Score – Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan industrialisasi dan hilirisasi industri menjadi modal utama dalam mencapai Indonesia Emas 2045.
“Industrialisasi dan penguatan hilirisasi industri menjadi modal utama bagi pemerintah untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 agar Indonesia dapat menjadi negara berpendapatan tinggi,” ujar Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti di Jakarta, Minggu.
Amalia mengatakan, dalam rangka menyongsong visi Indonesia Emas 2045 sebagaimana yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2024-2045, Pemerintah Indonesia berfokus dalam pengembangan sejumlah sektor, diantaranya adalah industrialisasi dan hilirisasi industri.
Pemerintah mendorong transformasi ekonomi melalui beberapa strategi, yakni mencakup peningkatan inovasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan produktivitas, pengembangan ekonomi hijau, dan integrasi ekonomi domestik dengan kebutuhan global, serta pengembangan kawasan kota baru sebagai pusat pertumbuhan ekonomi.
“Saya yakin dengan cara-cara baru ini akan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 20 tahun ke depan,” kata Amalia.
Berdasarkan data BPS, laporan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2023 tumbuh 4,94 persen, lebih rendah dibandingkan kuartal II-2023 yaitu sebesar 5,17 persen.
Meskipun demikian, kata Amalia, pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai cukup positif di tengah gempuran ketidakpastian global akibat krisis geopolitik, mulai dari konflik Ukraina-Rusia yang belum juga reda hingga konflik Israel-Palestina.
Dia menekankan, berkat manajemen makro ekonomi yang cukup solid, pemerintah mampu menjaga pertumbuhan ekonomi di kisaran lima persen dan laju inflasi yang cukup rendah.
“Soliditas ekonomi kita menjadi modal besar untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik lagi di tahun depan, tentunya dengan serta menjaga iklim investasi yang kondusif bagi para investor, ” ujarnya.
Sementara itu, Staf Khusus Menteri Koordinator bidang Perekonomian Reza Yamora Siregar menggarisbawahi, menjelang pemilihan umum, Pemerintah Indonesia menjamin kondusifitas iklim investasi, sembari mencontohkan proyek infrastruktur dan pertambangan yang umumnya berjalan multi-year.
“Seperti proyek Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), walau sudah operasional, kita tetap harus pikir Return of Investment (ROI), bahkan profitnya. Oleh karena itu, sekarang kita sedang mempertimbangkan (rutenya) lanjut ke Surabaya. Jadi siapapun presidennya nanti, harus menghormati ini,” ujar Reza.