Bank Indonesia gelar pelatihan usaha tani berkualitas di Manokwari

Bank Indonesia gelar pelatihan usaha tani berkualitas di Manokwari

Score – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Papua Barat menggelar pelatihan usaha tani berkualitas di Manokwari guna mengoptimalkan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) tahun 2023.

Deputi Kepala Perwakilan BI Papua Barat Roni Cahyadi di Manokwari, Jumat, mengatakan bahwa pelatihan usaha tani berkualitas merupakan langkah awal yang kuat untuk menghadapi permasalahan inflasi melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan akses terhadap teknologi modern.

Pelatihan tersebut mendorong petani dan pelaku usaha tani memaksimalkan produksi dengan cara yang lebih efisien dan berkelanjutan sehingga produktivitas pertanian lebih meningkat.

“Supaya bisa mengurangi ketergantungan pasokan pangan dari daerah lain menuju Manokwari,” kata Roni.

Dalam pelatihan, kata dia, kelompok tani diedukasi terkait penggunaan pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan tanah dan dapat memicu peningkatan produktivitas pertanian.

Selanjutnya akan dilaksanakan proyek percontohan pemanfaatan pupuk organik dalam rangka menciptakan petani berkualitas, yang kemudian dapat direplikasi atau ditiru oleh kelompok tani lainnya.

“Pilot project ini akan dilaksanakan di Kelompok Tani Setia Bersama dan diikuti kelompok lainnya sehingga dampak dari pemanfaatan pengetahuan ini lebih terasa,” ujar Roni Cahyadi.

Selain itu, kata dia, kolaborasi pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat menjadi kunci untuk menjawab tantangan ketersediaan pasokan pangan dengan peningkatan investasi sektor pertanian, pengembangan infrastruktur pertanian, serta dukungan penyediaan modal dan akses pasar.

Ada sejumlah kendala dalam pengembangan sektor pertanian yaitu keterbatasan lahan dan teknologi pertanian yang digunakan masih tradisional.

“Meski demikian, tantangan itu menjadi peluang bagi kita untuk mencari solusi inovatif dan berkelanjutan. BI akan memberikan dukungan nyata bagi petani dan pelaku usaha tani,” kata Roni.

Ia menuturkan salah satu pilar utama menghadapi tantangan inflasi pangan adalah ketahanan pangan. Ketahanan pangan tidak hanya berkaitan dengan ketersediaan pangan semata, tetapi aspek aksesibilitas, kualitas gizi, dan keberlanjutan produksi pangan.

Baca Juga  Pelajar dan ASN Akan Dikerahkan untuk Tonton Piala Dunia U-17 di Stadion Si Jalak Harupat

Oleh sebab itu diperlukan sinergi kolaborasi di tengah-tengah tantangan perubahan iklim, fluktuasi harga bahan baku, serta permasalahan rantai pasokan pangan.

“Kerja sama dan sinergi yang baik, maka bisa diwujudkan Manokwari sebagai lumbung padi Papua Barat,” ucap Roni Cahyadi.

Statistisi Ahli Madya Badan Pusat Statistik Papua Barat Lasmini mengatakan ada empat kabupaten yang menjadi daerah produksi padi yaitu Manokwari dengan luasan mencapai 1.118 hektare, Manokwari Selatan 226,31 hektare, Teluk Wondama 15,24 hektare, dan Teluk Bintuni 8,52 hektare

Selama periode Februari hingga April 2023, produksi padi Manokwari sebanyak 4.028,67 ton gabah kering giling (GKG), Manokwari Selatan 881,26 ton GKG, Teluk Wondama 53,73 ton GKG, dan Teluk Bintuni 26,83 ton GKG.

“Potensi terbesar hanya di Manokwari kalau untuk Papua Barat, sedangkan Papua Barat Daya ada tiga kabupaten yaitu Sorong, Sorong Selatan dan Raja Ampat,” kata Lasmini.

Gabah kering giling, kata dia, jika dikonversi menjadi beras maka produksi beras untuk Manokwari pada Februari-April 2023 mencapai 2.420,63 ton, Manokwari Selatan 529,51 ton, Teluk Wondama 32,28 ton, dan Teluk Bintuni 16,12 ton.

Produksi beras Manokwari mengalami penurunan signifikan apabila dibandingkan dengan periode yang sama 2022 yakni 4.672,83 ton beras, sementara Manokwari Selatan justru meningkat karena produksi periode tahun sebelumnya hanya 294,09 ton beras.

“Perbandingan periode yang sama, produksi beras Manokwari turun dan Manokwari Selatan mengalami peningkatan,” ujar Lasmini.