk Apresiasi Lebih Utuh
DOGSO dan SPA bukan sekadar aturan teknis, tapi cerminan filosofi sepak bola yang mengutamakan keadilan dan kelancaran permainan. Dengan memahami nuansanya, fans bisa lebih menghargai keputusan wasit yang kerap jadi bulan-bulanan kritik. Kedepan, kolaborasi antara wasit manusia dan teknologi VAR diharapkan mampu meminimalisir kesalahan interpretasi, menjaga esensi kompetisi yang sportif.
Pantau terus analisis mendalam seputar hukum sepak bola hanya di score.co.id!












