Mengenang Sven Goran Eriksson: Sang Juru Taktik di Balik Kejayaan Lazio

berita serie a

Mengenang Sven Goran Eriksson: Sang Juru Taktik di Balik Kejayaan Lazio

SCORE.CO.ID – Sven-Goran Eriksson, sosok legendaris yang pernah membawa Lazio meraih Scudetto Liga Italia pada tahun 2000, tutup usia pada 26 Agustus 2024 di Bjorkefors, Swedia.

Dalam karier panjangnya, Eriksson dikenal sebagai pelatih dengan sentuhan ajaib, yang tidak hanya sukses menangani klub-klub besar Eropa seperti Benfica, AS Roma, Sampdoria, dan Lazio, tetapi juga tim-tim nasional seperti Inggris dan Filipina.

Meskipun Eriksson akhirnya kalah dalam pertarungan melawan kanker pankreas yang didiagnosis sejak Januari 2024, warisannya sebagai salah satu pelatih terbaik di dunia sepak bola tetap abadi.

Kisah Kejayaan di Lazio dan Kontroversi Scudetto 1999/2000

Salah satu momen paling dikenang dari karier Eriksson adalah ketika ia memimpin Lazio meraih gelar juara Serie A pada musim 1999/2000.

Musim itu penuh dengan drama, terutama di pekan-pekan terakhir ketika Lazio berhasil menyalip Juventus di klasemen akhir.

Pada giornata ke-26, Juventus memimpin dengan sembilan poin di atas Lazio. Banyak yang mengira jarak tersebut sulit dikejar dalam delapan pertandingan tersisa.

Namun, Lazio mampu memperkecil selisih poin hingga akhirnya menyamai Juventus di pekan ke-33 dan ketegangan memuncak saat Juventus menang kontroversial atas Parma dengan skor 1-0 setelah wasit Massimo De Santis menganulir gol penyama kedudukan dari Fabio Cannavaro.

Laga pamungkas musim itu menjadi saksi bisu salah satu akhir kompetisi paling dramatis dalam sejarah Serie A.

Juventus yang hanya membutuhkan hasil imbang di kandang Perugia, akhirnya kalah 1-0 oleh gol Alessandro Calori dalam kondisi lapangan yang kurang ideal akibat hujan deras.

Sebaliknya, Lazio yang mengalahkan Reggina 3-0 di Stadio Olimpico, berhasil meraih gelar juara, tentunya keberhasilan ini tidak hanya menandai Scudetto kedua dalam sejarah klub, tetapi juga merupakan kemenangan atas ketidakadilan dan kontroversi yang sempat terjadi.

Baca Juga  Inter Milan Vs Genoa Imbang 1-1, Simone Inzaghi Ogah Cari Kambing Hitam 

Peninggalan dan Warisan Eriksson dalam Dunia Sepak Bola

Eriksson meninggalkan jejak yang mendalam dalam dunia sepak bola, tidak hanya melalui prestasi, tetapi juga melalui pengaruhnya terhadap para pemain dan pelatih.

Sebagai pelatih yang dikenal dengan formasi pragmatis seperti 4-4-2 dan 4-5-1, Eriksson membawa pendekatan taktis yang berbeda ke klub-klub yang ditanganinya.

 Di Benfica, ia berhasil membawa klub tersebut meraih dua gelar liga berturut-turut. Di IFK Goteborg, ia mencapai treble dengan memenangkan Liga Swedia, Piala Swedia, dan UEFA Cup pada 1982.

Saat menangani Lazio, Eriksson meraih tidak hanya Scudetto, tetapi juga enam gelar lainnya termasuk dua Coppa Italia, Supercoppa Italiana, Piala Winners, dan Piala Super Eropa.

Tidak hanya prestasi, Eriksson juga dikenal karena kemampuannya menginspirasi pemain dan pelatih generasi berikutnya.

Misalnya, Diego Simeone yang kini sukses sebagai pelatih Atletico Madrid, dan Simone Inzaghi yang menjadi pelatih Inter Milan, pernah merasakan sentuhan tangan dingin Eriksson.

Mereka melihat Eriksson sebagai mentor yang memberikan wawasan mendalam tentang taktik dan strategi sepak bola.

Simone Inzaghi, salah satu murid Eriksson, pernah menyatakan bahwa Eriksson adalah contoh teladan yang mengajarkan bagaimana menghadapi hidup, bahkan saat menghadapi masa-masa sulit.