Rating Pemain Bangkok United Vs Persib Bandung
score.co.id – Dominasi penguasaan bola nyaris mutlak, 61.6%, di kandang sendiri. Delapan tendangan sudut. Namun, angka-angka statistik itu berubah menjadi ilusi belaka ketika bola dua kali membentul di gawang Bangkok United. Pada 1 Oktober 2025 di Stadion BG Pathum Thani, Persib Bandung tidak hanya mencuri tiga poin; mereka memberikan masterclass tentang efisiensi, ketahanan mental, dan kecerdasan taktis di pentas AFC Champions League Two (ACL Two). Kemenangan 2-0 ini bukanlah sebuah kecelakaan, melainkan hasil dari desain strategis yang dieksekusi dengan sempurna.
Artikel ini akan mengupas tuntas laga bersejarah tersebut, bukan hanya dengan menyajikan rating pemain, tetapi dengan menganalisis “mengapa” dan “bagaimana” Persib, yang hanya menguasai bola 38.4%, bisa keluar sebagai pemenang telak. Kita akan menyelami pertarungan taktis antara Bojan Hodak dan kepelatihan Bangkok United, mengevaluasi kontribusi setiap aktor di lapangan, dan melihat implikasinya bagi pertarungan sengit di Grup G.

Kemenangan Taktis di Kandang Lawan: Lebih dari Sekadar Angka
Pertandingan ini adalah pertemuan dua filosofi yang bertolak belakang. Bangkok United, sang tuan rumah, tampil dengan niat jelas: mendikte permainan, menggerakkan bola, dan menekan pertahanan lawan. Formasi 4-2-3-1 mereka dirancang untuk mendominasi sektor tengah. Di sisi lain, Persib Bandung datang dengan rencana yang lebih pragmatis dan berorientasi hasil. Formasi 4-4-1-1 yang diaplikasikan Bojan Hodak terlihat lentur, berubah menjadi 4-5-1 saat bertahan dan berubah cepat menjadi 4-2-4 dalam transisi menyerang.
Dominasi Tanpa Gigi: Dilema Bangkok United
Angka penguasaan bola 61.6% milik Bangkok United terlihat impresif di kertas. Namun, dominasi itu adalah dominasi yang steril. Mereka kesulitan menembus blok padat pemain Persib yang terorganisir rapi. Mayoritas pergerakan bola terjadi di area tengah dan sepertiga lapangan sendiri, tanpa ancaman yang benar-benar membahayakan. Dari 11 percobaan tembakan, hanya 4 yang mengarah ke gawang Teja Paku Alam, dan hampir tidak ada yang benar-benar menjadi peluang emas.
“Kami tahu kualitas Bangkok United. Mereka adalah tim yang sangat sulit, dengan organisasi yang baik. Tapi, kami punya rencana khusus untuk pertandingan ini dan pemain menjalankannya dengan sempurna,” ujar Bojan Hodak pasca laga.
Masalah utama Bangkok United ada pada transisi pertahanan. Saat mereka kehilangan bola, garis pertahanan yang tinggi (high line) dan fullback yang terlalu maju meninggalkan ruang kosong yang sangat luas di belakang. Ruang inilah yang menjadi santapan lezat bagi kecepatan Uilliam Barros dan inteligensi pergerakan Andrew Jung. Mereka juga terjebak dalam siklus umpan-umpan horizontal yang mudah diprediksi, tanpa adanya terobosan vertikal atau umpan terobosan yang mencukur pertahanan.
Efisiensi Mematikan: Formula Kemenangan Persib
Di sinilah keunggulan taktis Persib bersinar. Mereka tidak terpancing untuk “main bola” dengan Bangkok United. Alih-alih, mereka dengan sabar menunggu momentum untuk melancarkan serangan balik (counter-attack) yang mematikan. Dengan penguasaan bola di bawah 40%, Persib justru menciptakan lebih banyak percobaan tembakan (13) dan yang terpenting, menciptakan peluang dengan kualitas yang jauh lebih baik.
Kunci keberhasilan ada pada dua momen: disiplin bertahan yang ekstrem dan ledakan kecepatan dalam transisi. Setiap pemain, dari depan ke belakang, memahami perannya untuk merapatkan celah. Ketika bola berhasil direbut, umpan pertama selalu cepat dan akurat mencari kaki Uilliam Barros atau Andrew Jung yang sudah bergerak. Gol pertama adalah buah dari skema ini: transisi cepat, umpan tarik presisi dari Uilliam, dan ketajaman menyambar Jung di depan gawang.
Rating Pemain Persib Bandung: Pahlawan di Balik Efisiensi
Evaluasi performa individu pada laga seperti ini harus dilihat dalam konteks eksekusi tugas kolektif. Berikut analisis rating berdasarkan kontribusi nyata di lapangan:
- Teja Paku Alam (8.0/10) – Rating tinggi ini bukan karena dia membuat penyelamatan spektakuler, tetapi karena kesolidan dan ketenangannya. Keempat penyelamatannya adalah penyelamatan yang perlu dilakukan, dan dia melakukannya dengan sempurna. Komandinya di area kotak penalti juga membantu meredam kecemasan lini belakang.
- Frans Putros (7.5/10) & Eliano Reijnders (7.5/10) – Duo yang menjadi tulang punggung pertahanan. Frans sangat kuat dalam duel udara dan tackle tegas, sementara Eliano tidak hanya bertahan baik tetapi juga memulai transisi dengan umpan-umpan pendek yang tepat. Umpan terobosannya bahkan menjadi assist untuk gol pertama. Federico Barba (7.0/10) bekerja dengan tenang sebagai pengawal di samping mereka.
- Marc Klok (7.0/10) & Luciano Guaycochea (7.0/10) – Dua veteran ini adalah pengatur ritme. Klok mungkin tidak mendominasi seperti biasanya, tetapi keputusannya dalam mendistribusi bola sederhana namun efektif mencegah tekanan Bangkok. Guaycochea adalah pekerja keras yang menghalangi aliran umpan di lini tengah lawan.
- Uilliam Barros (9.0/10) – Bintang Pertandingan. Performanya hampir sempurna. Satu gol, satu assist, dan pergerakan tanpa bola yang terus-menerus mengacak-acak pertahanan Bangkok. Dia bukan sekadar penyerang; dia adalah pengait yang menarik bek lawan dan membuka ruang untuk Jung. Kecerdasan teknisnya menjadi pembeda.
- Andrew Jung (8.5/10) – Sang finisher sejati. Hanya mendapat beberapa sentuhan bola, tetapi satu sentuhannya yang paling penting berbuah gol. Posisinya yang selalu berada di tempat yang tepat membuatnya menjadi ancaman konstan. Empat gol agregatnya di fase grup ACL Two menunjukkan instingnya yang tajam.
Rating Pemain Bangkok United: Kualitas yang Tidak Tersalurkan
Di sisi Bangkok United, frustrasi terlihat jelas. Mereka memiliki pemain-pemain berkualitas, tetapi gagal berfungsi sebagai unit yang efektif pada momen krusial.
- Thitipan Puangchan (7.0/10) – Mungkin satu-satunya pemain Bangkok yang tampil sesuai ekspektasi. Aktif merebut bola dan berusaha mendorong permainan, namun usaha individunya tidak cukup untuk menggerakkan tim.
- Philipe Maia (6.5/10) & Pratama Arhan (6.5/10) – Kedua fullback ini menghadapi dilema. Diharapkan untuk membantu serangan, tetapi justru menjadi titik lemah saat Persib melakukan serangan balik. Kecepatan dan timing lari pemain Persib kerap membuat mereka tertinggal. Arhan, khususnya, mengalami kesulitan menghadapi mobilitas Uilliam Barros.
- Richairo Zivkovic (6.0/10) & Muhsen Al-Ghassani (5.5/10) – Dua ujung tombak ini terisolasi. Mereka jarang mendapat uman berkualitas dan ketika mendapat peluang, finishing mereka kurang akurat. Mereka menjadi korban dari sistem yang tidak berjalan optimal.
Analisis Taktis Mendalam: Titik Balik Pertandingan
Laga ini diputuskan di dua area kritis: zona tengah dan ruang belakang garis pertahanan Bangkok.
Persib dengan sengaja memampatkan ruang di tengah, memaksa Bangkok United untuk memainkan bola ke sisi. Strategi ini sukses karena Bangkok tidak memiliki winger murni yang bisa melakukan dribel dan melewati bek. Semua serangan harus melalui tengah yang sudah padat, atau umpan silang dari sisi yang mudah dibaca.
Momen kunci terjadi pada menit ke-42, tepat sebelum turun minum. Setelah menahan tekanan, Persib melakukan transisi cepat dengan hanya tiga umpan. Uilliam yang menarik bek tengah ke sisi, memberikan umpan tarik sempurna untuk Jung yang bebas dari penjagaan. Gol ini adalah pukulan psikologis yang hebat. Gol kedua di menit 71 semakin mengukuhkan analisis tentang rapuhnya transisi pertahanan Bangkok. Kehilangan bola di area serang, mereka tidak bisa kembali dengan cepat, dan Uilliam dengan cerdik mengambil posisi di antara bek yang kacau.
Intensitas pertandingan tercermin dari kartu kuning yang dibagikan, tetapi Persib menunjukkan kedewasaan untuk tidak terbawa emosi dan tetap fokus pada struktur taktis mereka.
Proyeksi Menuju Laga Penentu
Kemenangan 2-0 di Thailand ini telah mengubah peta kekuatan Grup G. Saat ini, Persib Bandung memimpin klasemen dengan 10 poin, sedangkan Bangkok United berada di posisi kedua. Kemenangan itu bukan sekadar tentang angka; ia memberikan kepercayaan diri massive bagi Maung Bandung dan menanamkan keraguan di benak lawan.
Pertemuan balik pada 10 Desember 2025 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api akan menjadi ujian karakter yang berbeda. Bangkok United pasti akan datang dengan penyesuaian taktis, mungkin dengan pendekatan yang lebih hati-hati dan juga mengandalkan serangan balik. Tantangan bagi Hodak adalah mengelola ekspektasi dan menyusun strategi untuk menghadapi tim yang kini akan lebih waspada.
Bagi Persib, kunci utamanya tetap sama: disiplin defensif dan efisiensi dalam memanfaatkan peluang. Kehadiran suporter di GBLA bisa menjadi faktor penambah energi, tetapi juga bisa menjadi tekanan jika permainan tidak berjalan mulus sejak awal. Pemain seperti Beckham Putra mungkin perlu lebih agresif dalam duel fisik untuk menguasai lini tengah.
Kesimpulan: Pelajaran dari Kemenangan Pragmatis
Pertandingan Bangkok United vs Persib Bandung di ACL Two 2025 adalah bukti bahwa sepakbola modern tidak selalu tentang siapa yang menguasai bola. Ia adalah tentang siapa yang menguasai ruang, momen, dan eksekusi. Persib menang bukan karena lebih baik secara teknik individu, tetapi karena lebih cerdas secara kolektif. Mereka memiliki rencana A yang jelas dan pemain yang memiliki disiplin serta mental baja untuk menjalankannya hingga detik terakhir.
Rating pemain seperti Uilliam Barros (9.0) dan Andrew Jung (8.5) hanya mengkonfirmasi narasi tersebut: dalam sepakbola yang efisien, kualitas bukan diukur dari jumlah sentuhan, tetapi dari dampak setiap sentuhan itu. Kemenangan ini telah membuka pintu lebar-lebar bagi Persib untuk melangkah ke babak 16 besar ACL Two. Namun, perjalanan masih panjang. Semua akan bergantung pada kemampuan tim dan pelatih untuk tetap rendah hati, belajar dari kemenangan, dan bersiap untuk pertempuran yang mungkin lebih sengit di Bandung.
Ikuti terus analisis mendalam, rating pemain, dan berita terbaru seputar Persib Bandung dan kompetisi Asia hanya di Score.co.id.












