Score – Gelar pertama wakil tunggal putri Indonesia di level super 500 ini diharapkan bisa membangkitkan semangat dan melecut motivasi sektor tunggal putri di pelatnas PBSI di Cipayung, Jakarta Timur.
Hal ini dikatakan asisten pelatih tunggal putri Pelatnas Cipayung, Herli Djaenudin.
Menurut Herli, sukses yang dipetik Gregoria pasti akan melecut semangat para pemain sektor tunggal putri.
Adik-adik Gregoria dipastikan semakin termotivasi mengikuti prestasi seniornya, setelah dia menjadi kampiun dalam laga final yang digelar di Kumamoto Gymnasium, Kumamoto ini.
“Tentu dengan keberhasilan Gregoria ini akan memiliki nilai positif. Kemenangan ini akan bisa melecut motivasi adik-adiknya di pelatnas Cipayung yang lain untuk mengikuti jejak Gregoria,” kata Herli dalam siaran resmi PBSI.
Kemenangan Gregoria ini menurut Herli akan menyemangati prestasi adik-adiknya yang juga mulai meretas merebut gelar-gelar juara di berbagai level.
Misalnya, Mutiara Ayu Puspitasari menjadi juara Kejuaraan Asia Junior 2023.
Selanjutnya, ada Chiara Marvela Handoyo menjadi runner up Kejuaraan Dunia Junior 2023 di Washington, AS.
Berikutnya, Ester Nurumi Tri Wardoyo mengemas dua gelar Indonesia Challenge dan Indonesia Masters 2023 super 100 di Medan.
Sebelumnya, Putri Kusuma Wardani juga jadi kampiun Spain Masters 2021 super 300.
“Para generasi di bawah Gregoria ini juga sudah mulai menunjukkan prestasi. Semoga dengan keberhasilan Gregoria ini menjadi awal kebangkitan sektor tunggal putri Pelatnas Cipayung yang selama ini prestasinya masih di bawah dibanding sektor yang lain,” tutur Herli.
Herli lalu menjelaskan kunci keberhasilan Gregoria menundukkan Chen Yu Fei (China) yang juga peraih emas Olimpiade Tokyo 2020 itu adalah karena anak didiknya itu mengusung keinginan kuat untuk menjadi kampiun.
“Faktor utama yang mengantarkan Gregoria menjadi juara Kumamoto Masters Japan 2023 itu karena dia memiliki keinginan yang sangat kuat dan tekad untuk menangnya luar biasa besar,” tutur Herli.
Padahal, saat turun bertarung di laga pamungkas, sebenarnya Gregoria tidak dalam kondisi prima. Kapalan di kedua telapak kakinya sobek.
“Dengan kondisi kapalan di telapan kaki sebelah kiri sudah sobek dari awal dan di gim kedua, gantian telapak kanannya juga sobek. Tetapi berkat keinginan yang kuat, dia bisa menjadi juara,” ucap Herli.
Saat menghadapi Chen Yu Fei, Gregoria harus mengandalkan teknik sebagai senjatanya.
Tidak boleh terbawa pola permainan lawan yang powerfull. Variasi pukulan-pukulan Gregoria harus menjadi penentunya.
“Lawan Chen Yu Fei itu, Gregoria tidak boleh bermain kuat dan mengadalkan power. Tetapi dia harus menggunakan variasi pukulannya yang memang sulit ditebak lawan. Ternyata itu berhasil,” ujar Herli.
“Memang ada beberapa kali Gregoria terpancing adu reli panjang yang banyak merugikan Grego. Tetapi setelah diingatkan, dia bisa kembali ke cara pemainaan dia untuk mematikan Chen Yu Fei,” ucap Herli.
Gregoria selanjutnya akan mengikuti China Masters 2023 (Super 750) yang digelar pada 21-26 November.