Score – Momen menegangkan yang dia alami bersama pembalap Italia itu dan bagaimana waktu dia menjadi ucati mengubah hubungan di antara mereka.
Stoner menyatakan bahwa tunggangannya saat itu adalah motor yang rumit.
Dia mengingat bagaimana saat Rossi menjadi pembalap Ducati berhasil mengubah konsepsi mereka terhadap merek Australia dan karyanya dengan orang-orang di Borgo Panigale.
Stoner juga mengenang beberapa momen menegangkan, seperti saat terjadi overtake pada Corkscrew (tikungan berbahaya) di Laguna Seca.
Mantan pebalap itu membuat perbandingan terkait dua gelar juara dunia MotoGP yang diraihnya.
“Kedua (gelar) sebenarnya tidak terlalu sulit karena kami sudah menjadi juara dengan empat balapan tersisa. Jadi mereka tidak seburuk itu,” kata Stoner dilansir dari MotoSan.
“Pada 2007 saya harus melampaui zona nyaman saya karena kami memiliki keunggulan yaitu kecepatan tertinggi.”
“Ketika kami melihat hasil dari Ducati lainnya, itu bukanlah motor yang mudah untuk dikendarai. Namun karena saya unggul, semua orang bilang saya punya keuntungan besar,” tutur pria asal Australia itu.
Stoner pun harus menghadapi banyak kritik.
“Tidak diragukan lagi, ini adalah tahun tersulit bagi saya. Juga karena saya mendapat banyak tekanan,” aku Stoner.
“Saya bukan pemula, ini adalah tahun kedua saya, pertama kalinya saya berada di tim pabrikan. Tekanan dari semua orang di pabrik. Dan kemudian tentu saja saya mendapat banyak kritik karena melawan Valentino (Rossi),” ujar Stoner.
“Saya kecewa dengan Rossi karena masuk garasi dengan helm.”
Empat tahun kemudian, Stoner menjadi juara dunia saat sudah menjadi pembalap Honda.
“Pada 2011 juga sulit, tetapi karena alasan yang berbeda. Ketika saya kehilangan semua poin di Jerez, saya pikir saya tidak bisa membuat kesalahan lagi,” kata Stoner.
“Jadi memang menegangkan, tetapi motornya jauh lebih nyaman untuk dikendarai. Jauh lebih mudah untuk bekerja di lingkungan ini.”
“Dan kemudian saya bisa benar-benar menikmati balapannya daripada terlalu memikirkan hasilnya, itu adalah cara yang sangat bagus untuk memenangkan kejuaraan.”
Pada GP Spanyol di Sirkuit Jerez, terjadi bentrokan antara Rossi dan Stoner. Saat itu, Stoner menngucapkan hal yang masih terkenal hingga sekarang.
“Ambisi Anda telah melampaui bakat Anda. Itu hanya sesaat. Saya sedikit kecewa dengan Valentino karena masuk ke dalam garasi dengan helm,” ujar Stoner.
“Kesalahan memang terjadi, tetpi sangat jelas dia mengalami masa sulit bersama Ducati.”
“Jadi momen pertama yang dia punya untuk mendapatkan kembali harga dirinya, dia mengambil kesempatan itu, tetapi dia membuat kesalahan besar,” katanya.
Momen ketegangan besar lainnya antara sang Juara terjadi di Laguna Seca, dengan aksi menyalip Rossi yang kontroversial di tikungan Corkscrew.
“Dia berada di luar aturan. Kami memiliki peraturan untuk alasan tersebut di kejuaraan motor. Sekarang mereka telah membuat garis hijau dan itu hampir konyol,” ucap Stoner.
“Namun, masih sangat jelas bahwa jika Anda keluar jalur untuk mendapatkan keuntungan, Anda harus kehilangan posisi, dan dia tidak melakukan itu. Bagi saya itu mungkin bagian terpenting dalam karier saya,” kata Stoner.
“Setelah dua tahun bersama Ducati, Rossi mengubah pendapatnya tentang saya.”
Mantan pembalap itu mengingatnya sebagai pelajaran penting.
“Saat ini terjadi pada 2008, saya masih sangat muda di kejuaraan dan mempelajari sesuatu yang sangat penting dalam waktu singkat merupakan hadiah yang sangat luar biasa bagi saya,” tutur Stoner.
“Jadi pada tahun-tahun berikutnya, kami memastikan bahwa kami tidak akan melakukan kesalahan seperti ini lagi. Kami lalu memahami kemampuan pembalap lain. Ini memberi saya pola pikir berbeda.”
“Pola pikir yang lebih kuat, tentang bagaimana memahami apa yang dipikirkan orang lain dan apa yang mereka rencanakan serta bagaimana menangani situasi tersebut.”
“Ini memberi saya dorongan besar untuk tahun-tahun berikutnya. Dan saya merasa sangat bersyukur karenanya.”
Kedatangan Rossi di Ducati cukup menimbulkan kontroversi di antara kedua pembalap tersebut.
“Valentino dan juga kepala mekaniknya. Jeremy Burgess, berbicara sangat negatif tentang saya dan mekanik saya serta tim,” ujar pria 38 tahun itu.
“Pada dasarnya mengatakan bahwa kami tidak tahu apa yang kami lakukan dan mereka akan memperbaiki motornya tanpa masalah. Jadi saya sangat tersinggung dengan tim saya.”
“Saya tidak suka jika seseorang menyerang keluarga saya, mekanik saya, teknisi saya, dan semua teman Ducati saya. Ini menyerang keluarga saya, jadi saya tidak menyukainya,” aku Stoner.
Setelah dua musim Rossi menderita di rumah Borgo Panigale, tampaknya situasi antara pembalap Italia itu dan Stoner sudah melunak.
“Setelah beberapa tahun, mungkin pendapatnya tentang saya sedikit berubah. Apalagi, setelah membalap bersama Ducati selama dua tahun. Dia tidak dapat memahami betapa sulitnya ketika saya berada di sana.”
“Tentu saja, seiring bertambahnya usia, sudut pandangnya sangat berbeda. Saya sangat bahagia untuknya, untuk kehidupan keluarganya dan untuk tim yang ia ciptakan,” kata Stoner.
“Dia telah melakukan pekerjaannya dengan baik dan sekarang dia berada dalam momen bahagia dalam hidupnya,” ucap Stoner.