SCORE.CO.ID – Liga 1 Indonesia tiap musimnya terus berjalan, jika mengingat sejarah sudah hampir 14 tahun ajang ini digelar, itu dimulai pada tahun 2008-2009.
Kompetisi nasional ini menggunakan format turnamen di tahun 2008 dimana sejumlah tim alami fase gugur tanpa adanya grup.
Liga 1 sendiri mengubah format itu dan dimulai pada tahun 2017 sebagai sebuah perubahan nama liga. Sebanyak empat puluh klub telah berpartisipasi dari awal sejarahnya.
Pemain yang mengikuti Liga 1 juga cukup terkenal mulai dari Cristian Gonzales, Budi Sudarsono, Kurnia Meiga, dan bahkan ada pemain luar negeri dari klub Eropa seperti Michael Essie yang saat itu bergabung di Persib.
Pemain Tertua Liga 1 yang Tak Boleh Dilupakan
Dari banyaknya pemain yang berpartisipasi di liga ini, juga ada pemain tertua Liga 1 yang hampir orang tak percaya, mengapa setua itu masih dimainkan?
Jika di luar negeri tentu Cristiano Ronaldo menjadi pemain tertua tetapi jangan lupa Ibrahimovic yang tahun ini menginjak 41 tahun.
Meski sudah uzur, pemain tertua di liga 1 juga masih mendapat tempat utama, itu ada di mantan pemain Persik Kediri, Wawan Widiantoro.
Sekarang Wawan Widiantoro bermain di Inter Pemuda Kediri di Liga 3 Jawa Timur.
Sempat bermain di Liga 1, Wawan mengaku senang menjalani profesinya sebagai atlet sepak bola.
Meski usianya terbilang senja untuk pesepakbola, Wawan tetap memilih jalur karier sebagai atlet sepak bola. Hal itu dibuktikan saat dirinya sepakat kembali merumput untuk mengarungi kasta ketiga sepak bola Indonesia.
Wawan adalah pemain kelahiran Malang, 26 Oktober 1977. Usia yang 46 tahun membuat Wawan jadi dua pemain veteran di Liga Indonesia.
Kata Wawan
“Alhamdulillah Saya masih diberi kesehatan sampai saat ini dan dipercaya sama coach Hariyanto untuk membimbing adik-adik mengarungi liga 3,” terangnya dikutip dari laman ngopi bareng pada Selasa (5/12/23).
“Kondisi fisik Saya tidak terlalu turun jauh karena tetap aktif. Habis dari liga 1 saya tetap aktif jaga kondisi dan juga melatih sepak bola untuk anak SSB. Alhamdulillah sampai sekarang masih bisa berlari.
“Saya juga tidak merasa senior, adik-adik ini sering saya ajak guyon. Situasinya kayak keluarga, seperti halnya Persik jaman dulu. Makan gak makan yang penting kumpul. Di lapangan suasana menjadi cair,” tutupnya.