Terakhir MU Juara Liga Inggris
score.co.id – Sebuah pertanyaan yang menggema di lorong-lorong Old Trafford dan di benak jutaan pendukungnya di seluruh dunia: kapan terakhir kali Manchester United menjadi juara Liga Inggris? Jawabannya adalah musim 2012-2013, sebuah era yang sudah lebih dari satu dekade berlalu. Gelar itu bukan sekadar tambahan koleksi, melainkan sebuah titik akhir yang dramatis, penutup megah untuk dinasti legendaris Sir Alex Ferguson. Sejak saat itu, Setan Merah telah berubah, bergumul dengan realitas baru yang keras di panggung Premier League. Artikel ini menelusuri jejak momen keemasan itu, menganalisis kekosongan yang ditinggalkannya, dan memotret perjuangan klub untuk kembali ke tahtanya di tengah kebangkitan rival bebuyutan, Liverpool, yang kini telah menyamai rekor 20 gelar liga utama mereka.
Musim 2012-2013: Simfoni Perpisahan Sang Maestro
Musim itu adalah sebuah mahakarya manajerial dari Sir Alex Ferguson. Setelah kehilangan gelar secara dramatis di menit-menit terakhir musim sebelumnya kepada Manchester City, Ferguson merespons dengan sebuah langkah masterstroke: merekrut Robin van Persie dari Arsenal. Kepindahan ini bukan hanya transfer biasa; ini adalah pernyataan perang.

Dominasi Tanpa Ampun dan Peran Sang Penentu
MU memulai musim dengan intensitas yang membara. Van Persie, yang seakan menjadi potongan terakhir puzzle yang hilang, membentuk kemitraan mematikan dengan Wayne Rooney. Di bawah kendali Ferguson, tim ini bermain dengan mentalitas pemenang yang tak tergoyahkan, menggabungkan serangan mematikan dengan ketangguhan mental. Mereka jarang terlihat inferior, bahkan dalam laga-laga sulit. Kekuatan utama mereka terletak pada kemampuan mencetak gol di momen-momen kritis dan mempertahankan keunggulan. Performa mereka di sepanjang musim menunjukkan konsistensi sebuah tim yang digerakkan oleh satu tujuan: mengirim sang maestro dengan gelar ke-13-nya.
Momen Ikonik yang Abadi dalam Memori
Pada 22 April 2013, Old Trafford menjadi saksi sebuah momen yang akan dikenang selamanya. Melawan Aston Villa, Robin van Persie mencetak hat-trick, tetapi gol pertamanyalah yang menjadi legenda. Menerima umpan panjang dari Rooney di luar kotak penalti, van Persie melepaskan tendangan voli pertama yang melesat sempurna ke sudut gawang. Gol itu bukan hanya sebuah gol; itu adalah sebuah pernyataan, sebuah mahakarya seni yang mengukuhkan gelar. Kemenangan 3-0 itu secara matematis memastikan gelar juara, dengan masih tersisa empat pertandingan.
Sir Alex Ferguson, dalam konferensi pers setelahnya, menyatakan, “Ini adalah salah satu gelar yang paling memuaskan. Reaksi para pemain dan fans menunjukkan apa artinya ini bagi kita semua. Mereka adalah kelompok pejuang.”
Gelar itu diraih dengan keunggulan 11 poin dari rival sekota, Manchester City. Van Persie, dengan 26 golnya, menjadi simbol kesuksesan musim itu, sementara para veteran seperti Ryan Giggs dan Paul Scholes memberikan stabilitas dan kearifan yang tak ternilai. Kemenangan ini adalah puncak dari filosofi Ferguson yang tak kenal kompromi: “no one is bigger than the club”.
Warisan 13 Gelar: Daftar Kejayaan Setan Merah di Premier League
Pencapaian Manchester United di era Premier League adalah sebuah fenomena yang mungkin tidak akan terulang. Tiga belas gelar di bawah satu manajer, Sir Alex Ferguson, mencerminkan sebuah era dominasi yang dibangun atas fondasi disiplin besi, regenerasi tim yang brilian, dan mentalitas pemenang yang meresap ke dalam setiap sudut klub.
| Musim | Poin & Top Skorer | Catatan Khusus |
|---|---|---|
| 1992-1993 | 84 | Eric Cantona | Gelar perdana Premier League, mengakhiri puasa 26 tahun |
| 1993-1994 | 92 | Eric Cantona | Meraih double (liga dan Piala FA) |
| 1995-1996 | 82 | Eric Cantona | Comeback legendaris, mengalahkan Newcastle |
| 1996-1997 | 75 | Ole Gunnar Solskjaer | Memperkenalkan “Class of ’92” |
| 1998-1999 | 79 | Dwight Yorke | Treble legendaris: Liga, Piala FA, Liga Champions |
| 1999-2000 | 91 | Dwight Yorke | Mendominasi dengan selisih poin besar |
| 2000-2001 | 80 | Teddy Sheringham | Menyelesaikan hat-trick gelar liga |
| 2002-2003 | 83 | Ruud van Nistelrooy | Comeback dramatis di paruh kedua musim |
| 2006-2007 | 89 | Cristiano Ronaldo | Mengembalikan trofi setelah tiga tahun puasa |
| 2007-2008 | 87 | Cristiano Ronaldo | Double (liga dan Liga Champions) |
| 2008-2009 | 90 | Cristiano Ronaldo | Gelar ketiga berturut-turut |
| 2010-2011 | 80 | Dimitar Berbatov | Gelar ke-19, menyamai rekor Liverpool |
| 2012-2013 | 89 | Robin van Persie | Gelar terakhir Ferguson |
Zaman Kelam Pasca-Ferguson: Sebuah Labirin Transisi
Pensiunnya Sir Alex Ferguson meninggalkan void (kekosongan) yang hampir mustahil untuk diisi. Bukan hanya tentang taktik, melainkan tentang budaya, otoritas, dan aura yang ia bawa. Manchester United sejak itu terjebak dalam siklus transisi yang melelahkan, bergumul dengan warisan yang begitu berat.
Pergantian Manajer dan Hilangnya Identitas
David Moyes, sang “chosen one”, gagal bertahan bahkan selama satu musim penuh. Louis van Gaal memperkenalkan filosofi possession yang kerap dianggap membosankan, sementara Jose Mourinho sempat memberikan secercah harapan dengan gelar Liga Europa namun diikuti oleh konflik dan penurunan performa. Ole Gunnar Solskjaer membawa kembali nuansa “United Way” dengan serangan cepat, tetapi gagal di tahap akhir. Erik ten Hag, dengan segala upayanya, masih berjuang untuk konsistensi. Setiap manajer datang dengan filosofi berbeda, mengakibatkan tim kehilangan identitas permainan yang jelas selama bertahun-tahun.
Kebangkitan Rival dan Lanskap Kompetisi yang Berubah
Sementara MU berputar-putar dalam ketidakpastian, rival-rivalnya justru membangun proyek jangka panjang yang solid. Manchester City, dengan dana dan visi yang jelas di bawah Pep Guardiola, mendominasi Premier League. Yang lebih menyakitkan adalah kebangkitan Liverpool. Di bawah Jurgen Klopp, mereka meraih gelar Liga Champions dan, yang paling menusuk, gelar Premier League musim 2019-2020, mengakhiri puasa 30 tahun mereka. Puncaknya adalah pada musim 2024-2025, di bawah Arne Slot, Liverpool kembali menjadi juara dan secara resmi menyamai rekor 20 gelar liga utama Manchester United.
Lanskap Terkini dan Perjalanan Menuju Pemulihan
Memasuki musim 2025-2026, situasi Manchester United tetap menjadi pusat perhatian. Musim 2024-2025 yang digambarkan sebagai “bencana” oleh manajer Ruben Amorim, yang berujung pada finis di posisi 15 dan tanpa tiket Eropa untuk kedua kalinya dalam 35 tahun, adalah titik nadir terbaru. Namun, dalam kegelapan itu, selalu ada celah cahaya.
Liverpool, sebagai juara bertahan, justru mengalami awal yang goyah dengan empat kekalahan beruntun. Ini membuktikan bahwa Premier League tetap kompetitif dan tak ada yang tak mungkin. Bagi MU, tantangannya adalah membangun sebuah proyek yang berkelanjutan. Investasi di sektor muda, perbaikan dalam rekrutmen pemain, dan pemberian waktu kepada manajer untuk menerapkan idenya adalah kunci-kunci yang sering diwacanakan.
Seorang analis taktik menyimpulkan, “MU tidak kekurangan sumber daya, tetapi kekurangan stabilitas dan visi jangka panjang yang pernah menjadi trademark mereka. Mereka perlu menemukan kembali jiwa klub yang sebenarnya.”
Kesimpulan: Masa Depan Setan Merah
Perjalanan Manchester United pasca-2013 adalah studi kasus yang sempurna tentang betapa sulitnya meneruskan warisan sebuah dinasti. Gelar terakhir mereka lebih dari sekadar angka; itu adalah simbol dari sebuah standar, sebuah level yang ingin dicapai kembali. Kini, dengan Liverpool yang telah menyamai rekor mereka, perlombaan untuk menjadi yang pertama meraih gelar ke-21 menjadi lebih sengit dan penuh emosi. Masa depan MU bergantung pada kemampuan mereka untuk belajar dari masa lalu, membangun fondasi yang kokoh, dan yang terpenting, menemukan kembali “jiwa” Manchester United yang sejati. Perjalanan ini panjang dan berliku, tetapi setiap penggemar Setan Merah di seluruh dunia tetap menantikan hari di mana pesta kemenangan di Old Trafford bukan lagi sekadar kenangan.
Ikuti terus analisis mendalam dan berita terbaru seputar dunia sepak bola hanya di Score.co.id.












