SCORE.CO.ID – Liga Europa 2024/2025 mempertemukan Manchester United dengan FC Twente, sebuah laga yang menjadi tantangan tersendiri bagi Erik ten Hag.
Pertandingan ini dijadwalkan berlangsung di Old Trafford pada Kamis (26/9/2024) dini hari WIB.
Dalam konteks performa, Manchester United terlihat lebih unggul dibandingkan dengan Twente.
Rekor pertemuan menunjukkan bahwa Twente hanya mampu meraih satu kemenangan dari 13 kali menghadapi tim-tim Inggris.
Lebih parah lagi, Twente mengalami kekalahan dalam tujuh pertandingan terakhir di kompetisi Liga Europa, yang semakin mempertegas posisi mereka sebagai underdog.
Meskipun demikian, perasaan Erik ten Hag cukup rumit menjelang pertandingan ini.
Keberadaan Twente dalam kariernya memiliki makna yang mendalam, karena klub tersebut adalah tempat di mana dia memulai perjalanan sebagai pelatih.
Kenangan Manis di FC Twente
Erik ten Hag memiliki hubungan yang kuat dengan FC Twente.
Dia bermain untuk klub tersebut dalam dua periode, yang dimulai dari 1989 hingga 1990, dan dilanjutkan dari 1996 hingga 2002.
Selama waktu tersebut, dia tampil lebih dari 200 kali dan mencetak lima gol.
Karier kepelatihannya juga dimulai di klub ini, di mana dia menjabat sebagai pelatih tim junior sebelum diangkat menjadi asisten pelatih pada 2006.
Pengalaman ini memberikan fondasi yang kuat bagi perkembangan kariernya, menjadikan Twente sebagai bagian penting dari hidupnya.
Ten Hag mengakui bahwa sulit baginya untuk menghadapi klub yang memiliki peranan begitu besar dalam perjalanan kariernya.
Dalam ungkapannya, dia menyebutkan, “Twente memberikan banyak hal untuk saya. Saya sempat masuk akademi mereka dan menjadi bagian dari generasi pertama tim muda setelah lama absen.”
Tensi Emosional Menjelang Pertandingan
Meski Manchester United diunggulkan, Ten Hag merasa tidak nyaman melakoni laga ini.
Dia menyatakan keinginan untuk menghadapi lawan lain, karena melawan Twente berarti berpotensi melukai klub yang dicintainya.
Kondisi ini menambah dimensi emosional bagi pertandingan yang seharusnya menjadi ajang untuk menunjukkan keunggulan tim.
Rasa hormat Ten Hag terhadap Twente sangat kentara, dan ini menunjukkan betapa besar pengaruh klub tersebut dalam hidupnya.
Sikapnya mencerminkan profesionalisme sekaligus kesadaran akan hubungan emosional yang tidak bisa dipisahkan.
Meskipun timnya akan berjuang untuk meraih kemenangan, perasaan haru dan nostalgia tetap mengisi pikirannya saat menghadapi mantan klubnya.
Keputusan yang diambilnya dalam pertandingan ini akan menjadi titik penting bagi dirinya, baik sebagai manajer maupun sebagai mantan pemain.
Tantangan ini bukan hanya sekadar meraih tiga poin, tetapi juga berhadapan dengan masa lalu yang penuh kenangan.
Dengan segala pertimbangan yang ada, Erik ten Hag akan tetap mempersiapkan timnya secara maksimal untuk meraih hasil terbaik, meskipun rasa berat di hatinya tidak dapat dihindari.