Score – Banjir bandang di China barat laut pada Kamis (10/8) malam menewaskan lima warga desa yang sedang menggembalakan domba, serta menyapu kendaraan mereka ke sungai yang meninggi dengan cepat, kata media setempat pada Jumat.
Satu kelompok yang terdiri dari tujuh warga desa berada di bagian berbukit-bukit di Provinsi Gansu dalam upaya menggiring lebih dari 80 domba, saat tiba-tiba badai memaksa mereka berlindung di mobil mereka yang diparkir di tepi sungai, kata pejabat setempat kepada media pemerintah.
Salah satu dari kendaraan yang berisi lima warga desa terbawa banjir bandang. Mobil kedua melaju ke tanah berlumpur, dan dua penumpangnya akhirnya diselamatkan.
Provinsi tersebut telah meningkatkan langkah-langkah kedaruratan di delapan kota, guna mengantisipasi hujan deras, es, dan lebih banyak lagi banjir bandang, lanjut pejabat tersebut.
Kematian tersebut menambah jumlah korban dari musim panas kali ini yang tidak menentu yang telah memecahkan catatan terkait turun hujan dan banjir ekstrem di China.
Pada Rabu (9/8), Beijing mencatat jumlah kematian terkait banjir menjadi 33 jiwa setelah Topan Doksuri mengakibatkan hujan paling deras yang melanda kota itu dalam 140 tahun terakhir.
Pekan ini, di provinsi sebelah barat daya, Sichuan, sebanyak tujuh wisatawan yang sedang mengambil foto di kawasan konservasi air tewas karena tersapu luapan gelombang air yang datang dari bendungan yang meluap.
Dalam peristiwa terpisah, seorang wanita berusia 27 tahun telah hilang sejak 30 Juni ketika banjir bandang melanda lokasi perkemahan yang menewaskan temannya, di provinsi sebelah barat daya, Guizhou.
Cuaca ekstrem telah menerjang China lebih sering pada beberapa tahun terakhir, sehingga meningkatkan kecemasan mengenai laju perubahan iklim.
Pada 2021, cuaca yang sangat dingin dan basah saat ultramarathon di Gansu menewaskan 21 orang. Banyak pelari yang mengalami hipotermia dalam cuaca angin yang sangat kencang.
Sumber: Reuters