Patrick Kluivert Jelang Laga
score.co.id – Tekanan di pundak Patrick Kluivert semakin membesar. Hanya dalam hitungan hari, sang legenda Belanda itu akan memimpin Timnas Indonesia dalam pertarungan paling menentukan sejauh ini dalam karier kepelatihannya: melawan Arab Saudi di kandang mereka sendiri. Laga yang dijadwalkan pada 8 Oktober 2025 di King Abdullah Sports City, Jeddah, ini bukan sekadar pertandingan kualifikasi biasa. Ini adalah ujian nyata atas kapasitas Kluivert sebagai arsitek taktis dan pemimpin mental, sebuah pertaruhan besar untuk menjaga asa lolos ke Piala Dunia 2026.
Gelombang kritik sudah lebih dulu menerpa. Kekalahan telak 1-5 dari Australia beberapa bulan lalu meninggalkan luka dan tanda tanya besar. Di pinggir lapangan, Kluivert terlihat lebih banyak diam, kontras dengan asistennya, Alex Pastoor, yang aktif memberi instruksi. Gambaran itulah yang memicu sebutan “puppet” atau boneka dari sejumlah pengamat, termasuk media Belanda. Namun, di tengah segala keraguan itu, Kluivert justru berdiri tegak.
“Saya menikmati tekanan ini,” ujarnya dengan senyum percaya diri.
Pernyataan itu seperti semboyan perangnya, sebuah keyakinan bahwa kejutan sedang dipersiapkan untuk sang “Anak Emas” Arab Saudi.

Garis Start yang Berat untuk Sang Legenda
Latar belakang Patrick Kluivert memang gemilang. Sebagai pemain, namanya harum bersama Ajax dan Barcelona. Namun, dunia kepelatihan adalah cerita yang berbeda. Penunjukannya oleh PSSI pada 8 Januari 2025 untuk menggantikan Shin Tae-yong adalah sebuah keputusan yang berani, sekaligus penuh risiko. Shin dipecat secara mendadak meski jasanya membawa Indonesia melesak 50 peringkat dalam ranking FIFA dan mencatatkan kemenangan bersejarah, termasuk menang 2-0 atas Arab Saudi setahun sebelumnya.
Harapan yang ditumpahkan pada Kluivert jelas: memanfaatkan “revolusi naturalisasi” yang terjadi. Dengan banyaknya pemain berdarah Indonesia yang berkarier di Eropa, PSSI percaya bahwa pendekatan ala Eropa dari seorang Kluivert akan lebih cocok. Kontrak hingga 2027 yang ditandatanganinya dilengkapi dengan tim asisten yang mumpuni, seperti Alex Pastoor dan Denny Landzaat. Namun, fondasi itu goyah seketika setelah kekalahan dari Australia. Kritik tidak hanya datang dari dalam negeri. Seorang analis di ESPN Belanda, Kees Luijckx, secara terbuka mempertanyakan aura kepemimpinan Kluivert, menyiratkan bahwa karir bermain yang gemilang tidak otomatis menjadi jaminan kesuksesan di bangku pelatih.
Menganalisis Medan Pertempuran di Jeddah
Pertandingan di King Abdullah Sports City nanti akan menjadi medan uji yang sempurna, dan secara statistik, Indonesia memang bukan favorit.
Faktor Kandang vs Peluang Underdog
Faktor Kandang menjadi keunggulan mutlak Arab Saudi. Mereka tidak hanya akan disokong oleh lebih dari 60.000 suporter di tribune, tetapi juga mendapat keuntungan jadwal.
| Faktor Kunci | Timnas Indonesia | Timnas Arab Saudi |
|---|---|---|
| Status | Underdog / Tim Tamu | Favorit / Tuan Rumah |
| Jeda Antar Laga | 3 Hari | 6 Hari |
| Tekanan Psikologis | Rendah | Tinggi (Ekspektasi Publik) |
Media Timur Tengah, seperti Alkhaleej dari UAE, sudah terang-terangan meremehkan Indonesia. Prediksi mereka mengarah pada kemenangan mudah bagi tuan rumah. Mereka memperkirakan Indonesia akan bermain dengan pertahanan rendah dan mengandalkan serangan balik cepat. Namun, justru dalam situasi underdog inilah peluang terbesar Indonesia terbuka. Tekanan psikologis justru ada di pihak Arab Saudi. Sebagai tuan rumah dengan ekspektasi tinggi dari publiknya, kegagalan meraih kemenangan akan dianggap sebagai bencana.
Timnas Indonesia, di bawah Kluivert, memiliki peluang untuk memanfaatkan keadaan ini dengan disiplin bertahan dan efisiensi dalam menciptakan peluang. Sejarah juga sedikit berpihak. Indonesia pernah meraih hasil imbang di Jeddah pada pertemuan sebelumnya. Jika Kluivert dapat merancang strategi yang jitu dan pemain dapat mengeksekusi dengan sempurna, mimpi untuk meraih poin, atau bahkan kemenangan, bukanlah sesuatu yang mustahil. Kunci utamanya terletak pada kemampuan mengatasi tekanan atmosfer kandang dan menjaga konsentrasi penuh selama 90 menit.
Persiapan di Tengah Badai Cedera dan Keterlambatan
Tantangan lain yang tidak kalah besarnya adalah persiapan yang terbilang mepet dan isu cedera. Hingga tanggal 4 Oktober, hanya 18 dari 29 pemain yang telah bergabung dengan tim, dengan 16 di antaranya yang mengikuti sesi latihan perdana. Keterlambatan ini disebabkan oleh penundaan kompetisi liga domestik, yang membuat pemain lokal terlambat bergabung, sementara pemain dari Eropa tiba secara bertahap.
Absensi Beberapa Pilar Penting
Situasi diperparah dengan absensi beberapa pilar penting. Ole Romeny dipastikan absen karena cedera parah, sementara kiper Emil Audero juga harus digantikan. Kluivert kemudian memanggil Nadeo Argawinata dan Reza Arya untuk menambah kedalaman di posisi penjaga gawang. Dalam situasi ini, sorotan tajam tertuju pada pilihan kiper utama. Banyak pengamat, termasuk kiper legendaris Indonesia, Hermansyah, menyarankan agar Maarten Paes diduetkan langsung, mengingat pengalaman dan kualitasnya di level Eropa dibandingkan Ernando Ari.
Namun, di balik semua tantangan ini, ada sinar optimisme. Kluivert menunjukkan komitmen yang tidak main-main. Ia tiba lebih awal di Arab Saudi pada 30 September, jauh sebelum para pemainnya. Kedatangannya adalah untuk memantau langsung kondisi stadion dan atmosfer pertandingan, dengan menyaksikan laga Al-Ittihad vs Al-Ahli di AFC Champions League Elite. Didampingi oleh Denny Landzaat yang memiliki pengalaman bekerja di klub Saudi, Al-Ittihad, langkah proaktif ini menunjukkan keseriusan Kluivet dalam memahami medan pertempuran. Ia sendiri yang menyatakan bahwa kondisi fisik pemain “fantastis” dan energi di dalam tim sangat positif.
Sebuah Titik Balik Menuju Piala Dunia
Pada akhirnya, laga melawan Arab Saudi ini lebih dari sekadar tiga poin. Ini adalah pertaruhan reputasi untuk Patrick Kluivert dan titik balik bagi perjalanan Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026. Kegagalan meraih hasil positif, terutama jika disertai dengan penampilan yang kurang meyakinkan, akan semakin membuka suara-suara sumbang dan berpotensi mempersingkat masa jabatannya. Spekulasi untuk menggantikannya dengan asistennya, Alex Pastoor, mungkin akan mengemuka.
Sebaliknya, sebuah hasil positif, bahkan sekadar imbang, akan menjadi pembuktian yang sangat powerful. Itu akan membungkus semua kritik dan mengubah narasi. Kluivert akan dipuji sebagai sang pembuat kejutan, pelatih yang berhasil membawa Indonesia melawan segala rintangan dan odds. Momentum seperti itu sangat berharga untuk melanjutkan perjuangan di Grup B yang ketat, di mana persaingan dengan Arab Saudi dan Irak akan menentukan siapa yang layak melangkah.
Dengan dukungan dari seluruh rakyat Indonesia, keyakinan dari PSSI, dan tekad baja dari para pemain, Patrick Kluivet dan skuad Garuda akan berjuang mati-matian. Mereka bukan hanya bermain untuk poin, tetapi juga untuk harga diri dan mimpi besar 270 juta jiwa. Semua mata akan tertuju ke Jeddah, menanti apakah beban berat itu akan menjadi batu loncatan menuju sejarah, atau justru penghalang yang tak teratasi.












