Arema FC kembali menjadi sorotan setelah manajernya terlibat kasus rokok ilegal, menyusul insiden di Stadion Kanjuruhan.
SCORE.CO.ID – Situasi yang sedang dihadapi Arema FC tampaknya semakin kompleks. Klub asal Malang ini kembali menjadi perhatian publik, bukan hanya karena insiden di Stadion Kanjuruhan, tetapi juga karena kasus hukum yang melibatkan salah satu petingginya.
Dalam waktu yang berdekatan, dua persoalan besar menerpa klub berjuluk Singo Edan, menciptakan tekanan ganda yang cukup berat bagi manajemen dan tim secara keseluruhan.
Arema FC sempat menuai harapan baru saat kembali bermain di Kanjuruhan setelah sekian lama dilarang menggunakannya. Tetapi suasana positif itu berubah drastis akibat sejumlah insiden di luar lapangan.
Kembalinya Arema FC ke Kanjuruhan Disertai Insiden
Pertandingan antara Arema FC dan Persik Kediri menjadi momen penting karena menandai kembalinya klub tersebut ke Stadion Kanjuruhan.
Pertandingan yang digelar pada 11 Mei 2025 itu sekaligus menjadi laga pertama setelah tragedi kelam yang terjadi pada 2022.
Akan tetapi, atmosfer damai yang diharapkan tidak sepenuhnya terjadi. Seusai pertandingan yang berakhir dengan kekalahan tiga gol tanpa balas, terjadi insiden pelemparan batu terhadap bus yang membawa tim tamu.
Kaca kendaraan pecah, dan beberapa anggota tim Persik mengalami cedera akibat serangan tersebut.
Insiden ini segera mendapatkan reaksi dari berbagai pihak. Bahkan, PSSI melalui Sekjen-nya menyatakan bahwa kejadian itu berisiko diketahui oleh FIFA, mengingat Indonesia masih dalam sorotan badan sepak bola dunia tersebut.
Situasi ini semakin memperberat posisi Arema FC yang sedang mencoba membangun kembali citra positif.
Manajer Arema FC Ditetapkan sebagai Tersangka
Di tengah upaya meredam kritik atas insiden tersebut, muncul kabar baru yang semakin menambah sorotan terhadap Arema FC.
Manajer klub, Wiebie Dwi Andriyas, telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan peredaran rokok ilegal.
Penetapan ini dilakukan oleh Bea Cukai Malang dan kasusnya kini ditangani langsung oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai di tingkat pusat.
Penetapan status hukum terhadap manajer klub menjadi pukulan telak lainnya, terutama ketika klub sedang berada di tengah perhatian akibat situasi yang belum sepenuhnya pulih.
Meski belum ada penjelasan mendetail tentang keterlibatan lebih lanjut, kasus ini jelas memberikan dampak tambahan terhadap stabilitas internal klub.
Tantangan Ganda bagi Klub Singo Edan
Arema FC kini dihadapkan pada tantangan besar, tidak hanya di dalam lapangan tetapi juga di luar. Tekanan dari suporter, federasi, dan pengawasan media membuat klub harus mengambil langkah-langkah strategis dalam menjaga kestabilan organisasi.
Masalah yang terjadi bukan hanya soal kekalahan pertandingan, tetapi juga soal tata kelola dan tanggung jawab sosial klub.
Dengan dua isu besar sekaligus, manajemen Arema FC dituntut menunjukkan keseriusan dalam menangani setiap persoalan yang muncul.
Jika tidak segera dibenahi, situasi ini bisa mengganggu performa tim secara keseluruhan dan memperpanjang krisis kepercayaan yang selama ini coba dibangun kembali pasca tragedi.












