5 Rivalitas Terpanas Sepak Bola Indonesia: Bukan Cuma Persib vs Persija

Derby Indonesia terpanas selain Persib vs Persija.

Rivalitas Terpanas Sepak Bola Indonesia
Rivalitas Terpanas Sepak Bola Indonesia

Rivalitas Terpanas Sepak Bola Indonesia

score.co.id – Di mata dunia, El Clásico mungkin pertarungan antara dua raksasa Spanyol. Di Inggris, derby Manchester memecah belah kota. Namun, di tanah air, panasnya rivalitas sepak bola memiliki rasanya sendiri—sebuah amalgam dari gejolak sejarah, kebanggaan regional, dan fanatisme suporter yang tak tertandingi. Semua orang mengenal duel abadi Persib Bandung melawan Persija Jakarta, Derby Indonesia yang selalu menghadirkan elektrisitas tersendiri. Namun, gemuruh rivalitas di nusantara tidak berhenti di sana.

Ada medan pertempuran lain yang tak kalah sengit, di mana gengsi sebuah daerah dipertaruhkan di atas rumput hijau. Artikel ini mengupas tuntas lima rivalitas terpanas di luar Persib vs Persija, menganalisis akar sejarah, dinamika terkini di musim 2025, serta dampak mendalamnya terhadap peta sepak bola nasional.

Rivalitas ini sering disebut sebagai yang paling panas di Indonesia setelah Derby Indonesia, berakar pada persaingan dua klub terbesar di Jawa Timur: Persebaya dari Surabaya dan Arema dari Malang.
Persebaya Surabaya vs Arema FC

Persebaya Surabaya vs Arema FC: Derby Super Jawa Timur yang Penuh Luka dan Dendam

Jika ada satu rivalitas yang intensitasnya setara, bahkan kerap dianggap lebih panas daripada Derby Indonesia, maka itu adalah pertemuan antara Persebaya Surabaya dan Arema FC. Dikenal sebagai Derby Super Jawa Timur, pertemuan kedua klub ini bukan sekadar pertandingan; ia adalah perang saudara. Akarnya menjalar dalam ke era Galatama dan Perserikatan, di mana Persebaya, sang Bajul Ijo dari kota metropolitan, berhadapan dengan Arema, Singo Edan kebanggaan Malang yang disokong oleh massa fanatik.

Yang membedakan rivalitas ini dari yang lain adalah bayangan kelam tragedi. Tragedi Kanjuruhan pada 2022, yang merenggut 131 nyawa, telah mengubah lanskap rivalitas ini selamanya. Luka kolektif itu tidak pernah benar-benar sembuh, menambahkan dimensi emosional yang dalam dan muram pada setiap pertemuan mereka. Di musim BRI Super League 2025/26, setiap laga Persebaya vs Arema digelar dengan pengawasan keamanan yang sangat ketat. Protokol baru yang diterapkan PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB), seperti larangan kehadiran suporter tamu, adalah upaya untuk meredam potensi konflik.

Laga melawan Arema selalu spesial. Ini lebih dari sekadar tiga poin; ini tentang harga diri, sejarah, dan untuk membahagiakan para fans yang hidup dan mati untuk klub ini, – ujar seorang pelatih Persebaya dalam satu wawancara.

Di lapangan, pertandingan ini kerap menjadi ajang psywar dan teknis-taktis yang menarik. Bonek (suporter Persebaya) dan Aremania (suporter Arema) terlibat dalam perang naratif yang tak henti, baik di tribun maupun di media sosial. Persebaya, dengan kekuatan finansial dan kedalaman skuad yang biasanya lebih baik, sering mendominasi di Kandang Gelora Bung Tomo. Sementara Arema, dengan semangat Singo Edan dan dukungan luar biasa di Stadion Kanjuruhan, selalu menjadi lawan yang tangguh dan penuh kejutan.

Baca Juga  Hasil Pertemuan Terakhir Padang vs Bhayangkara FC: Siapa Unggul?
Persis Solo vs PSIM Yogyakarta
Persis Solo vs PSIM Yogyakarta

Persis Solo vs PSIM Yogyakarta: Derby Mataram, Perseteruan Abadi Dua Keturunan Kerajaan

Rivalitas ini membuktikan bahwa jarak terdekat sering melahirkan permusuhan terhebat. Hanya terpaut sekitar 60 kilometer, Persis Solo dan PSIM Yogyakarta terlibat dalam Derby Mataram, sebuah persaingan yang merangkum perseteruan historis dan budaya antara dua kota pewaris tahta Mataram. Persis, dibanggakan warga Solo dengan suporter Pasoepati-nya, melawan PSIM, kebanggaan Yogyakarta yang didukung Brajamusti.

Rivalitas yang telah berlangsung sejak era 1930-an ini sarat dengan nuansa kultural. Ia adalah perlambang persaingan antara Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Di lapangan hijau, pertemuan mereka jarang berjalan hambar. Insiden kerusuhan, seperti yang terjadi di Stadion Mandala Krida pada 2019, menjadi pengingat betapa mudahnya emosi meledak.

Meski pada 2025 kedua tim lebih sering bertarung di Pegadaian Liga 2, panasnya Derby Mataram tidak pernah padam. Psywar antara Pasoepati dan Brajamusti tetap hidup, meski upaya rekonsiliasi dan dialog antar suporter terus digalakkan oleh PSSI. Pertandingan ini adalah magnet penonton lokal yang kuat, sebuah bukti bahwa gengsi dan identitas daerah masih menjadi daya pikat utama sepak bola Indonesia di level akar rumput.

Persebaya Surabaya vs Madura United: Derby Suramadu, Pertarungan Identitas Budaya

Lahir dari dinamika modern sepak bola Indonesia, Derby Suramadu menghadirkan persaingan unik antara Persebaya Surabaya dan Madura United. Dinamakan dari jembatan yang menghubungkan Jawa dan Madura, rivalitas ini mencerminkan ketegangan sekaligus persinggungan dua budaya yang berbeda: budaya metropolitan Surabaya melawan semangat keras dan pantang menyerah khas Pulau Garam.

Awal kemunculannya sekitar tahun 2017 di Liga 1, rivalitas ini cepat memanas. Suporter Bonek (Persebaya) dan Laskar Trunojoyo (Madura United) terlibat saling ejek dan adu kebanggaan. Di musim 2025/26, intensitasnya semakin menjadi. Madura United, yang kini memiliki pendanaan solid dan manajemen profesional, tidak lagi sekadar anak bawang. Mereka kerap menjadi penghalang serius bagi ambisi Persebaya di papan atas klasemen.

Pertandingan Derby Suramadu dikenal keras, penuh pressing, dan tak jarang diwarnai insiden yang memicu kartu. Ini adalah laga yang menguji mental dan fisik. Meski diwarnai psywar, ada juga rasa saling menghormati yang tumbuh, mengingat kedekatan geografis dan adanya hubungan kekerabatan di antara para pendukungnya.

Baca Juga  Jadwal TC Timnas Indonesia Senior, Laga Berat Siap Menanti

Persija Jakarta vs PSM Makassar: Bentrok Ibu Kota vs Jawara Timur

Meski melibatkan Persija Jakarta, rivalitas dengan PSM Makassar memiliki karakter dan narasinya sendiri yang berbeda dari Derbi Indonesia. Ini adalah bentrokan antara dua kutub: Ibu Kota dengan segala gemerlap dan pengaruhnya, melawan Jawara dari Indonesia Timur yang dikenal keras dan memiliki basis suporter yang sangat fanatik, Ramang.

Persaingan ini memuncak dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak mereka kerap bersaing ketat di puncak klasemen Liga 1 dan bertemu di fase knockout Piala Indonesia. Final Piala Indonesia 2019 adalah momen bersejarah yang mengukuhkan rivalitas ini sebagai salah satu yang terpanas. Jakmania dan suporter PSM terlibat persaingan sehat, tetapi juga kerap memanas menjadi konflik di media sosial.

Pada 2025, setiap pertemuan Persija dan PSM tetap menjadi big match yang ditunggu. Gaya permainan yang ditawarkan pun kontras: Persija dengan organisasi dan tekniknya, berhadapan dengan PSM yang sering mengandalkan kecepatan, fisik, dan semangat tak kenal menyerah. Rivalitas ini adalah bukti bahwa pesepakbolaan Indonesia tidak hanya berpusat di Jawa, tetapi memiliki kekuatan lain dari Timur yang siap menantang hegemoni.

PSIS Semarang vs Persis Solo: Derby Jawa Tengah, Perebutan Tahta di Tanah Ranggalawe

Menyempit fokus ke Jawa Tengah, kita menemukan Derby Jawa Tengah antara PSIS Semarang dan Persis Solo. Rivalitas ini mungkin tidak sepopuler Derby Super Jatim, namun panas dan emosinya bagi pendukung kedua klub tidak kalah besar. Ini adalah perebutan tahta sebagai klub terkuat di Jawa Tengah.

Akar sejarahnya panjang, bermula dari persaingan sejak tahun 1950-an. Kekalahan memalukan yang dialami salah satu pihak di masa lampau masih menjadi memori kolektif yang dipelihara dan dijadikan bahan balas dendam historis. Suporter Snex (PSIS) dan Pasoepati (Persis) adalah dua kelompok yang sangat fanatik, dan ketika bertemu, atmosfernya selalu mencekam.

Di kompetisi 2025, dengan PSIS konsisten di Liga 1 dan Persis berusaha menembusnya dari Liga 2, setiap pertemuan—baik di piala atau liga—memiliki nilai prestise yang tinggi. Laga ini tidak hanya berdampak pada perjalanan kompetisi, tetapi juga menjadi ajang pembuktian identitas dan kebanggaan kota antara Semarang dan Solo.

Perbandingan Rivalitas: Memetakan Gelora Rivalitas Nusantara

  • Persebaya vs Arema
    • Julukan: Derby Super Jatim
    • Wilayah: Jawa Timur
    • Akar Sejarah: Era Perserikatan & Tragedi Kanjuruhan
    • Suporter Fanatik: Bonek vs Aremania
    • Karakteristik Pertandingan (2025): Sangat intens, pengamanan maksimal, pertarungan psikologis tinggi.
  • Persis vs PSIM
    • Julukan: Derby Mataram
    • Wilayah: Jateng-DIY
    • Akar Sejarah: Kedekatan geografis & warisan budaya Mataram
    • Suporter Fanatik: Pasoepati vs Brajamusti
    • Karakteristik Pertandingan (2025): Emosional, berpotensi kerusuhan, namun jadi magnet penonton lokal.
  • Persebaya vs Madura Utd
    • Julukan: Derby Suramadu
    • Wilayah: Jatim-Madura
    • Akar Sejarah: Dinamika modern liga & perbedaan identitas budaya
    • Suporter Fanatik: Bonek vs Laskar Trunojoyo
    • Karakteristik Pertandingan (2025): Pertandingan keras, penuh pressing, dan semakin kompetitif.
  • Persija vs PSM
    • Julukan: Ibu Kota vs Jawara Timur
    • Wilayah: Jakarta vs Sulawesi Selatan
    • Akar Sejarah: Perebutan gelar & final Piala Indonesia 2019
    • Suporter Fanatik: Jakmania vs Ramang
    • Karakteristik Pertandingan (2025): Big match nasional, kontras gaya permainan, persaingan elit.
  • PSIS vs Persis
    • Julukan: Derby Jawa Tengah
    • Wilayah: Jawa Tengah
    • Akar Sejarah: Sejarah panjang & rivalitas kota tradisional
    • Suporter Fanatik: Snex vs Pasoepati
    • Karakteristik Pertandingan (2025): Perebutan tahta Jateng, sangat emosional, berdampak pada prestise.
Baca Juga  Albin Linner ke Persib Bandung: Saya Sudah Kontak Sama Agen

Dampak pada Liga 2025 dan Masa Depan: Antara Daya Tarik Komersial dan Tantangan Keamanan

Rivalitas-rivalitas ini adalah napas dan jiwa dari BRI Super League dan Pegadaian Liga 2. Di musim 2025, mereka menjadi komoditas komersial yang sangat berharga. Pertandingan-pertandingan big match ini menjual tiket laris, menarik perhatian sponsor, dan meningkatkan rating siaran televisi. Mereka menciptakan narasi yang membuat liga tetap hidup dan relevan di benak publik.

Namun, di balik daya tariknya, terdapat tantangan keamanan yang sangat besar. Pasca-Tragedi Kanjuruhan, PSSI dan PT LIB tidak bisa lagi bermain-main. Jadwal pertandingan rivalitas kini dirancang dengan hati-hati, sering kali ditempatkan sebagai laga pamungkus dengan protokol keamanan yang menyamai operasi militer. Teknologi seperti pengenalan wajah dan pengawasan CCTV yang lebih canggih diterapkan.

Pendekatan terhadap suporter juga telah berubah. Pola komunikasi dan edukasi yang intensif digalakkan untuk meredam fanatisme buta. Masa depan rivalitas-rivalitas ini tergantung pada kemampuan semua pemangku kepentingan untuk menyeimbangkan antara hasrat yang membara di atas lapangan dengan penciptaan lingkungan yang aman dan beradab di sekitarnya.

Kesimpulan: Rivalitas sebagai Jiwa Sepak Bola Indonesia

Kelima rivalitas yang diulas tadi membuktikan bahwa kekayaan sepak bola Indonesia terletak pada keragamannya. Mereka bukan hanya tentang sepak bola murni, tetapi tentang sejarah, geografi, budaya, dan identitas yang diperjuangkan oleh jutaan orang. Dari panasnya Jawa Timur hingga akar budaya Mataram, dari gelora Suramadu hingga tegangan ibu kota dan timur, serta persaingan sengit di tanah Jawa Tengah—semuanya adalah mosaik yang membentuk wajah sepak bola nasional.

Rivalitas ini adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, mereka adalah energi yang menggerakkan industri dan menghidupkan kompetisi. Di sisi lain, mereka adalah pengingat akan tanggung jawab besar untuk terus memperbaiki tata kelola keamanan. Memahami dinamika di balik setiap rivalitas bukan hanya untuk mengetahui siapa lawan siapa, tetapi untuk meresapi jiwa dan cerita yang membuat sepak bola Indonesia begitu unik dan penuh passion.

Ikuti terus analisis mendalam dan berita terbaru seputar dunia sepak bola Indonesia dan internasional hanya di Score.co.id.