Apakah Neymar Punya Piala Dunia?
score.co.id – Nama Neymar da Silva Santos Júnior sudah tercatat sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa untuk Timnas Brasil, bahkan melampaui rekor legendaris Pelé. Tapi di balik segudang gelar klub dan rekor individu, ada satu pertanyaan besar yang selalu menghantui setiap bintang sepak bola Brasil: sudahkah dia membawa pulang Piala Dunia? Jawabannya sampai sekarang adalah belum. Dalam artikel ini, kita akan bedah perjalanan Neymar di tiga edisi Piala Dunia, lihat bagaimana cedera dan dinamika tim memengaruhi kariernya, serta prediksi apakah masih ada kesempatan baginya untuk meraih trofi paling bergengsi itu bagi negeri samba.
Prestasi dan Kontribusi: Mencetak Sejarah di Luar Gelar Tertinggi
Neymar bukan pemain yang absen dari panggung besar. Justru sebaliknya, dia jadi tokoh sentral Brasil di tiga Piala Dunia berturut-turut: 2014, 2018, dan 2022. Secara keseluruhan, statistiknya cukup solid dengan 8 gol dan 4 assist dalam 13 penampilan. Itu berarti rata-rata 0,62 kontribusi gol per laga—bukti bahwa kehadirannya selalu berdampak langsung.
Puncak performa individu Neymar terjadi di Piala Dunia 2014 di Brasil sendiri. Dia cetak empat gol, termasuk dua brace lawan Kroasia dan Kamerun di fase grup, yang bikin dia raih Bronze Boot sebagai pencetak gol ketiga terbanyak. Di luar Piala Dunia, prestasi internasionalnya termasuk gelar Piala Konfederasi 2013. Dia juga pimpin tim U-23 Brasil rebut medali emas Olimpiade 2016 di Rio, yang jadi kebanggaan besar bagi negaranya.
Di level klub, Neymar sudah sapu bersih segalanya. Dia bagian dari trio MSN (Messi-Suárez-Neymar) yang legendaris di Barcelona, raih treble La Liga, Copa del Rey, dan Liga Champions pada 2015. Dia juga dominasi liga Prancis bareng Paris Saint-Germain. Kontras antara sukses klub yang gemilang dan mimpi timnas yang belum kesampaian inilah yang bikin kariernya penuh paradoks.

Analisis Tiga Perjalanan Piala Dunia: Narasi Harapan, Cedera, dan Kekecewaan
Untuk paham kenapa Neymar belum angkat Piala Dunia, kita harus dalami setiap turnamennya, di mana momentum, taktik, dan nasib buruk saling berpadu.
| Edisi | Kontribusi (Gol/Assist) | Hasil Brasil |
|---|---|---|
| 2014 | 4/1 | Semifinal (kalah 1-7 dari Jerman) |
| 2018 | 2/2 | Perempat final (kalah 1-2 dari Belgia) |
| 2022 | 2/1 | Perempat final (kalah adu penalti dari Kroasia) |
Piala Dunia 2014: Momentum yang Patah di Puncak
Turnamen ini seharusnya jadi panggung idaman Neymar. Sebagai bintang tuan rumah, dia bawa Brasil ke semifinal dengan aksi krusial, seperti penalti penentu lawan Chili di 16 besar. Tapi tragedi datang di akhir kemenangan 2-1 atas Kolombia di perempat final. Neymar kena cedera punggung serius dari tekel belakang, yang bikin dia absen di semifinal lawan Jerman.
Tanpa Neymar, Brasil kehilangan arah dan jiwa. Kekalahan 1-7 yang historis di Mineirão jadi trauma nasional. Bukan cuma hasil, tapi bencana besar. Absennya Neymar bukan alasan satu-satunya, tapi itu tunjukkan betapa bahayanya bergantung pada satu pemain. Cedera itu potong momentumnya dan tinggalkan pertanyaan “bagaimana jika” yang abadi.
Piala Dunia 2018 & 2022: Pengulangan Pola di Babak Krusial
Di Rusia 2018, Neymar tampil lebih fit. Dia sumbang dua gol dan dua assist, termasuk peran kunci di kemenangan 2-0 atas Meksiko di 16 besar. Tapi Brasil lagi-lagi tersingkir di perempat final, kalah 1-2 dari Belgia. Itu perlihatkan tantangan taktis dari tim Eropa yang solid tetap jadi penghalang.
Pola sama muncul lagi di Qatar 2022, dengan cedera yang kembali. Neymar cedera pergelangan kaki di laga pembuka lawan Serbia, absen dua pertandingan grup. Meski balik dan cetak gol cantik di extra time lawan Kroasia di perempat final, Brasil gagal tutup laga. Kroasia samakan skor di menit 117, dan Brasil kalah adu penalti. Keputusan pelatih Tite taruh Neymar sebagai eksekutor kelima dikritik, karena dia bahkan nggak sempat tendang setelah dua rekannya gagal.
Faktor Penentu: Cedera dan Beban Warisan
Melihat ketiga turnamen, pola siklus cedera yang merusak jadi sangat jelas. Tubuh Neymar, yang sering jadi target tekel keras sebagai pemain paling difaul di dunia saat prime-nya, mulai rapuh di momen krusial. Cedera nggak cuma rampas kesempatan main, tapi juga ganggu ritme saat comeback.
Faktor lain adalah beban psikologis dan ekspektasi gila. Sejak debut timnas 2010, Neymar langsung diproyeksi sebagai penerus Pelé, Ronaldo, atau Ronaldinho. Setiap penampilannya di Piala Dunia dibandingkan dengan warisan mereka. Tekanan untuk jadi “yang terbaik” dan akhiri puasa gelar Brasil sejak 2002 tambah beban, bukan cuma buat Neymar tapi seluruh tim.
Masa Depan dan Warisan: Peluang Terakhir di 2026?
Di 2026, Neymar bakal berusia 34 tahun. Jika fisiknya oke, turnamen di Amerika Utara itu bisa jadi penampilan keempat dan terakhirnya. Peluang Brasil menang mungkin 20-30%, tapi sangat tergantung kondisi Neymar.
Risiko terbesar adalah rekam jejak cedera panjang, seperti robekan ACL 2023 dan hamstring berulang setelah balik ke Santos FC 2025. Di sisi lain, peluang ada di pengalaman tak ternilai dan sinergi dengan bintang muda seperti Vinicius Jr., Rodrygo, dan Endrick. Peran Neymar bisa bergeser dari protagonis utama jadi pemain pengaruh yang pintar, dengan skill olah bola dan umpan akhir sebagai senjata di saat ketat.
Warisan Neymar di timnas sudah pasti: 79 gol dalam 128 caps, tertinggi sepanjang masa. Tapi di sepak bola Brasil, khususnya buat “jenius” seperti dia, warisan sering diukur dari keberhasilan kolektif di level tertinggi. Neymar simbol era transisi Brasil—di mana bakat individu hebat belum sepenuhnya jadi gelar dunia. Narasinya cermin perjuangan timnas dalam cari formula pemenang lagi di panggung global.
Kesimpulan
Neymar belum punya Piala Dunia. Fakta sederhana itu punya lapisan kompleks soal nasib, ketahanan fisik, dan tuntutan tak terucap pada bintang Brasil. Perjalanannya di tiga Piala Dunia adalah cerita kontribusi besar yang selalu terpotong di momen kritis, entah cedera atau kegagalan tim di detik penentu. Dia sudah beri Brasil banyak gol dan momen indah, tapi belum mahkota paling didambakan.
Piala Dunia 2026 mungkin babak akhir upayanya. Apapun hasilnya, Neymar sudah ukir nama sebagai salah satu pemain paling berbakat generasinya dan topskor negaranya. Tapi apakah dia bakal disetarakan dengan Pelé atau Ronaldo Nazário? Jawabannya masih terbuka, dan mungkin hanya trofi emas Piala Dunia yang bisa beri titik akhir definitif pada debat itu.
Ingin selalu update dengan analisis mendalam seputar taktik, statistik, dan dinamika di balik layar sepak bola dunia? Ikuti terus berita dan artikel eksklusif hanya di Score.co.id.












