Strategi Transfer Persib 2026
score.co.id – Bayangkan sebuah klub juara bertahan yang tidak sekadar berpuas diri, tetapi justru merombak skuadnya untuk mengejar dominasi yang lebih besar. Ambisi itulah yang sedang dijalankan Persib Bandung. Usai mengangkat trofi BRI Liga 1 2024/2025, Maung Bandung justru semakin agresif di meja transfer, dengan satu strategi yang menonjol: memprioritaskan pemain naturalisasi Timnas Indonesia untuk paruh kedua musim 2025/2026. Di balik hiruk-pikuk rumor, terdapat kalkulasi taktis, pemahaman regulasi yang cermat, dan sebuah visi untuk bersaing di dua front—mempertahankan tahta domestik sekaligus membuat sejarah di AFC Champions League Two.
Latar Belakang: Ambisi Besar Pasca Gelar Juara
Kemenangan di BRI Liga 1 bukanlah garis akhir, melainkan titik awal baru bagi manajemen Persib. Gelar juara justru membuka lebih banyak peluang sekaligus tuntutan, terutama dengan lolosnya tim ke babak 16 besar AFC Champions League Two 2025/2026. Kompetisi Asia menghadirkan level persaingan, intensitas, dan kebutuhan taktis yang berbeda. Untuk itu, bursa transfer paruh musim (Januari 2026) dipandang sebagai momen krusial untuk melakukan penyempurnaan skuad.
Persib telah bergerak cepat dengan melepas sejumlah pemain, seperti William Marcilio, yang secara taktis membuka “slot” baik secara finansial maupun dalam skema permainan. Gerakan ini adalah sinyal bahwa perubahan yang dilakukan bukanlah tambal sulam, melainkan bagian dari perencanaan jangka panjang yang matang. Fokusnya adalah membangun tim yang tidak hanya kuat untuk Liga 1, tetapi juga tangguh dan memiliki kedalaman untuk menghadapi ritme pertandingan yang padat di kancah Asia. Dalam konteks inilah, opsi pemain naturalisasi muncul sebagai solusi yang dianggap paling strategis dan langsung berdampak.

Memahami Regulasi: Celah Cerdas dalam Aturan Kuota Asing
Alasan mendasar mengapa pemain naturalisasi begitu menarik bagi Persib, dan klub top Indonesia lainnya, terletak pada interpretasi yang cerdas terhadap regulasi. PT Liga Indonesia Baru (LIB) menetapkan aturan kuota pemain asing untuk BRI Super League 2025/2026 yang lebih longgar daripada musim sebelumnya: hingga 11 pemain boleh didaftarkan, 9 di antaranya di daftar susunan pemain (DSP), dan maksimal 7 yang boleh bermain di lapangan. Namun, aturan tersebut juga menekankan kewajiban untuk pemain muda U-23.
Di sinilah keunggulan pemain naturalisasi. Mereka yang telah menyandang status Warga Negara Indonesia (WNI) secara regulasi diperlakukan sebagai pemain lokal. Artinya, kehadiran mereka tidak menggerus kuota berharga untuk pemain asing. Persib bisa mendapatkan pemain berkualitas internasional—dengan pengalaman di liga Eropa atau Amerika dan jam terbang tinggi bersama Timnas—tanpa harus mengorbankan slot untuk merekrut talenta asing di posisi lain. Ini adalah “hack” sistem yang sah dan sangat efektif untuk meningkatkan kualitas skuad secara instan.
Kesuksesan model ini sudah terbukti dengan integrasi mulus Thom Haye (mantan Heerenveen) dan Eliano Reijnders (mantan PEC Zwolle) ke dalam skuad Persib. Keduanya langsung menjadi pilar penting, membawa kematangan, visi permainan, dan mentalitas pemenang yang terbentuk di kompetisi Eropa. Mereka adalah bukti nyata bahwa pemain naturalisasi bukan sekadar “pemain asing ber-KTP Indonesia,” tetapi aset yang dapat beradaptasi cepat karena sudah memahami konteks sepak bola Indonesia melalui Timnas.
Mengulik Target: Ole Romeny, Joey Pelupessy, dan Maarten Paes
Rumor yang beredar kuat mengarah pada tiga nama besar yang sedang dalam pemantauan ketat Persib. Setiap nama mewakili jawaban atas kebutuhan spesifik di lapangan.
| Nama Pemain | Profil | Kontribusi Potensial |
|---|---|---|
| Ole Romeny | Penyerang 25 tahun Oxford United (League Two Inggris) | Penyerang murni dengan catatan produktif di Timnas, termasuk 3 gol di kualifikasi Piala Dunia 2026, untuk menambah ketajaman di liga dan Asia |
| Joey Pelupessy | Gelandang bertahan Lommel SK (Belgia) | Pengatur tempo dengan disiplin taktis untuk mengontrol lini tengah dalam pertandingan alot |
| Maarten Paes | Kiper andalan FC Dallas (MLS) | Memperkokoh pertahanan dengan kualitas internasional, kontrak hingga Desember 2026 |
Deputy CEO Persib, Adhitia Putra Herawan, mengambil sikap yang menarik terhadap rumor-rumor ini. Alih-alih membantah atau mengonfirmasi, pihaknya justru bersikap santai.
Spekulasi seperti itu justru membantu kami bekerja di belakang layar dengan lebih tenang, tanpa tekanan media yang berlebihan,
ujarnya. Pendekatan ini mencerminkan strategi yang rapi: menggunakan rumor sebagai distraksi untuk melancarkan negosiasi yang rahasia dan fokus. Adhitia juga menegaskan bahwa Persib adalah “wadah yang cocok” bagi pemain diaspora, merujuk pada lingkungan klub yang suportif dan kultur yang telah terbukti mampu mengakomodasi bakat-bakat seperti Haye dan Reijnders.
Proyeksi dan Tantangan Jangka Panjang
Strategi ini, meski tampak sempurna di atas kertas, tidak lepas dari tantangan dan kontroversi. Di satu sisi, membangun tim kompetitif dengan pemain naturalisasi adalah lompatan kualitas tercepat yang bisa dilakukan untuk bersaing di Asia. Namun, di sisi lain, muncul kekhawatiran serius tentang dampaknya terhadap talenta lokal muda. Jika slot-stok strategis diisi oleh pemain naturalisasi yang statusnya “lokal,” apakah ruang bagi pemain asli Indonesia dari akademi untuk berkembang dan mendapat menit bermain akan semakin menyempit?
Regulasi yang mewajibkan setiap klub mendaftarkan minimal 5 pemain U-23, dengan satu di antaranya bermain minimal 45 menit per pertandingan, memang menjadi pengaman. Namun, ada perdebatan apakah aturan ini cukup. Beberapa pengamat mengkritik bahwa peningkatan ketergantungan pada naturalisasi bisa menghambat tujuan jangka panjang pengembangan sepak bola nasional, di mana klub seharusnya menjadi pencetak bintang masa depan, bukan hanya konsumen talenta jadi. Ini adalah dilema antara kebutuhan menang sekarang (win-now mode) dan investasi untuk masa depan.
Kesimpulan: Sebuah Evolusi yang Tak Terelakkan?
Strategi transfer Persib Bandung untuk 2026 adalah cerminan dari evolusi sepak bola Indonesia yang semakin global dan pragmatis. Dalam landscape persaingan yang ketat, terutama dengan terbukanya pintu ke kompetisi Asia, klub dituntut untuk mencari keunggulan kompetitif dengan cara apa pun yang sah. Pemain naturalisasi, dengan kualitas internasional dan status lokalnya, saat ini menjadi kartu truf terbaik.
Keberhasilan strategi ini akan diuji pada Januari 2026, saat jendela transfer dibuka. Apapun hasilnya, pendekatan Persib telah memicu diskusi penting tentang masa depan sepak bola nasional: bagaimana menyeimbangkan ambisi klub dengan tugas mulia membina pemain muda lokal. Satu hal yang pasti, Maung Bandung telah mengirimkan pesan jelas kepada semua pesaing: mereka tidak akan berhenti berinovasi untuk tetap berada di puncak.
Pantau terus perkembangan strategi Persib dan analisis mendalam seputar transfer sepak bola Indonesia hanya di Score.co.id.












