Score – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengingatkan bahwa hilirisasi harus dilakukan secara selektif dan fokus terhadap produk yang ingin ditingkatkan nilai tambahnya agar maksimal.”Kita tidak bisa melakukan hilirisasi di semua hal, apalagi di tengah global village. Dunia semakin menjadi satu, sentra produksi ada di berbagai belahan dunia, tidak semua hal bisa dilakukan oleh satu negara,” kata Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko dalam simposium praktisi dan periset ekonomi di Jakarta, Rabu.
Handoko menuturkan negara sebesar Amerika Serikat dan China sekalipun tidak mampu melakukan semua hal.
Raksasa pabrik chipset TSMC membuat chipset untuk Apple maupun Snapdragon yang dipakai oleh Android. Kedua merek itu membuat chipset di satu pabrik yang sama.Menurut Handoko, Indonesia harus mampu memilah dan memilih fokus hilirisasi yang memang masih kompetitif, mampu bersaing, dan memiliki target level.Dalam sektor pertambangan nikel, Handoko pernah ditanya tentang hilirisasi nikel tersebut apakah sampai baterai. Dia menjadi tidak mungkin, sebab Indonesia paling banter harus sampai lembaran sel.
Hilirisasi pertanian terkhusus kina belum memungkinkan, karena produksi di dalam negeri hanya 10 juta ampoule. Sedangkan China memproduksi 1 miliar ampoule kina yang didistribusikan ke seluruh dunia yang membuat harganya bisa mencapai Rp1.000.Kalau Indonesia memproduksi kina sendiri bisa Rp5.000 dan jika dipaksakan bisa memberatkan para pasien dan fasilitas kesehatan.