Persib Bandung Sanksi AFC Terbaru
score.co.id – Sebuah keputusan keras dari Komite Disiplin dan Etika AFC mengguncang kasta persepakbolaan Indonesia. Pada 26 November 2025, Persib Bandung secara resmi dikenai sanksi berat menyusul dua insiden terpisah di AFC Champions League Two 2025/26. Denda total senilai USD 26.250, setara dengan Rp 436 juta, dan hukuman penutupan 25% stadion untuk satu laga kandang menjadi bukti nyata betapa ketatnya standar disiplin di tingkat kontinental. Artikel ini mengupas tuntas akar permasalahan, dampak strategis yang menghantui Maung Bandung, serta respons yang diperlukan untuk membenahi masa depan.
Alasan di Balik Sanksi Berat AFC
Gelombang sanksi ini bukan datang tanpa sebab. AFC mendasarkan keputusannya pada laporan pertandingan yang mendetail, mengungkap serangkaian pelanggaran serius yang terjadi di dua laga berbeda.

Rincian Pelanggaran Suporter di GBLA
Insiden utama berpusat di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) pada 23 Oktober 2025, saat Persib menjamu Zhejiang FC. Komite Disiplin AFC mencatat setidaknya empat kategori pelanggaran yang dilakukan suporter, yang semuanya melanggar Pasal 65 Kode Disiplin AFC.
Pertama, adalah penyalaan enam unit flare atau perangkat pembakar. Dalam dunia sepak bola modern, tindakan ini dianggap sangat berbahaya karena berpotensi menyebabkan kepanikan, cedera, dan kebakaran. Kedua, terjadi pelemparan 33 benda ke area lapangan. Yang mengkhawatirkan, benda-benda yang dilempar bukanlah kertas biasa, melainkan kursi stadion, sepatu, dan puing-puing keras lainnya yang dapat melukai pemain dan ofisial.
Ketiga, munculnya spanduk berisi pesan politik. AFC memiliki regulasi ketat yang melarang keras segala bentuk ekspresi politik di dalam stadion untuk menjaga netralitas olahraga. Keempat, adalah aksi pendakian dan bergantungan di penghalang stadion. Perilaku ini tidak hanya membahayakan pelakunya sendiri tetapi juga mengganggu pandangan penonton lain dan berpotensi memicu kerusuhan.
Kegagalan Organisasi dan Regulasi Stadion
Di luar tindakan suporter, Persib sebagai klub juga dianggap gagal memenuhi kewajiban organisasinya sesuai Pasal 64 Kode Disiplin AFC. Komite menilai ada kelalaian dalam pencegahan keselamatan dan pemeliharaan ketertiban. Pengawasan yang kurang ketat terhadap area tribun diduga menjadi faktor yang memungkinkan aksi-aksi berbahaya tersebut terjadi.
Pelanggaran administratif turut menyumbang denda. AFC menemukan bahwa penomoran kursi dan baris di GBLA tidak lengkap, melanggar Pasal 39.2 dan 39.3 Peraturan Stadion AFC. Meski terlihat sepele, standarisasi ini crucial untuk memudahkan evakuasi darurat dan manajemen penonton.
Sanksi untuk Asisten Pelatih Miro Petric
Lini manajemen Persib juga tak luput dari hukuman. Asisten pelatih Miro Petric menerima sanksi individu yang tak kalah berat: larangan mendampingi tim selama empat pertandingan dan denda USD 10.000. Hukuman ini bermula dari insiden pada laga tandang melawan Selangor FC, 6 November 2025, di mana Petric dikabarkan menggunakan bahasa dan gestur ofensif terhadap ofisial wasit, yang jelas-jelas melanggar Pasal 47 Kode Disiplin AFC.
Dua dari empat larangan tersebut akan langsung diterapkan pada laga sisa grup, membuat Petric absen di bangku cadangan dalam momen-momen krusial. Ini adalah pukulan taktis bagi tim yang sedang berjuang untuk lolos.
Dampak Langsung pada Laga Kontra Bangkok United
Hukuman penutupan 25% stadion bukanlah sekadar angka statistik. Ia akan langsung diterapkan pada laga kandang terakhir Persib di fase grup melawan Bangkok United pada 10 Desember 2025. Dalam konteks pertandingan, ini berarti sekitar 9.500 kursi dari total kapasitas GBLA akan dikosongkan untuk suporter tuan rumah.
Dampaknya multidimensi. Secara finansial, klub mengalami kerugian pendapatan dari penjualan tiket yang bisa mencapai ratusan juta rupiah. Secara psikologis, suasana “kandang” yang biasanya dikobarkan oleh puluhan ribu Bobotoh akan jauh berkurang. Hilangnya energi dari tribun ini berpotensi mempengaruhi motivasi dan performa pemain di laga penentu. Atmosfer GBLA yang biasanya menjadi benteng pertahanan psikologis, kini harus dilemahkan oleh sanksi yang justru datang di momen paling krusial.
Rincian Sanksi Keseluruhan
- Komponen Sanksi: Denda Klub – Detail: USD 25.000 + USD 1.250 = USD 26.250 (Rp 436 juta) – Alasan: Pelanggaran suporter (flare, pelemparan, spanduk politik) dan regulasi stadion – Dampak: Pembayaran dalam 30 hari; kerugian finansial tambahan dari PSSI mencapai total Rp 274 juta
- Komponen Sanksi: Penutupan Stadion – Detail: 25% kapasitas untuk 1 laga kandang berikutnya – Alasan: Gagal menjaga ketertiban dan keselamatan – Dampak: Diterapkan vs Bangkok United (10 Des 2025); pengurangan tiket dan dukungan suporter
- Komponen Sanksi: Sanksi Individu (Miro Petric) – Detail: Larangan 4 laga + denda USD 10.000 – Alasan: Bahasa/gestur ofensif terhadap wasit – Dampak: Absen di laga vs Lion City Sailors dan Bangkok United; denda dibayar dalam 30 hari
Respons Klub dan Suporter
Hingga 29 November 2025, Persib Bandung secara resmi belum mengeluarkan pernyataan terbuka. Namun, sumber dalam klub mengindikasikan bahwa mereka akan mematuhi keputusan AFC sepenuhnya sambil melakukan evaluasi internal yang mendalam. Edukasi kepada suporter Bobotoh disebut-sebut akan ditingkatkan, bekerja sama dengan pihak keamanan stadion.
Di kalangan suporter, respons terbelah. Sebagian besar merasa kekecewaan yang mendalam, menganggap sanksi ini terlalu berat dan berpotensi menggagalkan perjuangan tim di kompetisi. Namun, ada pula suara-suara bijak dari dalam komunitas yang mengakui bahwa beberapa tindakan memang melampaui batas dan perlu dikoreksi untuk kemajuan bersama.
Seorang pengamat sepak bola Indonesia memberikan komentar,
“Sanksi untuk Persib ini harus dibaca sebagai alarm keras bagi seluruh sepak bola Indonesia. Ini bukan tentang Persib saja, melainkan tentang kesiapan kita semua dalam beradaptasi dengan standar keamanan dan disiplin internasional. Tragedi Kanjuruhan seharusnya sudah menjadi pelajaran terbesar.”
Analisis Komparatif: Sanksi AFC dalam Konteks Sepak Bola Asia Tenggara
Penting untuk memahami bahwa sanksi terhadap Persib bukanlah kasus yang terisolasi. AFC semakin ketat dalam menegakkan aturannya, terutama terhadap klub-klub dari Asia Tenggara yang dinilai masih memiliki masalah dalam manajemen suporter. Beberapa klub dari Thailand dan Malaysia juga pernah menerima sanksi serupa, bahkan ada yang lebih berat, dalam beberapa tahun terakhir.
Pendekatan AFC ini konsisten dengan visi mereka untuk menciptakan lingkungan pertandingan yang aman, netral, dan profesional di seluruh kompetisi mereka. Bagi klub-klub Indonesia, ini adalah bagian dari proses pembelajaran yang pahit namun diperlukan jika ingin benar-benar bersaing di level tertinggi Asia.
Proyeksi dan Rekomendasi ke Depan
Lalu, bagaimana jalan ke depan bagi Persib Bandung? Sanksi ini, seberat apapun, harus dilihat sebagai momentum untuk introspeksi dan pembenahan menyeluruh.
- Pertama, penguatan sistem keamanan stadion mutlak dilakukan. Penambahan CCTV beresolusi tinggi, peningkatan jumlah dan kualitas steward, serta penerapan teknologi pendeteksi benda berbahaya di pintu masuk bisa menjadi solusi teknis.
- Kedua, edukasi suporter yang berkelanjutan dan inovatif. Klub perlu aktif menjangkau komunitas Bobotoh, bukan hanya saat terjadi masalah, tetapi secara rutin. Sosialisasi regulasi AFC dan dampak dari pelanggaran perlu disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami.
- Ketiga, penyempurnaan administrasi dan infrastruktur stadion. Masalah penomoran kursi adalah contoh kecil dari banyaknya pekerjaan rumah di bidang ini. GBLA dan stadion-stadion lain di Indonesia harus segera menyesuaikan diri dengan standar AFC jika ingin terus menjadi tuan rumah pertandingan internasional.
- Keempat, pembinaan mental bagi seluruh unsur klub, termasuk pelatih dan ofisial. Ketegangan di lapangan seringkali memicu reaksi emosional yang berujung pada sanksi, seperti yang dialami Miro Petric. Manajemen emosi adalah keterampilan yang tak kalah pentingnya dengan taktik sepak bola.
Masa Depan Persib Pasca-Sanksi AFC
Sanksi dari AFC adalah ujian berat bagi ketahanan dan kematangan Persib Bandung sebagai institusi sepak bola. Di balik denda finansial dan hukuman penutupan stadion, tersimpan pelajaran berharga tentang arti profesionalisme di kancah internasional. Keputusan ini bukan akhir dari perjalanan, melainkan sebuah belokan tajam yang menuntut koreksi arah. Kemampuan Persib untuk bangkit, belajar, dan beradaptasi dari peristiwa ini akan menentukan bukan hanya nasibnya di AFC Champions League Two, tetapi juga citranya sebagai salah satu klub terbesar di Indonesia. Kepatuhan, edukasi, dan infrastruktur yang memadai adalah kunci untuk mengubah hukuman ini menjadi batu pijakan menuju level yang lebih tinggi.
Ikuti terus analisis mendalam dan berita terbaru seputar dunia sepak bola hanya di Score.co.id.












