Pelatih Liga Inggris yang terancam dipecat West Ham & MU di Ujung Tanduk?

Daftar pelatih EPL yang terancam dipecat bulan ini.

Pelatih Liga Inggris yang terancam dipecat
Pelatih Liga Inggris yang terancam dipecat

Pelatih Liga Inggris yang terancam dipecat

score.co.id – Desember di Premier League bukan hanya tentang hiasan lampu dan derby panas. Ini adalah bulan pengadilan. Bulan di mana papan klub, dipicu oleh ketakutan akan degradasi atau amarah fans yang meluap, sering kali menarik pelatang darurat. Musim 2025/26 tidak terkecuali. Sack race, perlombaan tak resmi yang menentukan pelatih mana yang akan dipecat selanjutnya, telah memasuki fase paling mendebarkan. Judul mungkin menyoroti West Ham United dan Manchester United, tetapi di balik layar, tekanan tersebar dengan intensitas yang berbeda. Artikel ini mengupas lapisan-lapisan kompleks di balik spekulasi pemecatan, menganalisis mengapa nama-nama seperti Nuno Espirito Santo dan Ruben Amorim terus disebut, dan mengungkap siapa yang sebenarnya paling terancam di pasar taruhan gelap ini.

Lanskap Berdarah Sack Race Musim 2025/26

Untuk memahami posisi West Ham dan MU hari ini, kita harus mundur sejenak. Premier League musim ini telah menjadi contoh sempurna betapa sabarnya klub-klub top semakin pendek. Erik ten Hag dipecat oleh Manchester United pada Oktober 2024, mengawali era baru yang tidak serta merta lebih stabil. Di London Timur, Graham Potter hanya bertahan 25 pertandingan di West Ham sebelum dihentikan pada September 2025 setelah start yang disebut-sebut sebagai yang terburuk dalam sejarah klub modern.

Siklus ini bukan kebetulan. Desember menjadi titik kritis karena sepertiga musim telah berlalu. Papan klasemen mulai menggambarkan kenyataan pahit, jeda internasional telah lewat, dan jendela transfer Januari membayang sebagai obat atau justru pisau bagi seorang manajer. Rata-rata historis menunjukkan 4-5 pemecatan pelatih per musim, dan puncaknya sering terjadi di antara periode Natal hingga akhir Januari. Pada Desember 2025, tekanan tidak hanya datang dari posisi klasemen, tetapi juga dari performa tim yang secara visual mengecewakan, strategi yang dipertanyakan, dan yang paling penting: pelanggaran terhadap ekspektasi yang telah ditetapkan.

Daftar pelatih EPL yang terancam dipecat bulan ini.
Daftar pelatih EPL yang terancam dipecat bulan ini.

Membedah Posisi Genting Nuno Espirito Santo di West Ham

Menerima Warisan yang “Brutal”

Nuno Espirito Santo melangkah ke London Stadium pada 27 September 2025, menyambut kontrak tiga tahun. Ia menggantikan Graham Potter yang meninggalkan tim di posisi ke-19, terperosok dalam krisis kepercayaan. Nuno, dengan reputasi membangun tim solid di Wolves dan membawa Nottingham Forest bertahan, dianggap sebagai penenang. Namun, hampir tiga bulan kemudian, situasi membaik hanya secuil. Hingga awal Desember, The Hammers masih terpuruk di zona degradasi, peringkat 18 dengan catatan 3 menang, 3 imbang, dan 8 kekalahan.

“Warisan yang saya terima di sini… itu brutal. Terkadang Anda masuk dan situasinya lebih buruk dari yang Anda bayangkan,” ujar Nuno dalam sebuah konfesi langka kepada media.

Komentar tersebut bukan sekadar keluhan. Itu adalah sinyal kepada publik dan pimpinan klub tentang kedalaman masalah yang dihadapi: mentalitas tim yang rusak, ketidakseimbangan skuad, dan kurangnya pola permainan yang jelas. Hasil imbang 4-4 melawan Manchester United awal Desember menunjukkan karakter dan daya tembak, tetapi juga mengungkap pertahanan yang rapuh, kebobolan 4 gol di kandang sendiri.

Baca Juga  Penyerang Manchester United ini Sudah Diusir Tapi Betah, Siapa?

Di Mana Tekanan Sebenarnya Berada?

Menariknya, meski posisi klasemen mengerikan, nama Nuno tidak masuk dalam lima besar favorit sack race menurut odds terbaru. Ada beberapa alasan logis di balik ini. Pertama, faktor waktu. Nuno masih dianggap sebagai “proyek baru”. Memecatnya sebelum ia sempat membentuk timnya sendiri di jendela transfer Januari akan dianggap gegabah oleh banyak pengamat. Kedua, pergantian yang terlalu cepat setelah pemecatan Potter akan membuat klub terlihat panik dan tidak memiliki rencana jangka panjang.

Namun, toleransi ini bersyarat. Ancaman degradasi adalah mimpi buruk finansial yang tak terhindarkan. Jika West Ham gagal meraih poin-poin krusial dalam rangkaian pertandingan mendatang dan terperosok lebih dalam, tekanan dari suporter akan memuncak. Nama-nama seperti Sean Dyche sudah mulai dikaitkan sebagai “pemadam kebakaran” gaya lama. Posisi Nuno saat ini bisa digambarkan sebagai stabilitas yang rapuh – aman untuk saat ini, namun fondasinya retak dan siap runtuh dengan satu dua hasil buruk lagi.

Dilema dan Dukungan untuk Ruben Amorim di Manchester United

Ekspektasi vs Realitas di Theatre of Dreams

Jika tekanan di West Ham berasal dari zona degradasi, di Manchester United tekanan datang dari jurang antara ekspektasi dan realitas. Ruben Amorim, yang tiba dengan pujian atas gaya menyerang progresifnya bersama Sporting CP, kini mendapati dirinya di peringkat 8 klasemen dengan 22 poin dari 14 laga. Bagi banyak klub, ini posisi yang lumayan. Bagi MU, ini adalah tanda stagnasi, atau bahkan kemunduran.

Kritik terhadap Amorim sangat spesifik dan teknis. Keputusannya untuk jarang memainkan Kobbie Mainoo dari menit awal menjadi sumber kegelisahan utama fans. Bakat muda Inggris itu dipandang sebagai simbol masa depan, dan pengabaiannya dianggap sebagai kesalahan taktis dan filosofis.

“Itu adalah keputusan saya. Saya harus melindungi pemain dan keseimbangan tim. Kami memiliki banyak pertandingan,” bela Amorim ketika ditanya tentang Mainoo.

Pembelaan itu, meski logis, tidak meredakan kekecewaan. Hasil imbang melawan West Ham, di mana MU sempat unggul dua kali, semakin memperkuat narasi tentang tim yang lunak secara mental dan tidak mampu mengontrol permainan. Amorim sendiri mengakui timnya “kehilangan dua poin” dalam pertandingan itu, pengakuan yang justru menuai kritik karena dianggap menunjukkan standar yang rendah.

Baca Juga  Antony jadi Bidikan Atletico Madrid, MU siap Jual Winger Ini

Dukungan Dewan vs Gemuruh dari Tribun

Di tengah badai, laporan dari jurnalis terpercaya seperti Fabrizio Romano menyatakan bahwa dewan klub masih sepenuhnya mendukung Amorim. Mereka dikabarkan memahami kompleksitas transisi musim ini, cedera yang menghantam, dan proses implementasi ide-ide baru. Dukungan ini tercermin dari odds pemecatannya yang relatif panjang, sekitar 25/1, menempatkannya di luar lima besar kandidat terdepan.

Namun, sejarah Manchester United adalah pengingat yang kejam. Tiga mantan pelatih mereka dipecat dalam rentang empat hari di tahun-tahun sebelumnya, menunjukkan bahwa kesabaran di Old Trafford bisa habis dalam sekejap. Amorim tampak sedang berusaha beradaptasi—ia bahkan menyebut “mencuri ide” set-piece dari rival—tetapi dalam lingkungan yang sekeras MU, proses adaptasi harus dibarengi dengan hasil. Gemuruh ketidakpuasan dari tribun, yang sudah mulai terdengar, adalah peringatan pertama. Jika hasil positif tidak segera datang, dukungan dewan itu bisa menguap dengan cepat.

Analisis Odds: Siapa yang Sebenarnya di Ujung Tanduk?

Meskipun sorotan media seringkali tertuju pada raksasa yang sedang terhuyung, data odds sack race per 1 Desember 2025 justru mengungkap cerita yang berbeda. Fokus bahaya sebenarnya berada di tempat lain.

Pemimpin sack race dengan odds sangat pendek adalah Daniel Farke di Leeds United. Dengan odds 1/2, posisinya dianggap paling genting. Leeds terperangkap di zona merah, hanya mengumpulkan 3 poin dari 7 laga terakhir, dan menderita kekalahan beruntun. Di posisi kedua, terjadi pergerakan signifikan pada Thomas Frank dari Tottenham Hotspur. Oddsnya melonjak dari 12/1 ke 4/1 setelah tiga kekalahan beruntun, termasuk kekalahan memalukan di kandang sendiri. Performa Spurs yang jauh dari ekspektasi menempatkan Frank dalam bahaya serius.

Arne Slot di Liverpool (8/1), Marco Silva di Fulham (12/1), dan Scott Parker di Burnley (12/1) menyusul di posisi berikutnya, masing-masing dengan alasan sendiri: performa buruk beruntun di semua kompetisi untuk Slot, inkonsistensi ekstrem untuk Silva, dan pertarungan hidup-mati di dasar klasemen untuk Parker.

Baca Juga  Juventus Batal Rekrut Axel Disasi? Ternyata Karena 2 Alasan Ini

Di mana Nuno dan Amorim? Nuno Espirito Santo bahkan tidak masuk dalam daftar top favorit, sebuah indikasi bahwa pasar masih memberinya waktu. Sementara Ruben Amorim berada di urutan jauh dengan odds 25/1, mencerminkan persepsi bahwa pemecatannya masih dianggap sebagai skenario jangka panjang dan bukan ancaman langsung, terlepas dari kritik yang ada.

Kesimpulan: Badai Desember dan Ketidakpastian Januari

Jadi, apakah pelatih West Ham dan MU benar-benar “di ujung tanduk”? Jawabannya lebih nuansa. Nuno Espirito Santo berada dalam situasi berbahaya akibat posisi klasemen, tetapi ia masih memiliki modal berupa status sebagai manajer baru. Keputusannya akan sangat bergantung pada kemampuan timnya keluar dari zona degradasi dalam beberapa pekan ke depan. Ruben Amorim, di sisi lain, menghadapi tekanan filosofis dan ekspektasi yang lebih besar. Posisinya lebih aman secara administratif, namun landasan di bawahnya mulai bergetar akibat ketidakpuasan fans yang tumbuh.

Yang jelas, sack race Desember 2025 justru dimenangkan (atau lebih tepat dikalahkan) oleh nama-nama seperti Daniel Farke dan Thomas Frank. Mereka adalah bukti bahwa dalam Premier League modern, performa buruk yang konsisten—terlepas dari reputasi atau sejarah—adalah dosa yang tak termaafkan.

Dinamika ini akan berubah dengan cepat. Satu kemenangan bisa meredakan tekanan, satu kekalahan bisa memicu kepanikan. Periode Natal yang padat akan menjadi pengadilan sesungguhnya. Bagi Nuno, Amorim, Farke, dan Frank, Desember ini adalah pertaruhan nyata atas karir mereka di liga terkejam di dunia.

Proyeksi dan Penutup

Nasib seorang pelatih di Premier League jarang ditentukan oleh rencana jangka panjang. Ia ditentukan oleh hasil 90 menit demi 90 menit. Baik West Ham maupun Manchester United memiliki kesempatan untuk membalikkan narasi sebelum jendela Januari terbuka. Bagi West Ham, itu berarti menemukan soliditas. Bagi MU, itu berarti menunjukkan identitas.

Apa pun yang terjadi, sack race musim ini telah mengingatkan kita bahwa tidak ada yang abadi di pinggir lapangan hijau itu. Stabilitas adalah kemewahan, dan kesabaran adalah mata uang yang langka. Pantau terus perkembangan saga pelatih Premier League hanya di Score.co.id, sumber analisis sepakbola terdalam dan terpercaya.