Xabi Alonso Muda dan Sekarang: Perjalanan Karier Legenda Sepak Bola

Evolusi Karier Sang Maestro dari Lapangan hingga Kursi Pelatih

Xabi Alonso Muda dan Sekarang
Xabi Alonso Muda dan Sekarang: Perjalanan Karier Legenda Sepak Bola

Xabi Alonso Muda dan Sekarang

score.co.id – Xabi Alonso tidak hanya dikenang sebagai gelandang visioner dengan passing mematikan, tetapi juga sebagai pelatih jenius yang membawa angin segar ke dunia sepak bola modern. Dari memimpin pertahanan Real Sociedad di usia belia hingga mengukir sejarah dengan Bayer Leverkusen sebagai pelatih, perjalanannya penuh dengan dedikasi, kecerdasan taktis, dan semangat pantang menyerah. Artikel ini mengupas tuntas transformasi Alonso dari pemain muda berbakat menjadi legenda di lapangan hijau dan di sisi lapangan sebagai arsitek tim yang disegani.

Awal Karier Pemain: Real Sociedad sebagai Fondasi

Sebelum menjadi ikon di Eropa, Alonso memulai segalanya di kampung halamannya. Lahir di Tolosa, Basque, darah sepak bola mengalir deras dalam dirinya—ayahnya, Miguel Ángel Alonso, juga pernah membela Real Sociedad dan Barcelona.

Evolusi Karier Sang Maestro dari Lapangan hingga Kursi Pelatih
Evolusi Karier Sang Maestro dari Lapangan hingga Kursi Pelatih

Debut Senior di Usia 18 Tahun

Alonso pertama kali mengenakan jersey senior Real Sociedad pada Desember 1999 dalam laga Copa del Rey melawan Logroñés. Meski hanya bermain 10 menit, momen itu menjadi batu loncatan bagi kariernya. Musim 2002-03 menjadi titik balik: di usia 20 tahun, ia diangkat sebagai kapten termuda dalam sejarah klub dan membawa Sociedad finis sebagai runner-up La Liga, hanya kalah dari Real Madrid.

Pemain Spanyol Terbaik 2003

Baca Juga  Mengenal Filosofi Arne Slot, Pep Guardiola Versi Belanda yang Siap Bikin Liverpool Main Gila dan Seksi

Penampilan gemilangnya musim itu—12 gol dari posisi gelandang—membuatnya meraih penghargaan Pemain Spanyol Terbaik versi Don Balón. Kemampuannya membaca permainan dan distribusi bola akurat menjadi senjata utama yang menarik perhatian klub-klub besar Eropa.

Sukses di Liga Inggris: Era Keemasan bersama Liverpool

Pada Agustus 2004, Alonso resmi hijrah ke Liverpool dengan harga £10,5 juta. Di bawah asuhan Rafael Benítez, ia menjadi tulang punggung lini tengah The Reds.

Liga Champions 2005: Kebangkitan dari Neraka Istanbul

Final Liga Champions 2005 melawan AC Milan menjadi saksi ketangguhan mental Alonso. Saat Liverpool tertinggal 3-0 di babak pertama, golnya di menit ke-60—sebuah rebound dari tendangan penalti yang gagal—menjadi penyeimbang yang memicu comeback epik. The Reds akhirnya menang lewat adu penalti, dan Alonso tercatat sebagai pahlawan.

Kontribusi Tak Terlupakan di Anfield

Selama lima musim, Alonso tampil dalam 210 pertandingan dengan 19 gol. Selain trofi Liga Champions dan FA Cup 2006, chemistry-nya dengan Steven Gerrard dan Javier Mascherano menciptakan trio gelandang terkuat di Eropa saat itu.

Merajai Spanyol: Gelar Bergengsi di Real Madrid

Pada 2009, Alonso memutuskan kembali ke Spanyol dengan bergabung ke Real Madrid seharga £30 juta. Di Santiago Bernabéu, perannya sebagai gelandang bertahan yang cerdas membuatnya dicintai fans.

Rekor 100 Poin di La Liga 2011-12

Bersama pelatih José Mourinho, Alonso menjadi otak permainan Los Blancos yang meraih gelar La Liga musim 2011-12 dengan rekor 100 poin. Kedisiplinan dan kemampuan mematikan serangan lawan membuatnya tak tergantikan.

La Décima: Puncak Karier di Madrid

Di musim terakhirnya bersama Madrid (2013-14), Alonso akhirnya mengangkat trofi Liga Champions setelah mengalahkan Atlético Madrid di final. Meski absen karena kartu kuning akumulasi, kontribusinya sepanjang musim diakui sebagai kunci kesuksesan tim.

Baca Juga  Piala Dunia U-17 2023 - Timnas U-17 Mali Berterima Kasih ke Kota Solo, Ada Apa?

Menutup Karier di Bayern Munich: Kesempurnaan sebagai Winner

Pada 2014, Alonso menyambut tantangan baru di Bundesliga dengan bergabung ke Bayern Munich. Di bawah Pep Guardiola, gaya bermainnya yang tenang dan matang semakin terasah.

Tiga Gelar Bundesliga Berturut-turut

Selama tiga musim, Alonso meraih tiga gelar Bundesliga dan satu DFB-Pokal. Kolaborasinya dengan Bastian Schweinsteiger dan Thiago Alcântara menciptakan lini tengah yang mendominasi baik secara fisik maupun teknis.

Pensiun pada 2017: Akhir Era Gelandang Klasik

Alonso memutuskan gantung sepatu pada 2017 di usia 35 tahun. Pertandingan terakhirnya melawan Freiburg menjadi momen haru, di mana ia mendapat standing ovation dari fans Bayern.

Timnas Spanyol: Bagian dari Era Keemasan La Roja

Bersama timnas Spanyol, Alonso adalah bagian dari generasi emas yang memenangkan tiga turnamen besar beruntun: Euro 2008, Piala Dunia 2010, dan Euro 2012.

Pemain Kunci di Posisi Ganda

Alonso sering bermain sebagai gelandang bertahan maupun box-to-box. Golnya ke gawang Prancis di perempat final Euro 2012 menjadi bukti fleksibilitasnya. Dari 114 penampilan, ia mencetak 16 gol—angka yang impresif untuk seorang gelandang defensif.

Transisi ke Dunia Kepelatihan: Dari Akademi ke Liga Top

Setelah pensiun, Alonso tak jauh dari sepak bola. Ia memulai karier kepelatihan di akademi Real Madrid (2018-2019), lalu melatih Real Sociedad B (2019-2022).

Promosi Historis ke Segunda División

Pada musim 2020-21, Alonso membawa Real Sociedad B promosi ke Segunda División untuk pertama kalinya dalam 60 tahun. Gaya menyerang progresifnya menarik perhatian klub-klub besar.

Lompatan Besar ke Bayer Leverkusen

Pada Oktober 2022, Alonso mengambil alih Bayer Leverkusen yang saat itu terpuruk di zona degradasi Bundesliga. Dalam waktu singkat, ia mengubah tim tersebut menjadi mesin kemenangan.

Baca Juga  Radja Nainggolan Kesulitan Nilai Kualitas Bhayangkara FC, Ada Plus Banyak Minus

Revolusi Xabiball: Filosofi yang Mengubah Leverkusen

Gaya bermain Leverkusen di bawah Alonso—dijuluki “Xabiball”—merupakan perpaduan antara penguasaan bola ala Guardiola dan transisi cepat khas Jürgen Klopp.

51 Laga Tanpa Kekalahan: Rekor yang Menggetarkan Eropa

Musim 2023-24 menjadi sejarah: Leverkusen tak terkalahkan di semua kompetisi (51 laga), merebut gelar Bundesliga pertama mereka dan DFB-Pokal. Alonso berhasil memaksimalkan pemain muda seperti Florian Wirtz dan Victor Boniface.

Tantangan Musim 2024-25: Bertahan di Puncak

Hingga Maret 2025, Leverkusen tetap kompetitif meski Bayern Munich memimpin klasemen. Alonso dianggap sebagai kandidat kuat untuk mengisi kursi kepelatihan klub elite seperti Real Madrid atau Liverpool di masa depan.

Warisan Xabi Alonso: Inspirasi untuk Generasi Baru

Baik sebagai pemain maupun pelatih, Alonso meninggalkan jejak tak terhapuskan. Visinya di lapangan dan kemampuan membaca permainan kini diteruskan ke anak asuhnya di Leverkusen.

Pengaruh Guardiola dan Ancelotti

Alonso mengakui bahwa gaya kepelatihannya banyak terinspirasi dari mantan pelatihnya: kedisiplinan taktis Guardiola dan manajemen grup ala Ancelotti. Kombinasi ini membuatnya disegani sebagai pelatih inovatif.

Prediksi Masa Depan: Menuju Puncak Eropa

Dengan prestasinya saat ini, Alonso diprediksi akan menjadi salah satu pelatih terbaik di dekade ini. Spekulasi tentang masa depannya di Real Madrid atau timnas Spanyol terus mencuat, membuktikan bahwa kariernya masih akan terus bersinar.

Penutup

Xabi Alonso membuktikan bahwa kecerdasan dan dedikasi bisa mengantarkan seseorang menjadi legenda di dua peran berbeda: pemain dan pelatih. Dari Tolosa hingga Leverkusen, perjalanannya adalah bukti bahwa sepak bola tak hanya tentang fisik, tetapi juga tentang strategi, kesabaran, dan hasrat untuk terus belajar. Sambil menunggu langkah berikutnya dari sang maestro, satu hal pasti: warisannya akan terus menginspirasi generasi mendatang.