Score – Salah satu pembalap yang mendapatkan perhatian Dani Pedrosa adalah pembalap rookie, Pedro Acosta, yang dijuluki Si Bocah Ajaib.
Acosta telah menjadi perhatian sejak debut emasnya di grand prix hingga telah merebut dua gelar juara dunia di Moto3 dan Moto2 dalam waktu tiga tahun saja!
Kebetulan juga, Acosta menjalani debut dengan motor KTM RC16 yang dikembangkan Pedrosa selaku pembalap penguji sejak 2019.
Pertama kali menjajal motor MotoGP, Acosta mengakhiri sesi tes di urutan ke-18 atau terpaut 1,223 detik dari pembalap tercepat.
Walau selisih waktu lapnya masih jauh, Acosta sudah terlihat natural di atas motor MotoGP yang lebih rumit, salah satunya karena teknologi kontrol elektronik yang jauh lebih maju.
“Saya tidak bisa bilang bahwa saya cepat di awal, saya punya banyak tombol untuk ditekan dan terkadang menikung dengan posisi motor turun (tertawa),” ucapnya dikutip dari GPOne.
“Saya pikir saya dapat menjaga kecepatan yang solid dan penting untuk memahami bagaimana elektroniknya bekerja, remnya, ban, mendapatkan gagasan secara umum.”
“Kami membangun basis agar kecepatannya datang secara natural.”
Sebagai perbandingan, saat Marc Marquez, sosok yang sering disandingkan dengan Acosta karena sama-sama “Ajaib”, menjalani tes pertamanya di MotoGP pada November 2012, kecepatannya juga tidak istimewa.
Dengan agenda tes pasca-musim yang lebih lama yaitu dua hari, Marquez mengakhiri debutnya dengan gap waktu 1,081 detik dari pembalap tercepat yaitu … Pedrosa.
Pedrosa sendiri menyempat waktu untuk berbincang dengan Acosta sebelum tes pasca-musim berlangsung.
“Saya hanya mencoba memberinya beberapa saran tentang ban, yang merupakan hal terpenting di awal,” imbuhnya.
Beradaptasi dengan ban memang menjadi salah satu langkah pertama Acosta.
Sebabnya, kelas MotoGP menggunakan ban yang dikembangkan oleh produsen yang berbeda dari kelas Moto2 dan Moto3.
Ban semua tim MotoGP dipasok Michelin sedangkan Dunlop memegang kontrak untuk dua kelas terbawah sampai akhir musim lalu.
Belajar mengatur ban hingga menentukan kompon yang tepat untuk balapan juga harus dilalui Acosta jika ingin mengekspresikan talentanya secara maksimal.
Soal menentukan kompon ban misalnya, ini tidak sesederhana yang dikira. Bahkan pembalap berpengalaman sekali pun bisa melakukan kesalahan.
Bagaimanapun, ban adalah bagian paling krusial dari motor karena menjadi penyambung antara performa mesin dengan aspal.
Bantuan dari sosok legenda pun tidak hanya diterima Acosta saja.
Legenda balap lainnya yaitu Valentino Rossi sering membicarakan soal opsi ban dengan murid-muridnya, salah satunya Francesco Bagnaia.
“Menurut saya, terkadang Pecco itu membuat beberapa keputusan aneh untuk memilih ban. Di masa lalu dia sering tidak beruntung dengan (pemilihan) ban,” kata Rossi pada 2021.
Bahkan dalam perjalanannya mempertahankan gelar MotoGP pada musim lalu, Bagnaia masih berdiskusi soal ban dengan Rossi setelah salah memilih kompon dalam sprint MotoGP Valencia.
“Valentino selalu bertanya kepada saya kemarin (sprint) kenapa saya memilih ban medium dan saya bertanya hal yang sama kepada diri saya sendiri,” ujar Bagnaia.