Score – Pemerintah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mencatat masih banyak penyintas gempa di daerah itu yang tinggal di dalam hunian dan tenda darurat meski sudah mendapat bantuan uang tunggu hunian untuk mengontrak rumah dengan berbagai alasan.
Bupati Cianjur, Herman Suherman di Cianjur, Senin, mengatakan sebagian besar berdalih sulit mendapatkan rumah kontrakan dan lokasi kontrakan yang jauh dari perkampungan, sehingga mereka tetap memilih tinggal di dalam tenda dan hunian darurat.
“Kami sudah memberikan bantuan uang tinggi hunian sebesar Rp500 ribu per bulan selama tiga bulan, namun penyintas memilih tetap tinggal di dalam tenda dan hunian darurat karena berbagai alasan, sambil menunggu bantuan stimulan tahap IV cair, jumlahnya masih banyak,” katanya.
Herman menjelaskan, sebagian besar memilih bertahan di tenda dan hunian darurat karena dekat ke tempat bekerja dan masih tetap bisa mencari nafkah dengan menggarap lahan pertanian di sekitar perkampungan yang sudah dapat digarap sejak beberapa bulan terakhir.
Namun pihaknya tetap memberikan perhatian bagi warga yang memiliki anak balita dan orang tua lanjut usia yang masih bertahan di dalam tenda dan hunian darurat untuk mendapatkan bantuan logistik setiap bulan nya yang disalurkan dinas penghubung.
“Berbagai bantuan masih tetap mengalir untuk mereka yang memiliki balita dan lansia yang masih tinggal di dalam tenda dan hunian darurat,” katanya.
Sedangkan terkait bantuan stimulan tahap IV untuk perbaikan rumah penyintas yang rusak, tutur dia, masih dalam proses dengan harapan dapat segera cair sebelum akhir tahun karena sudah masuk satu tahun warga penyintas tinggal di dalam tanda dan hunian darurat.
“Kami sudah menyerahkan Surat Keputusan nama penerima bantuan stimulan tahap IV ke Kementerian PUPR melalui BNPB, besar harapan kami dapat terealisasi di akhir tahun, sehingga warga dapat membangun kembali rumahnya,” kata Herman.
Sementara penyintas gempa di sejumlah desa di Kecamatan Cugenang, Cianjur dan Pacet yang sudah satu tahun tinggal di dalam tenda dan hunian darurat, memilih menggunakan uang tunggu hunian untuk kebutuhan sehari-hari bukan untuk mengontrak rumah.
Mereka berdalih sulitnya mendapatkan kontrakan di wilayah tempat tinggal nya, ditambah sulitnya membawa perabotan ke rumah kontrakan yang terletak di luar wilayah serta ukuran kontrakan yang tidak dapat dihuni dengan nyaman karena jumlah jiwa lebih dari empat orang.
“Mau mengontrak satu rumah uang nya tidak cukup, kalau sekedar kontrakan paling hanya bisa untuk dua orang, sehingga kami memilih tetap tinggal di hunian darurat karena tidak jauh dari ladang dan kebun dimana kami mencari nafkah,” kata penyintas di Desa Cijedil, Kecamatan Cugenang, Randi.
Hal serupa terucap dari penyintas lainnya di Desa Tegalega, Kecamatan Cugenang yang memilih bertahan di dalam hunian darurat sambil menunggu pencairan bantuan stimulan tahap IV karena untuk membangun sendiri rumah yang ambruk mereka tidak memiliki biaya.
“Berat tidak berat sudah setahun kami tinggal di dalam hunian darurat, sambil menunggu bantuan dari pemerintah segera cair. Kalau mengontrak rumah di kampung ini tidak ada, sehingga lebih baik di hunian darurat tidak perlu jauh,” kata penyintas Eti Hayati (54).