Kritik Dietmar Hamann ke Mohamed Salah
score.co.id – Seorang legenda Liverpool melontarkan kritik yang mengguncang. Bukan kepada pemain biasa, tetapi kepada Mohamed Salah, ikon Anfield yang selama tujuh tahun menjadi penyelamat. Dietmar Hamann, dengan nada tegas dan tanpa tedeng aling-aling, menyebut usaha bertahan Salah dalam kekalahan 1-4 dari PSV Eindhoven sebagai “memalukan”. Kritik itu bukan datang di tengah negosiasi alot atau spekulasi hengkang. Ia justru meledak setelah sang mesin gol menandatangani perpanjangan kontrak megah hingga 2027.
Inilah analisis mendalam score.co.id mengapa komentar Hamann bukan sekadar luapan emosi sesaat, melainkan cermin dari sebuah dilema struktural yang mulai menggerogoti Liverpool era Arne Slot. Kami akan mengupas lapis demi lapis: dari angka-angka kontrak yang fantastis, penurunan performa yang tak terbantahkan, hingga pilihan brutal yang kini harus dihadapi sang manajer.

Kontrak Baru Mohamed Salah: Anugerah atau Beban Psikologis?
Pada 11 April 2025, Liverpool akhirnya mengumumkan kabar yang ditunggu banyak pihak: Mohamed Salah menandatangani perpanjangan kontrak selama dua tahun. Nilainya diperkirakan mencapai $41.6 juta, atau sekitar $20.8 juta per tahun, yang jika dirinci termasuk bonus, setara dengan £350.000-£400.000 per minggu.
Secara finansial, ini adalah pengakuan tertinggi atas jasanya yang monumental. Ia telah menjadi pemain terpenting The Reds dalam satu dekade terakhir, mesin gol yang konsisten, dan wajah global klub. Namun, di balik angka-angka megah itu, terselip pertanyaan yang mulai mengemuka: apakah kontrak ini datang di titik yang tepat, atau justru menjadi sebuah “hadiah perpisahan” yang menghambat regenerasi?
Perpanjangan ini mengakhiri spekulasi panjang yang membayangi Salah sejak 2024, di mana klub-klub Arab Saudi dan Paris Saint-Germain dikabarkan sangat berminat. Dengan menandatanganinya, Liverpool seolah memberikan jaminan bahwa Salah akan mengakhiri puncak kariernya di Anfield. Namun, sepak bola modern tak hanya soal sentimentil. Kontrak bernilai sedemikian besar membawa ekspektasi setinggi langit. Setiap penampilan akan selalu dibandingkan dengan angka di slip gaji. Dan inilah yang menjadi bensin bagi kritik seperti yang dilontarkan Hamann. Ketika performa menurun, sorotan pada nilai kontrak itu akan semakin tajam dan menjadi senjata makan tuan.
Inti Kritik Dietmar Hamann: Lebih Dari Sekadar Performa
Kritik dari mantan gelandang bertahan Liverpool itu begitu spesifik dan penuh timing. Ia tidak sekadar mengatakan “Salah bermain buruk”. Hamann, dengan mata tajam seorang ahli, menguliti sebuah momen spesifik dalam kekalahan memalukan dari PSV yang ia anggap sebagai titik nadir.
“Apa yang Salah lakukan untuk gol kedua PSV, itulah momen di mana Slot punya kesempatan untuk menariknya keluar langsung karena apa yang dilakukannya di sana memalukan. Untuk pemain dengan kualitas seperti Salah, menyakitkan untuk mengatakannya karena dialah orang yang telah membawa tim ini selama tujuh atau delapan tahun terakhir. Tapi cara ia membiarkan Mauro Junior melewatinya tanpa melakukan apa pun untuk membantu tim… Ada saatnya di mana Anda harus menurunkan pemain, bahkan pemain bintang. Dia [Slot] punya keputusan untuk dibuat: apakah Anda dipecat bersama Salah atau Anda pertahankan pekerjaan Anda tanpanya?”
Kutipan langsung Hamann di RTE Sport itu menusuk karena beberapa alasan. Pertama, ia menyerang sisi dasar sepak bola: usaha dan komitmen bertahan. Bagi seorang pemain yang diangkat sebagai teladan, ketiadaan usaha adalah dosa besar. Kedua, Hamann dengan berani menawarkan pilihan binari yang brutal kepada Arne Slot: pertahankan Salah di starting eleven dan pertaruhkan masa depan Anda, atau ambil tindakan tegas demi kebaikan tim. Kritik ini melampaui analisis teknis biasa; ini adalah tantangan terbuka terhadap hierarki dan otoritas di dalam klub.
Performanya Musim 2025/26: Data yang Bicara Lebih Keras
Kritik Hamann tidak muncul di ruang hampa. Ia beresonansi karena didukung oleh data performa Mohamed Salah yang mengalami penurunan signifikan sepanjang musim 2025/26 hingga akhir November. Statistiknya berbicara jelas: hanya 5 gol dan 3 assist dalam 18 penampilan di semua kompetisi. Angka ini sangat jauh dari standar yang ia tetapkan sendiri, dimana ia kerap mencetak 20-30 gol per musim.
Penurunan ini bukan hal yang tiba-tiba. Beberapa analis telah menyoroti berkurangnya ketajaman, kecepatan, dan pengaruhnya dalam laga-laga penting. Yang lebih mengkhawatirkan adalah bagaimana Arne Slot telah bereaksi. Sang manajer, yang dikenal dengan prinsip taktisnya yang kuat, telah beberapa kali menempatkan Salah di bangku cadangan, termasuk dalam kemenangan atas West Ham. Tindakan Slot ini adalah pengakuan diam-diam bahwa ada masalah. Namun, menurunkan pemain dengan status dan gaji setinggi Salah bukan keputusan mudah. Ini menciptakan dinamika ruang ganti yang rumit, sebagaimana diakui Slot sendiri bahwa Salah “tidak senang” saat dicadangkan.
Faktor lain yang memperkeruh situasi adalah minat berkelanjutan dari Arab Saudi, dengan laporan-laporan baru di Desember 2025 menyebutkan bahwa pintu transfer itu belum sepenuhnya tertutup, meski kontrak baru telah ditandatangani. Ini menciptakan noise ekstra yang tidak dibutuhkan oleh sebuah tim yang sedang berusaha menemukan konsistensi di bawah manajer baru.
Dilema Arne Slot: Mengelola Legenda yang Memudar?
Inilah jantung dari persoalan yang diangkat oleh Dietmar Hamann. Arne Slot memasuki lingkungan baru dengan warisan pemain bintang yang sedang memasuki fase senja kariernya, namun baru saja diberikan kontrak terbesar. Tugas Slot adalah membangun tim jangka panjang, mengimplementasikan filosofinya, dan tetap kompetitif. Di tengah semua itu, ia harus mengelola Mohamed Salah.
Pilihan Slot sangat terbatas dan penuh risiko. Mempertahankan Salah sebagai starter mutlak sambil menunggu kebangkitan forminya bisa berakibat pada hasil yang buruk di lapangan dan erosi otoritas manajerialnya. Sebaliknya, mencadangkan atau bahkan menjual legenda hidup klub adalah keputusan yang sangat tidak populer, berisiko memicu kemarahan segmen fanbase, dan secara komersial bisa dipertanyakan. Komentar Hamann, “dipecat bersama Salah atau pertahankan jabatan tanpa dia,” meski hiperbolis, menyoroti tekanan ekstrem yang dihadapi Slot.
Ditambah lagi, Salah akan absen minimal 3-5 pertandingan karena Piala Afrika (AFCON) pada Januari 2026. Ketidakhadirannya bisa menjadi blessing in disguise bagi Slot: sebuah kesempatan alami untuk membangun sistem tanpa sang bintang dan melihat bagaimana tim merespons. Jika Liverpool tampil lebih baik, cair, dan penuh usaha tanpa Salah, argumentasi Hamann akan mendapatkan kekuatan yang sangat besar. Situasi ini akan menjadi ujian nyata bagi mentalitas skuad dan visi Slot.
Proyeksi ke Depan: Akhir Kisah yang Bagaimana untuk Salah di Anfield?
Kritik Dietmar Hamann telah membuka kotak Pandora di Liverpool. Ia memaksa semua pihak—manajemen, pelatih, fans, dan Salah sendiri—untuk melihat realitas yang mungkin tidak nyaman: bahwa bahkan legenda pun tunduk pada hukum waktu dan performa.
Beberapa skenario mungkin terjadi. Pertama, Salah membungkam kritik dengan performa. Ia bisa menggunakan kritik pedas Hamann sebagai motivasi untuk kembali ke level terbaiknya, membuktikan bahwa kontraknya pantas dan ia masih yang terdepan. Kedua, transisi bertahap.
Slot mungkin secara perlahan mengurangi ketergantungan tim pada Salah, menggunakannya sebagai impact substitute atau pemain rotasi, sambil membangun sistem yang berpusat pada pemain yang lebih muda dan energik seperti dia ingin. Ketiga, perpisahan yang mendadak. Jika minat Arab Saudi masih kuat dan performanya tidak kunjung membaik, tidak tertutup kemungkinan Liverpool mempertimbangkan tawaran yang besar di musim panas 2026, memotong hubungan satu tahun lebih awal dari kontraknya.
Apa pun akhirnya, episode ini mengajarkan pelajaran berharga tentang manajemen pemain bintang yang menua di era sepak bola modern. Kontrak besar adalah pisau bermata dua. Ia bisa menjadi penghargaan setimpal, tapi juga bisa menjadi beban yang mempercepat penurunan jika tidak dikelola dengan kejelasan visi dan keberanian taktis.
Dietmar Hamann, dengan caranya yang blak-blakan, telah menyalakan lampu peringatan. Sekarang, bola sepenuhnya ada di kaki Mohamed Salah untuk membuktikan bahwa ia masih layak menjadi protagonis, dan di pundak Arne Slot untuk membuat keputusan paling berani dalam karir kepelatihannya demi masa depan Liverpool.
Ikuti analisis tajam dan mendalam seputar taktik, transfer, dan kontroversi sepakbola hanya di Score.co.id.












