Sejarah Manchester City dari Klub Antah Berantah hingga Jadi Dinasti Baru di Liga Inggris dan Eropa

Sejarah Manchester City dari Klub Antah Berantah hingga Jadi Dinasti Baru di Liga Inggris dan Eropa

Sejarah Manchester City dari Klub Antah Berantah hingga Jadi Dinasti Baru di Liga Inggris dan Eropa

Score – Manchester City menggelar “Treble Trophy Tour” sebagai perayaan atas prestasi gemilang klub tersebut dalam musim 2021/2022 pada Sabtu, 30 September 2023. Acara ini menjadi bukti nyata atas pencapaian luar biasa The Citizens dalam dunia sepakbola.

Pada musim tersebut, Manchester City berhasil meraih tiga trofi utama, membuat mereka menjadi Treble Winners sejati. Trofi-trofi tersebut meliputi gelar Premier League, Piala FA, dan Uefa Champions League.

Tidak hanya itu, mereka juga memenangkan Uefa Super Cup pada awal musim 2022/2023. Keempat trofi prestisius ini menjadi pusat perhatian dalam “Treble Trophy Tour” ini. Bagaimana Manchester City terbentuk? Simak sejarah klub saingan Manchester United ini.

Manchester City Football Club, atau lebih dikenal sebagai Manchester City , adalah salah satu klub sepakbola paling terkemuka di Inggris dan dunia. Sejarah panjang klub ini dimulai pada tahun 1880, ketika klub ini dibentuk dengan nama St. Mark’s atas inisiatif Arthur Connell, rektor Gereja St. Mark, dan putrinya, Anna Connell.

ADVERTISEMENT

Setelah beberapa kali mengganti nama menjadi Gorton FC dan Ardwick AFC, klub ini akhirnya menetapkan nama Manchester City pada tahun 1894. Perubahan nama ini juga menyertai masa-masa kesulitan keuangan yang pada akhirnya memaksa restrukturisasi klub. Perubahan nama tersebut, bersamaan dengan pindah ke stadion yang lebih luas di Hyde Road beberapa tahun kemudian, membuat Manchester City menjadi klub paling populer di kota, dengan basis penggemar yang antusias mengikuti mereka ke mana pun mereka pergi. Peningkatan prestise ini mengantarkan klub ini naik ke Divisi Pertama pada tahun 1899.

Namun, setelah City meraih trofi pertamanya, Piala FA pada tahun 1904, tujuh belas pemain mereka diskors karena dugaan pelanggaran keuangan. Hal ini menyebabkan pemain bintang klub, Billy Meredith, pindah ke klub rival, Manchester United, di mana ia kemudian memenangkan dua gelar juara liga. Pada tahun 1923, klub pindah ke Maine Road setelah stand utama di Hyde Road hancur akibat kebakaran.

Baca Juga  Papua Barat rasionalisasi usulan dana Pilkada 2024

Pada tahun 1934, City kembali meraih kesuksesan dengan memenangkan Piala FA kedua mereka. Selama perjalanan tersebut, klub ini mencetak rekor jumlah penonton tertinggi dalam satu pertandingan, yang bertahan hingga hari ini, dengan 84.569 penggemar hadir di Maine Road untuk pertandingan babak keenam melawan Stoke City. Tiga tahun kemudian, City membawa pulang trofi Divisi Pertama dengan mencetak lebih dari 100 gol dalam satu musim. Namun, mereka terdegradasi musim berikutnya, menjadi tim juara bertahan pertama yang terdegradasi.

Periode ini diikuti oleh masa kemunduran yang panjang. Dengan hanya satu Piala FA dalam tiga dekade berikutnya dan penurunan jumlah penonton secara perlahan, waktu untuk perubahan telah tiba. Setelah Joe Mercer ditunjuk sebagai manajer pada tahun 1965, klub memasuki masa kejayaan. Selama enam tahun masa jabatannya, City meraih gelar Divisi Pertama, kedua Piala Inggris, dan Piala Winners’ Cup. Setelah periode pasca-Mercer, klub ini memenangkan Liga Inggris lagi pada tahun 1976 sebelum kembali mengalami periode mediokritas yang panjang.

Kembalinya City ke puncak sepakbola Inggris dimulai pada musim 1998-1999. Setelah pertandingan playoff dramatis melawan Gillingham, City berhasil naik dari Divisi Kedua ke Divisi Pertama. Tim ini berhasil promosi langsung ke Liga Utama. Setelah terdegradasi dari Liga Utama, mereka kemudian memenangkan Divisi Pertama pada musim berikutnya dengan selisih sepuluh poin dari West Bromwich. Setelah itu, Manchester City menegaskan diri sebagai tim Liga Utama yang tangguh.

Selama bertahun-tahun, Maine Road menjadi stadion kandang City. Namun, pada tahun 2003, Stadion Kota Manchester dibangun dengan kapasitas yang lebih besar.

Takeover oleh miliarder Abu Dhabi, Sheikh Mansour, pada tahun 2008 menjadi awal era baru dan gemilang bagi klub ini. Sekarang menjadi salah satu klub terkaya di dunia, Manchester City segera aktif di pasar transfer, mengakuisisi banyak pemain terkenal dengan biaya rekor. Dalam lima tahun setelah Mansour mengambil alih, klub menghabiskan lebih dari 500 juta pounds atau sekira Rp9,4 triliun untuk pemain. Pengaruh Abu Dhabi juga tercermin dalam keputusan untuk mengganti nama stadion kandang mereka menjadi Stadion Etihad pada tahun 2011.

Baca Juga  Dua Pemain Indonesia Jalani Latihan di Klub Spanyol Real Sociedad

Periode belanja besar-besaran ini melihat klub meraih kembali masa kejayaannya, dengan memenangkan Liga Utama, satu Piala FA, dan beberapa gelar Piala Liga dalam beberapa tahun berikutnya. Puncaknya adalah kemenangan liga pada musim 2017-2018 ketika City menjadi tim pertama dalam sejarah Liga Utama yang mengumpulkan 100 poin dalam satu musim. City juga mencatatkan rekor baru dalam kemenangan beruntun dalam liga (18).

Selisih 19 poin antara tim pertama dan kedua adalah sesuatu yang benar-benar baru bagi liga yang dikenal sebagai salah satu yang paling kompetitif dalam sepakbola. Manchester City telah menulis sejarah dengan prestasinya yang gemilang ini, dan masa depan yang cerah masih menanti klub ini.

Hingga kini, dominasi Manchester City di Liga Inggris dan Eropa masih terus berlangsung. Klub dengan jersey biru langit ini bahkan menjadi kandidat juara Liga Inggris 2023-2024 dan Liga Champions musim yang sama.***