Pemain Brighton yang Dijual
score.co.id – Di tengah dinamika pasar transfer yang tak pernah sepi, Brighton & Hove Albion harus melepas salah satu ikonnya, Pascal Gross, ke Borussia Dortmund pada Agustus 2024. Keputusan ini tidak hanya menghentak fans Seagulls, tetapi juga menyisakan pertanyaan besar: mengapa klub rela melepas pemain yang telah menjadi tulang punggung tim selama tujuh tahun? Artikel ini mengupas tuntas alasan di balik transfer tersebut, dampaknya bagi Brighton, serta kisah di balik keputusan sang gelandang untuk kembali ke tanah kelahiran.
Pascal Gross: Legenda Brighton yang Berpamitan
Selama tujuh musim membela Brighton, Pascal Gross menjelma menjadi simbol kesetiaan dan konsistensi. Dibeli dari Ingolstadt 04 dengan harga hanya £3 juta pada 2017, pria asal Jerman ini langsung menjadi pilar utama dalam skuat yang baru promosi ke Premier League. Dengan 261 penampilan, 32 gol, dan 52 assist di semua kompetisi, Gross memegang rekor sebagai pencetak gol terbanyak Brighton di era Premier League. Dua kali dinobatkan sebagai Pemain Terbaik klub (2017-18 dan 2022-23), kontribusinya melampaui ekspektasi.
Kemampuannya beradaptasi di berbagai posisi—mulai dari gelandang tengah hingga bek sayap—menjadikannya aset tak tergantikan. Namun, di balik kesuksesannya, hasrat untuk kembali ke Jerman dan mengenakan jersey klub masa kecilnya, Borussia Dortmund, akhirnya mengalahkan ikatan emosionalnya dengan Brighton.

Alasan di Balik Kepindahan ke Borussia Dortmund
Keputusan Gross meninggalkan Brighton tidak datang tiba-tiba. Sejak awal musim panas 2024, isu tentang ketertarikannya bergabung dengan Dortmund mulai mencuat. Sumber internal klub mengungkapkan bahwa manajemen Brighton sempat menawarkan perpanjangan kontrak dengan peningkatan gaji, tetapi Gross menolak. “Dia ingin mengakhiri karier di klub yang selalu didukungnya sejak kecil,” ujar David Weir, Direktur Teknik Brighton.
Faktor usia juga menjadi pertimbangan. Di usia 33 tahun, Gross merasa ini adalah kesempatan terakhir untuk merasakan atmosfer Signal Iduna Park sebagai pemain. Selain itu, ambisinya di luar lapangan turut memengaruhi keputusan tersebut. Gross diketahui telah menyelesaikan lisensi kepelatihan UEFA B dan berencana memulai karier sebagai pelatih setelah pensiun. Kembali ke Jerman memberinya peluang untuk membangun jaringan sekaligus mempersiapkan fase baru dalam hidupnya.
Dampak Transfer pada Brighton
Kehilangan Gross ibarat kehilangan mesin kreatif di lini tengah Brighton. Selama musim 2023-24, gelandang asal Mannheim itu rata-rata menyumbang 14 keterlibatan gol per musim—angka yang sulit digantikan. Upaya Brighton merekrut Mats Wieffer dari Feyenoord dan Diego Gomez dari Inter Miami patut diapresiasi, namun keduanya masih perlu waktu beradaptasi dengan gaya permainan intensif ala Premier League.
Reaksi fans pun terbelah. Sebagian merasa kecewa karena Gross seharusnya bisa menjadi mentor bagi pemain muda, sementara mayoritas memahami keputusannya. “Dia telah memberikan segalanya untuk klub. Saatnya kita memberinya dukungan,” tulis salah satu suporter di forum resmi Brighton.
Deniz Undav: Transfer Lain yang Mengisi Kas Brighton
Selain Gross, Brighton juga melepas Deniz Undav ke Stuttgart dengan nilai transfer £25 juta. Striker asal Jerman ini sebelumnya tampil impresif selama masa pinjaman di Bundesliga, mencetak 19 gol dan 10 assist dalam 33 pertandingan. Kepindahan Undav, meski menguntungkan secara finansial, menyisakan tantangan baru bagi Brighton dalam mencari penyerang produktif.
Perbandingan Antara Dua Transfer Utama Brighton
Meski terjadi dalam jendela transfer yang sama, alasan di balik kepindahan Gross dan Undav memiliki nuansa berbeda. Jika Gross didorong oleh faktor sentimental dan rencana pasca-karier, Undav lebih termotivasi oleh keinginan untuk mendapatkan menit bermain lebih banyak setelah kesulitan bersaing di Brighton. Dari sisi finansial, penjualan Undav menghasilkan keuntungan signifikan (£25 juta), sementara Gross dilepas dengan harga relatif rendah (£8 juta) mengingat usia dan sisa kontraknya.
Perbandingan statistik keduanya juga menarik. Selama di Brighton, Gross mencatatkan 52 assist—rekor tertinggi sepanjang sejarah klub di Premier League. Sementara Undav, meski hanya bertahan dua musim, menunjukkan efisiensi gol yang menjanjikan. Kedua transfer ini mencerminkan strategi Brighton yang tetap berpegang pada prinsip menjual pemain dengan nilai optimal, meski harus kehilangan sosok penting.
Proyeksi Masa Depan Brighton Pasca-Gross
Tantangan terbesar Brighton adalah menemukan sosok yang mampu mengisi kekosongan kreativitas ala Gross. Rekrutan seperti Wieffer dan Gomez diharapkan bisa menjadi solusi jangka panjang, namun keduanya masih perlu pembuktian. Pelatih Fabian Hurzeler disebut sedang mengembangkan skema taktik baru yang lebih mengandalkan serangan kolektif, mengurangi ketergantungan pada individu.
Di sisi lain, kepindahan Gross membuka peluang bagi pemain akademi seperti Jack Hinshelwood atau Jacob Moder untuk naik tingkat. Brighton dikenal memiliki sistem skouting yang mumpuni, dan ini bisa menjadi momen bagi mereka untuk menelurkan bakat baru.
Penutup: Warisan Pascal Gross dan Harapan untuk Masa Depan
Pascal Gross meninggalkan warisan yang tak ternilai bagi Brighton. Dari klub promosi yang dianggap calon juru kunci, Brighton kini menjadi tim yang disegani di Premier League—dan Gross adalah aktor utama di balik transformasi tersebut. Keputusannya untuk kembali ke Dortmund mungkin menyisakan duka, tetapi juga menjadi pengingat bahwa sepak bola bukan hanya tentang trofi, melainkan juga tentang hati dan cerita yang dibangun.
Bagi Brighton, ini adalah babak baru. Dengan manajemen yang cerdas dan strategi transfer tepat, mereka berpotensi tetap bersaing di papan atas. Sedangkan bagi Gross, petualangan di Bundesliga adalah kesempatan untuk mengukir epilog karier yang sempurna—di klub yang selalu ada dalam mimpinya.