SCORE.CO.ID – Tak ada angin dan tak ada hujan, analisa dan pengamat politik yaitu Bung Towel salahkan Prabowo soal Indonesia kebobolan 6 gol tanpa balas.
Bung Towel mempunyai dua analisa atas kekalahan yang dialami Timnas Indonesia dari skuad Samurai Biru. Jawaban yang diberikannya pun menarik perhatian.
Analisa pertama kekalahan memalukan Timnas Indonesia dibobol setengah lusin karena keberatan ‘jam tangan Rolex’.
“Ini analisa yang bercanda apa yang serius, kalau yang becandanya dulu ini kalah karena keberatan Rolex. biar tetap membumi,” kata Bung Towel dilansir TribunJakarta dalam tayangan Program Catatan Demokrasi TVOne, Kamis (25/6/2025).
Kendati hanya becanda, pernyataan yang diungkapkan Bung Towel sejalan dengan sikap suporter yang tak setuju dengan adanya hadiah mewah dari Prabowo.
Diketahui, seluruh pemain Timnas Indonesia baru saja mendapatkan hadiah jam tangan Rolex dari Prabowo Subianto.
Hadiah tersebut diberikan setelah Timnas Indonesia berhasil mengalahkan China pada laga sebelumnya.
Sementara itu, analisa serius Bung Towel terkait Timnas Indonesia bisa kalah dari Jepang karena perbedaan kelas.
Menurutnya, Jepang yang kini menempati posisi 15 peringkat FIFA menjadi jawabannya.
Sedangkan Indonesia masih berada di urutan 116 peringkat FIFA.Hal lain yang disorot Bung Towel karena Jepang sudah mempunyai filosofi dan juga pakem bermain yang oke.
Sistem yang sudah terstruktur membuat mereka bisa semakin kuat hingga saat ini.
“Kalau yang serius, memang kita kalah kelas. Menyangka ga kalah 6? tentu tidak. Saya berpikir paling kalah 2 kebobolan, jadi kalau kalah kepikiran ga sampai 6,” ujar Bung Towel menambahkan.
“Inilah kebenaran sepak bola yang tidak terbantahkan. Jepang bisa sampai di kelas ini karena proses panjang yang bisa mereka lalui,” katanya.
Bung Towel menambahkan, Jepang sudah membangun sepak bola dengan baik sehingga tim nasionalnya bisa kuat.
“Kebenaran sepak bola tidak terbantahkan. Mereka bermain dengan Jepang Way-nya yang sudah mereka temukan,” ujar Bung Towel.
“Kebenaran sepak bola tidak terbantahkan, mereka bermain dengan filosofi dan identitas. Semodern apapun Jepang, mereka selalu punya identitas. Kita perlu punya identitas dan karakter. Kita perlu itu,” tutupnya.












