Aturan Baru AFC di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Rugikan Timnas Indonesia?

Aturan baru AFC kualifikasi 2026 bikin Timnas Indonesia kesulitan?

Aturan Baru AFC di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Rugikan Timnas Indonesia
Aturan Baru AFC di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Rugikan Timnas Indonesia

Aturan Baru AFC di Kualifikasi Piala Dunia 2026

score.co.id – Gagalnya Timnas Indonesia melangkah lebih jauh di babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 meninggalkan banyak tanda tanya. Di balik prestasi historis melaju ke ronde akhir tersebut, muncul kritik pedas terhadap format baru Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) yang dianggap tidak adil. Apakah aturan ini memang dirancang untuk menguntungkan kekuatan sepak bola Timur Tengah, dan bagaimana implikasinya bagi perjalanan Garuda di masa depan?

Babak Penentu yang Penuh Kontroversi

Berdasarkan informasi terkini per Oktober 2025, AFC telah menerapkan format radikal untuk babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026. Enam tim yang finis di peringkat ketiga dan keempat dari ronde ketiga—termasuk Timnas Indonesia—dikumpulkan dalam dua grup yang dimainkan secara terpusat. Juara setiap grup berhak atas tiket langsung ke Piala Dunia 2026, sementara peringkat kedua masih punya peluang melalui babak playoff antar-konfederasi.

Aturan baru AFC kualifikasi 2026 bikin Timnas Indonesia kesulitan
Aturan baru AFC kualifikasi 2026 bikin Timnas Indonesia kesulitan

Secara teori, format ini seharusnya menjadi angin segar. Ekspansi Piala Dunia menjadi 48 tim memberikan jatah lebih longgar untuk Asia, yaitu 8 slot langsung plus 1 slot playoff. Namun, keputusan AFC pada Juni 2025 untuk menunjuk Qatar dan Arab Saudi sebagai tuan rumah grup, alih-alih memilih venue netral, langsung memicu badai protes. Alih-alih turnamen yang adil, babak ini berubah menjadi ajang “home advantage” yang sangat kentara bagi tuan rumah.

Baca Juga  Kualifikasi Piala Dunia 2026: Australia Berambisi Raih Kemenangan Penuh

Analisis Mendalam Aturan dan Dampaknya

Struktur yang Berubah dan Dampak Langsungnya

Format babak keempat ini sebenarnya adalah inovasi. Ronde sebelumnya masih menggunakan sistem home-and-away, memberikan kesempatan setara bagi semua tim untuk bermain di kandang sendiri. Pergeseran ke sistem terpusat seharusnya menjunjung tinggi netralitas. Namun, dengan menunjuk peserta langsung sebagai tuan rumah, AFC secara tidak langsung memberikan keuntungan ganda pada tim-tim tersebut.

Arab Saudi, yang kebetulan satu grup dengan Indonesia, bukan hanya bermain di depan pendukung sendiri, tetapi juga sudah terbiasa dengan kondisi iklim dan lapangan di Jeddah. Sementara itu, Timnas Indonesia harus menempuh perjalanan jauh lebih dari 10 jam dan beradaptasi dengan suhu yang bisa mencapai di atas 30 derajat Celsius. Faktor aklimatisasi ini bukanlah hal sepele dalam performa puncak atlet.

Protes dan Lobi yang Berbuah Separuh Hati

Reaksi dari negara-negara yang dirugikan, termasuk Indonesia, tidak terlambat. PSSI bersama perwakilan dari Irak, Oman, dan Uni Emirat Arab menyampaikan protes resmi kepada AFC dan bahkan menyentuh meja FIFA. Mereka mempermasalahkan prinsip keadilan kompetitif yang dipertaruhkan.

Lobi PSSI membuahkan hasil, meski tidak mengubah nasib secara keseluruhan. Keluhan mengenai jadwal yang terlalu mepet berhasil didengar. AFC bersedia menggeser jadwal laga kedua Indonesia melawan Irak menjadi lebih malam, memberikan waktu pemulihan tambahan. Selain itu, wasit dari negara netral (Kuwait) ditugaskan setelah adanya kekhawatiran akan bias keputusan.

Bukti Nyata di Lapangan Hijau

Kritik terhadap aturan ini bukan sekadar alasan, tetapi terbukti dalam hasil pertandingan. Pada laga pembuka 8 Oktober 2025, Timnas Indonesia memberikan perlawanan sengit kepada Arab Saudi, tetapi akhirnya tumbang dengan skor 2-3. Dua gol Indonesia yang dicetak Ragnar Oratmangoen dan Kevin Diks dari titik penalti tidak cukup untuk mengimbangi permainan “tuan rumah” yang lebih mapan.

Baca Juga  Alexis Sanchez Kecewa Berat, Chile yang Gagal ke Piala Dunia 2026

Tiga hari kemudian, kekalahan 0-1 dari Irak semakin mengukuhkan posisi sulit Indonesia. Gol penalti Irak di menit-menit akhir laga menjadi simbol getirnya perjuangan Garuda. Kelelahan akibat jadwal padat dan perjalanan jauh terlihat jelas dalam menurunnya intensitas permainan pada babak kedua.

Pertandingan Skor Catatan Kunci
Indonesia vs Arab Saudi 2-3 Perlawanan sengit, gol penalti Diks
Indonesia vs Irak 0-1 Gol penalti Irak di menit akhir
Dampak Kegagalan Jadwal padat, aklimatisasi sulit

Masa Depan Garuda: Belajar dari Kegagalan

Prestasi di Balik Kekecewaan

Meskipun berakhir dengan kegagalan, pencapaian Timnas Indonesia melangkah ke babak keempat adalah prestasi sejarah. Ini pertama kalinya Garuda mencapai tahap ini sejak format kualifikasi modern diterapkan. Di bawah asuhan Patrick Kluivert, tim menunjukkan perkembangan signifikan, dibuktikan dengan kenaikan peringkat FIFA.

Prestasi ini juga mengukuhkan Indonesia sebagai kekuatan sepak bola ASEAN yang harus diperhitungkan. Lolos otomatis ke Piala Asia 2027 adalah buah manis lain dari perjalanan kualifikasi ini, memberikan platform berharga bagi para pemain untuk bersaing di level Asia.

Pelajaran Berharga untuk Kualifikasi Mendatang

Kegagalan ini harus menjadi pelajaran berharga bagi PSSI. Berikut beberapa poin kunci:

  1. Lobi Strategis di AFC dan FIFA
    Keberhasilan mendorong penyesuaian jadwal menunjukkan bahwa suara Indonesia didengar, namun perlu upaya lebih strategis untuk mempengaruhi kebijakan besar.
  2. Persiapan Logistik dan Fisiologi
    Program training camp di kawasan dengan iklim serupa tempat pertandingan bisa menjadi investasi penting untuk menghadapi tantangan aklimatisasi.
  3. Pembinaan Pemain Muda dan Naturalisasi
    Nama-nama seperti Ole Romeny dan Emil Audero yang sedang dalam proses naturalisasi diharapkan dapat menambah kedalaman skuad untuk mengejar mimpi Piala Dunia 2030.

Sebuah Refleksi Akhir

Pertanyaan apakah aturan baru AFC merugikan Timnas Indonesia memiliki jawaban kompleks. Format tersebut, dalam pelaksanaannya yang tidak netral, jelas menciptakan lingkungan kompetitif yang tidak seimbang dan memberatkan tim dari kawasan non-Timur Tengah seperti Indonesia. Namun, kegagalan ini juga menyisakan secercah harapan. Garuda telah menunjukkan bahwa mereka mampu bersaing di level tertinggi Asia.

Baca Juga  Biodata Pemain Argentina Piala Dunia 2026: Skuad Terbaru Pilihan Scaloni

Perjalanan di Kualifikasi Piala Dunia 2026 mungkin sudah berakhir, tetapi semangat dan pelajaran yang dibawa pulang adalah modal tak ternilai untuk pertempuran selanjutnya. Tantangan kini adalah membangun dari fondasi ini, memperbaiki kelemahan, dan datang lebih kuat di Piala Asia 2027 serta Kualifikasi Piala Dunia 2030.

Tetap ikuti perkembangan berita terbaru seputar Timnas Indonesia dan liga-liga top Eropa hanya di score.co.id, sumber informasi sepakbola terpercaya Anda.