Gaji Pemain PSM Makassar Per Bulan
score.co.id – Di balik prestise sebagai salah satu klub tertua dan bergengsi di Indonesia, PSM Makassar menyimpan paradoks finansial yang pelik. Skuad Juku Eja dikabarkan memiliki struktur gaji yang kompetitif, bahkan fantastis, dengan pemain asing teratas menyentuh angka ratusan juta rupiah per bulan. Namun, gemerlap angka-angka itu saat ini tertutup oleh bayang-bayang krisis yang lebih nyata: tunggakan gaji yang berulang dan dampak sistemik yang menggerogoti stabilitas tim. Artikel ini mengupas tuntas estimasi gaji pemain PSM Makassar untuk musim 2025/2026, menganalisis kesenjangan antara pemain asing dan lokal, serta menyelami akar persoalan tunggakan yang memaksa pelatih mengundurkan diri dan mendatangkan sanksi FIFA.
Struktur dan Estimasi Gaji: Dominasi Pemain Asing di Skuad Juku Eja
Memahami pengeluaran gaji PSM tidak bisa lepas dari strategi rekrutmen mereka yang mengandalkan pemain asing berkualitas sebagai tulang punggung tim. Untuk musim 2025/2026, estimasi dari berbagai sumber pasar menunjukkan disparitas yang signifikan.

Pemain Asing dengan Nilai Pasar Tertinggi
Lima besar pemain dengan estimasi gaji tertinggi didominasi oleh nama-nama asing. Di puncak adalah Yuran Fernandes, sang kapten yang menjadi andalan lini belakang. Berdasarkan konversi nilai pasar dan kontrak, Fernandes diperkirakan menerima gaji tahunan setara dengan Rp 6,95 miliar, yang jika dirinci per bulan mencapai sekitar Rp 579 juta. Posisi kedua dan ketiga diisi oleh duo pemain baru, Lucas Dias dan Savio Roberto, yang masing-masing diperkirakan mengantongi gaji tahunan sekitar Rp 6,08 miliar atau Rp 507 juta per bulan. Mereka diikuti oleh Victor Luiz dan Alex Tanque, dengan estimasi bulanan masing-masing sekitar Rp 434 juta. Angka-angka ini menggambarkan komitmen finansial yang besar untuk menarik dan mempertahankan talenta asing kunci.
| Pemain | Gaji Tahunan (Rp) | Gaji Bulanan (Rp) |
|---|---|---|
| Yuran Fernandes | 6,95 miliar | 579 juta |
| Lucas Dias | 6,08 miliar | 507 juta |
| Savio Roberto | 6,08 miliar | 507 juta |
| Victor Luiz | 5,208 miliar | 434 juta |
| Alex Tanque | 5,208 miliar | 434 juta |
Pemain Lokal: Antara Kebanggaan dan Kesenjangan
Di sisi lain, realitas gaji pemain lokal, meski tetap mengesankan untuk standar Liga Indonesia, berada di tingkat yang berbeda. Founder Bosowa Aksa Mahmud sempat membocorkan bahwa pada 2023, gaji pemain lokal kunci PSM bisa mencapai Rp 150 juta hingga Rp 200 juta per bulan. Meski data pasti 2025 jarang bocor, pola ini diduga masih berlanjut dengan penyesuaian tertentu. Pemain lokal dengan nilai pasar tinggi seperti Muhammad Arfan (Rp 4,35 miliar pada 2023) dan Yakob Sayuri (Rp 3,91 miliar) tentu memiliki paket kompensasi yang baik, namun masih terdapat jarak yang jelas dengan rekan asing mereka. Fenomena ini bukan hanya urusan nominal, tetapi juga mencerminkan dinamika pasar dan tekanan kompetisi di Liga 1 yang mendorong klub berburu pemain asing siap pakai.
“Bayangkan kalian tidak menerima gaji kalian selama 5 bulan. Bayangkan staff saya yang ada di sini. Yang jauh dari negara asal. Jauh dari keluarganya,” – Bernardo Tavares, Pelatih PSM Makassar (September 2025).
Krisis Tunggakan 2025: Pengunduran Diri, Sanksi, dan Dampak ke Lapangan
Jika estimasi gaji menggambarkan potensi kekuatan finansial, maka realita sepanjang 2025 justru menampilkan sisi sebaliknya. Isu tunggakan gaji yang kronis kembali meletus dengan hebat, membawa konsekuensi yang lebih serius daripada tahun-tahun sebelumnya.
Resignasi Bernardo Tavares dan Klaim yang Bertolak Belakang
Puncak krisis terjadi pada awal Oktober 2025. Pelatih Bernardo Tavares, yang masih terikat kontrak hingga 2026, mengumumkan pengunduran dirinya melalui media sosial. Alasannya langsung dan tegas: “kurangnya pembayaran gaji, situasi yang saya hadapi selama 3 setengah tahun saya menjadi pelatih”. Tavares mengklaim dirinya belum menerima gaji selama lima bulan terakhir, sebuah kondisi yang membuatnya dan staf—yang sebagian besar jauh dari keluarga—sangat sulit untuk tetap fokus. Ia bahkan bercerita tentang staf yang “tidak bisa makan malam karena tidak punya uang”. Namun, manajemen klub, melalui Manajer Muhammad Nur Fajri, membantah klaim tersebut dengan menyatakan bahwa tunggakan untuk pemain “hanya terlambat satu bulan”. Kontradiksi publik ini semakin menguak masalah komunikasi dan tata kelola di internal klub.
Dampak Langsung: Sanksi FIFA dan Performa yang Terseok
Krisis ini tidak berhenti di ruang konferensi pers. FIFA, badan sepak bola dunia, memberikan sanksi larangan registrasi pemain baru kepada PSM selama tiga periode transfer, akibat kegagalan klub memenuhi kewajiban pembayaran. Sanksi ini merupakan pukulan strategis yang membatasi kemampuan tim untuk memperbaiki atau menambah kekuatan skuad di tengah musim. Dampaknya langsung terlihat di lapangan. Di awal musim 2025/2026, PSM tercatat kesulitan meraih kemenangan. Tavares sendiri mengakui betapa kondisi finansial yang tidak sehat ini memengaruhi konsentrasi dan atmosfer tim, meski ia tetap memuji profesionalisme pemainnya yang terus berjuang. Ini membuktikan bahwa masalah di luar lapangan memiliki korelasi langsung dengan hasil di dalamnya.
Analisis Mendalam: Mengurai Benang Kusut Masalah Kronis PSM
Melihat rangkaian peristiwa ini, tunggakan gaji di PSM Makassar jelas bukan insiden satu kali, melainkan gejala dari masalah struktural yang berulang. Beberapa faktor dapat dianalisis sebagai akar persoalan.
Pola Kronis dan Janji yang Tak Terpenuhi
Yang paling mencolok adalah pola berulang. Tavares menyatakan bahwa keterlambatan gaji, bonus, dan pembayaran lain telah ia alami “sejak musim pertama” ia melatih pada 2022. Ironisnya, ia juga mengungkapkan bahwa di musim sebelumnya, pihak manajemen sempat datang dan berjanji bahwa hal seperti ini tidak akan terulang lagi. Kenyataan yang terjadi justru sebaliknya. Siklus “janji – tunggakan – krisis – penyelesaian” ini menunjukkan lemahnya perencanaan arus kas klub atau ketidaksesuaian antara ambisi kompetisi dengan kemampuan finansial yang berkelanjutan.
Tantangan Kepemilikan dan Tata Kelola
PSM Makassar berada di bawah kepemilikan Bosowa Group. Meski memiliki sumber daya, kompleksitas mengelola klub sepak bola profesional dengan tekanan kompetisi dan tuntutan finansial yang tinggi tampaknya menjadi tantangan tersendiri. Kontradiksi pernyataan antara pelatih dan manajemen mengenai besaran tunggakan menunjukkan adanya problem komunikasi dan koordinasi internal. Selain itu, isu fasilitas seperti ketiadaan stadion yang memadai di Makassar juga sering mencuat, menambah daftar masalah infrastruktur yang harus ditanggung. Klub sepertinya terjepit antara keinginan untuk mempertahankan status elit dengan realitas operasional yang menantang.
Proyeksi ke Depan: Bisakah Juku Eja Bangkit dari Krisis?
Masa depan stabilitas PSM Makassar bergantung pada langkah-langkah konkret mengatasi akar masalah.
- Pertama, dan paling krusial, adalah transparansi dan penyelesaian kewajiban finansial. Klub harus segera merampungkan semua tunggakan dan membangun mekanisme pembayaran yang tepat waktu. Ini bukan hanya soal mematuhi aturan, tetapi juga memulihkan kepercayaan pemain, pelatih, dan seluruh staf yang merupakan aset utama klub.
- Kedua, diperlukan evaluasi menyeluruh terhadap model bisnis dan anggaran klub. Apakah struktur gaji yang tinggi sudah sebanding dengan pendapatan yang masuk? Perlukah penyesuaian strategi rekrutmen dengan lebih memprioritaskan pembinaan pemain lokal untuk menciptakan keuangan yang lebih sehat dalam jangka panjang?
- Ketiga, tata kelola klub perlu diperkuat. Komunikasi yang jelas dan profesional antara kepemilikan, manajemen, dan tim pelatih harus dibangun untuk menghindari konflik publik yang merusak reputasi.
Krisis 2025 harus menjadi titik balik. PSM Makassar bukan sekadar klub, melainkan institusi kebanggaan masyarakat yang memiliki sejarah panjang. Gelar “Juku Eja” (Ikan Merah) seharusnya simbol semangat pantang menyerah, bukan kesan keterpurukan finansial. Untuk kembali berenang dengan gagah di papan atas persepakbolaan nasional, PSM perlu membenahi pondasi keuangannya terlebih dahulu. Hanya dengan fondasi yang kokoh, prestasi di lapangan hijau dapat dibangun secara berkelanjutan.
Untuk analisis mendalam seputar dinamika klub-klub Liga 1 dan perkembangan sepakbola Indonesia, terus pantau update terbaru hanya di Score.co.id.












