Pemain Terbaik Persebaya Sepanjang Masa yang Masih Hidup di Era Modern

Legenda Persebaya yang masih aktif dan mengukir sejarah hingga kini.

Pemain Terbaik Persebaya Sepanjang Masa yang Masih Hidup di Era Modern
Pemain Terbaik Persebaya Sepanjang Masa yang Masih Hidup di Era Modern

Pemain Terbaik Persebaya Sepanjang Masa

score.co.id – Persebaya Surabaya bukan sekadar klub sepak bola. Ia adalah simbol kebanggaan warga Jawa Timur yang telah melahirkan puluhan legenda sejak era Perserikatan hingga Liga Indonesia. Di tengah gempuran pemain asing dan generasi milenial, nama-nama seperti Aji Santoso, Bejo Sugiantoro, dan Jacksen F. Tiago masih harum dikenang. Siapa saja pemain terbaik Persebaya sepanjang masa yang masih aktif berkontribusi di dunia sepak bola modern? Simak profil lengkap mereka berikut ini.

Aji Santoso: Sang Loyalis yang Menjadi Simbol Kebanggaan

Jika ada satu nama yang mewakili jiwa Persebaya, itu adalah Aji Santoso. Bek kiri kelahiran 1970 ini merangkai kariernya bersama Bajul Ijo dari 1987 hingga 1995, periode di mana Persebaya mulai menancapkan taringnya di kancah nasional.

Karier Gemilang di Lapangan Hijau

Aji Santoso adalah pilar utama lini belakang Persebaya saat meraih gelar Liga Indonesia 1996-1997. Kecepatan dan ketajaman dalam membaca permainan lawan membuatnya jarang tergantikan. Statistik mencatat, selama 8 musim membela Persebaya, ia hanya absen dalam 3 pertandingan—sebuah rekor yang sulit ditembus pemain modern.

Transformasi Menjadi Pelatih Visioner

Pasca pensiun pada 2001, Aji tak jauh dari dunia sepak bola. Ia memimpin Persebaya sebagai pelatih kepala di tiga periode berbeda (2011-2013, 2017-2018, dan 2022-2023). Di bawah asuhannya, Persebaya kembali ke papan atas Liga 1 dengan gaya permainan menekan dan ofensif. Hingga 2025, meski tak lagi menangani Persebaya, Aji masih menjadi sosok yang dihormati di klub dan kerap dianggap sebagai “jembatan” antara generasi lama dan baru.

Baca Juga  Persib Bandung Siap Promosikan Striker Bocil untuk Gantikan Peran DDS?

Mengapa Ia Legenda?

Loyalitas dan konsistensi menjadi kunci. Aji menolak tawaran menggiurkan dari klub lain di puncak kariernya. “Bagi saya, hijau adalah warna darah. Tak ada klub yang bisa menggantikan Persebaya,” ujarnya dalam wawancara eksklusif tahun 2024.

Bejo Sugiantoro: Libero Tangguh yang Tak Tergantikan

Nama Bejo Sugiantoro mungkin tak setenar Aji Santoso, tetapi kontribusinya sama besar. Libero kelahiran 1977 ini adalah otak pertahanan Persebaya selama hampir 15 tahun.

Era Keemasan di Lini Belakang
Bergabung sejak 1994, Bejo menjadi benteng utama Persebaya di final Liga Indonesia 1996-1997 melawan Bandung Raya. Kemampuannya mengatur garis pertahanan dan memotong umpan lawan membuat Persebaya hanya kebobolan 18 gol dalam 32 pertandingan musim itu.

Dari Lapangan ke Bangku Pelatih
Setelah gantung sepatu pada 2008, Bejo memilih jalur kepelatihan. Sejak 2018, ia menjadi asisten pelatih Persebaya dan berperan penting dalam mengasah bintang muda seperti Marselino Ferdinan. “Ilmu bertahan ala Bejo itu timeless. Tekniknya masih relevan diajarkan ke pemain sekarang,” kata pelatih Persebaya tahun 2024, Luis Milla.

Warisan Tak Tergantikan
Meski tak se-flamboyan pemain lain, dedikasi Bejo diakui melalui angka: 412 penampilan, 2 gelar Liga Indonesia, dan 0 kartu merah sepanjang karier.

Jacksen F. Tiago: Raja Gol yang Kembali sebagai Pelatih

Jacksen F. Tiago adalah legenda hidup yang kisahnya seperti diambil dari novel. Penyerang asal Brasil ini bukan hanya mencetak sejarah sebagai pencetak gol terbanyak Persebaya, tetapi juga sukses membawa klub kembali juara sebagai pelatih.

Revolusi sebagai Striker

Di musim pertamanya (1996-1997), Jacksen mencetak 26 gol—rekor yang belum terpecahkan hingga 2025. Golnya di final melawan Bandung Raya menjadi penentu gelar juara. Gaya bermainnya yang agresif dan karismatik membuatnya dijuluki “Si Mesin Pembunuh” oleh suporter Bonek.

Baca Juga  Ulasan Singkat Persib vs Madura United, Mana yang Lebih Kuat?

Kembali dengan Peran Baru

Setelah pensiun pada 2006, Jacksen kembali ke Persebaya sebagai pelatih kepala pada 2004. Hasilnya? Gelar Liga Indonesia 2004—membuktikan bahwa darah juaranya tak pudar meski tak lagi bermain.

Fakta Menarik

Jacksen adalah satu-satunya legenda Persebaya yang berhasil meraih gelar Liga Indonesia baik sebagai pemain maupun pelatih. Pada 2025, di usia 56 tahun, ia masih aktif melatih klub di kasta bawah Liga Indonesia.

Yusuf Ekodono: Striker Berani yang Mengharumkan Nama Timnas

Yusuf Ekodono mungkin kurang dikenal generasi muda, tetapi namanya tercatat sebagai salah satu striker tersubur Persebaya di era 80-90an.

Prestasi di Masa Kejayaan
Bergabung sejak 1985, Yusuf menjadi andalan saat Persebaya menjadi runner-up Perserikatan 1986-1987. Total 89 gol dalam 12 musim membuatnya dijuluki “Elang Selatan” oleh media lokal.

Kontribusi untuk Timnas

Yusuf adalah bagian dari skuad Timnas Indonesia yang meraih medali emas SEA Games 1991. Golnya di semifinal melawan Thailand masih sering ditayangkan ulang dalam dokumentasi sejarah sepak bola nasional.

Kehidupan Pasca Pensiun

Berbeda dengan Aji atau Bejo, Yusuf memilih hidup tenang di Surabaya setelah pensiun. Meski jarang muncul di publik, ia masih rutin diundang dalam acara-acara kebanggaan Persebaya.

Uston Nawawi: Gelandang Kreatif yang Setia

Jika Jacksen adalah jantung serangan, Uston Nawawi adalah otak permainan Persebaya di era 90-an. Gelandang kreatif ini menghabiskan hampir seluruh kariernya di Surabaya.

Dekade Penuh Prestasi

Uston bergabung dengan Persebaya pada 1994 dan langsung menjadi pengatur serangan di gelar juara 1996-1997. Kemampuannya mengirim umpan terobosan dan tendangan jarak jauh menjadikannya momok bagi lawan.

Loyalitas yang Tak Ternilai

Di era dimana pemain sering berpindah klub untuk mencari gaji besar, Uston tetap setia hingga pensiun pada 2004. “Saya ingin mati sebagai bagian dari Persebaya,” ucapnya dalam wawancara tahun 2020.

Baca Juga  Pekan Terakhir Liga 1: Penentuan Nasib Tiga Tim di Ujung Tanduk

Aktivitas Terkini

Uston sempat menjadi asisten pelatih Persebaya pada 2015-2016. Pada 2025, ia lebih banyak menghabiskan waktu sebagai pengamat sepak bola lokal dan mentor tidak resmi bagi pemain muda.

Analisis: Mengapa Mereka Masih Relevan di Era Modern?

Kelima legenda ini bukan hanya diingat karena prestasi masa lalu, tetapi juga karena kontribusi berkelanjutan mereka:

  1. Transfer Ilmu ke Generasi Muda: Aji Santoso dan Bejo Sugiantoro aktif melatih, sementara Uston Nawawi kerap memberikan pelatihan informal.
  2. Strategi Tim yang Timeless: Gaya bertahan ala Bejo atau serangan balik cepat ala Jacksen masih dipelajari di akademi Persebaya.
  3. Simbol Identitas Klub: Keberadaan mereka mengingatkan suporter dan pemain baru tentang nilai-nilai inti Persebaya: loyalitas, kerja keras, dan semangat pantang menyerah.

Proyeksi: Bisakah Legenda Ini Menginspirasi Gelar Juara Baru?

Persebaya sedang membangun tim muda berbakat seperti Muhammad Ridwan dan Hadi Prasetyo. Kehadiran legenda hidup seperti Aji Santoso di sekitar klub memberikan dampak psikologis yang besar. Pelatih saat ini, Luis Milla, mengaku kerap berkonsultasi dengan Aji tentang strategi menghadapi lawan-lawan berat.

“Mereka adalah living proof bahwa Persebaya bisa jadi juara. Semangat itu harus ditularkan ke pemain sekarang,” kata CEO Persebaya, Azrul Ananda, dalam konferensi pers Maret 2025.

Penutup: Warisan yang Tak Pernah Padam

Legenda bukan sekadar kenangan. Aji Santoso, Bejo Sugiantoro, Jacksen F. Tiago, Yusuf Ekodono, dan Uston Nawawi adalah bukti nyata bahwa nilai-nilai Persebaya tetap hidup. Di tengah modernisasi sepak bola Indonesia, kisah mereka menjadi penyeimbang—pengingat bahwa loyalitas dan dedikasi tetap menjadi pondasi utama kesuksesan. Selama nama mereka masih disebut di tribun Stadion Gelora Bung Tomo, selama itu pula semangat Persebaya tak akan pernah mati.