Klasemen Akhir Perolehan Medali SEA Games 2025
score.co.id – Dominasi absolut, rekor sejarah, dan gelar yang tak hanya soal jumlah medali, tapi juga penegasan hierarki olahraga di Asia Tenggara. Thailand, sebagai tuan rumah, menyelesaikan misi ini dengan spektakuler. SEA Games 2025, dari 9 hingga 20 Desember, menutup perolehan medali pada 19 Desember dengan Thailand di puncak: 232 medali emas. Ini bukan hanya juara umum, tapi rekor baru dalam sejarah event ini. Pencapaian ini lahir dari warisan panjang dan persiapan strategis yang menjadikan mereka kekuatan regional sejati.
Di balik angka fantastis itu, ada dinamika menarik. Posisi kedua diperebutkan sengit antara Indonesia dan Vietnam, mencerminkan ambisi besar kedua negara. Ketiadaan Kamboja karena alasan keamanan membayangi event, menyisakan pertanyaan soal stabilitas regional dan dampaknya pada peta olahraga. Kita akan bahas lebih dari sekadar klasemen: fondasi dominasi Thailand, strategi Indonesia sebagai runner-up, serta bagaimana politik mengubah lanskap kompetisi.

Landasan Historis dan Strategi di Balik Dominasi Mutlak Thailand
Angka 232 emas, 154 perak, dan 106 perunggu Thailand bukan kebetulan atau sekadar untung tuan rumah. Ini manifestasi mesin olahraga yang disempurnakan puluhan tahun. Gelar ini adalah yang ke-14 bagi mereka, memperpanjang rekor sebagai negara tersukses. Lebih mengesankan, Thailand satu-satunya negara yang selalu di tiga besar setiap edisi SEA Games. Konsistensi ini datang dari pembinaan atlet muda, fasilitas top, dan mental juara yang kuat.
Sebagai tuan rumah, mereka maksimalkan keuntungan taktis: pilih cabang kekuatan seperti muay thai, sepak takraw, dan atletik. Tapi keunggulan juga di cabang Olimpiade seperti renang. Ini bukti investasi menyeluruh, tak hanya andalkan olahraga tradisional.
Faktor psikologis penting: dukungan suporter beri energi ekstra, ciptakan tekanan bagi lawan. Kemenangan ini pulihkan kebanggaan setelah posisi kedua di 2023. Mereka kembali ke takhta dengan pernyataan tegas.
Pertarungan Sengit Posisi Kedua: Kebangkitan Indonesia vs Konsistensi Vietnam
Di bawah dominasi Thailand, pertarungan nyata ada di posisi dua. Indonesia amankan runner-up dengan 91 emas, ungguli Vietnam (86 emas). Ini kebangkitan bagi Indonesia, rebut kembali posisi setelah saingan ketat hingga akhir.
Kemenangan Indonesia dibangun di cabang andalan: bulu tangkis tetap penyumbang emas, plus panjat tebing, wushu, pencak silat tunjukkan kedalaman bakat. Emas dari futsal putra (menang 6-1 atas Thailand di final) simbol daya saing dan mental pemenang.
“Kalau mau berhasil kita harus kompak, jangan jalan sendiri-sendiri… Kalau kita kompak, prestasi kita akan meningkat,” ujar Menteri Pemuda dan Olahraga Erick Thohir, apresiasi kerja sama KONI, pelatih, dan pengurus.
Vietnam, juara dua edisi sebelumnya, puas di posisi tiga. Performa tetap solid, bukan fenomena sesaat. Sorotan: tim sepak bola pria raih emas usai kalahkan Thailand 3-2 di final dramatis. Gelar ketiga dalam empat edisi tegasin sepak bola sebagai powerhouse regional.
Persaingan ini cerminkan dua model: Indonesia kuatkan cabang tradisional dan prestisius, Vietnam unggul di bidang spesifik seperti sepak bola. Kedua negara akan terus saingi, mungkin tantang Thailand suatu hari.
| Peringkat | Negara | Emas |
|---|---|---|
| 1 | Thailand | 232 |
| 2 | Indonesia | 91 |
| 3 | Vietnam | 86 |
Dinamika Klasemen Tengah dan Dampak Geopolitik yang Mengganggu
Di belakang tiga besar, Malaysia posisi empat (56 emas), ungguli Singapura (52 emas) dan Filipina (50 emas). Filipina, meski keenam berdasarkan emas, punya total medali kedua terbanyak (276) dengan 153 perunggu. Ini tunjukkan strategi partisipasi luas, tapi butuh tingkatkan kualitas untuk ubah perunggu jadi emas. Atlet seperti EJ Obiena (pole vault) dan Alex Eala (tenis) tetap titik terang.
Narasi event tak lepas dari absensi Kamboja: tarik kontingen pada 10 Desember karena “kekhawatiran keamanan”. Ini ganggu distribusi medali di cabang seperti kun bokator. Mundurnya ingatkan olahraga rentan geopolitik. Ini picu diskusi stabilitas Asia Tenggara dan bagaimana olahraga, pemersatu ideal, bisa terdampak konflik.
Negara kecil seperti Myanmar, Laos, Brunei, Timor Leste tunjukkan semangat: dominasi cabang tradisional seperti sepak takraw dan petanque, ciri khas regional.
Kesimpulan: Pesta Olahraga dengan Warisan Kompleks
SEA Games 2025 dikenang sebagai edisi Thailand nyatakan kekuasaan meyakinkan. Dominasi mereka angkat standar, tantang negara lain evaluasi sistem. Bagi Indonesia, runner-up fondasi kuat untuk ambisi lebih tinggi, mungkin saingi Thailand.
Di balik gemerlap, ada pelajaran: absensi Kamboja noda ingatkan persahabatan olahraga rapuh terhadap politik. Ke depan, sukses event tak hanya rekor, tapi inklusivitas dan keamanan.
Tantangan pindah ke Malaysia (2027) dan Singapura (2029). Akankah saingi Thailand? Persaingan semakin panas; setiap negara harus siap terbaik.
Ikuti analisis mendalam, berita terbaru, dan pembahasan taktik olahraga di score.co.id. Dari Liga Indonesia hingga Eropa dan Asia, sudut pandang tajam untuk pecinta olahraga.












