Konflik Vinicius Jr vs Xabi Alonso
score.co.id – Di jantung Santiago Bernabéu, pada menit ke-72 sebuah El Clásico yang mencekam, sebuah keputusan tunggal memecah belah kenyataan. Xabi Alonso, sang arsitek baru, mengangkat papan nomor 7. Vinicius Junior, sang bintang yang menggelegak, membeku. “Aku?!” serunya, lima kali, suaranya tenggelam oleh gemuruh 80.000 penonton sebelum akhirnya meledak menjadi kemarahan yang terang-terangan. Ia pergi, meninggalkan lapangan hijau menuju kegelapan terowongan, menggumamkan kata-kata yang akan menggema di seluruh dunia: “Saya tinggalkan tim, lebih baik saya pergi.” Momen ini bukan sekadar insiden displin biasa. Ini adalah puncak gunung es dari sebuah revolusi yang berbenturan dengan ego, sebuah konflik mendalam antara filosofi taktis Alonso dan ekspresi bebas Vinicius yang mengancam meretakkan fondasi Real Madrid.
Latar Belakang Konflik: Revolusi Alonso Bertemu Status Quo
Kedatangan Xabi Alonso pada Juni 2025, menggantikan Carlo Ancelotti yang legendaris, selalu dijanjikan akan membawa angin perubahan. Namun, sedikit yang menyangka angin itu akan berubah menjadi badai. Alonso, sang visioner yang membawa Bayer Leverkusen menuju status Invincibles, datang dengan sebuah manifesto: disiplin besi, tanggung jawab kolektif, dan sistem taktis yang tak tergoyahkan.

Perubahan Filosofi yang Drastis
Gaya Alonso bagaikan air dan minyak dibandingkan dengan pendahulunya. Ancelotti, sang grandfather, mengelola ruang ganti dengan pendekatan manusiawi dan fleksibel, mempercayai insting bakat individu pemain bintangnya. Alonso datang dengan aturan baru yang kaku: latihan lebih intensif, penekanan berlebihan pada kerja defensif, dan penghapusan konsep “pemain tak tersentuh”. Bagi Alonso, sistem adalah raja. Tidak ada individu, sebesar apapun namanya, yang lebih penting dari keseluruhan tim.
Posisi Vinicius yang Terancam
Vinicius Jr, yang kini berada di puncak dunianya sebagai salah satu penyerang paling mematikan di dunia dan kapten ketiga tim, melihat perubahan ini sebagai ancaman. Ia merasa telah membayar lunas jerih payahnya untuk mendapatkan status starter tetap. Dengan statistik mengesankan 5 gol dan 4 assist di LaLiga di awal musim 2025/2026, ia percaya dirinya layak dianggap sebagai pemain yang tidak bisa diganggu gugat. Namun, Alonso telah mencadangkannya tiga kali musim ini—melawan Real Oviedo, Getafe, dan Marseille—sebuah pesan keras bahwa tidak ada yang kebal dari rotasi. Negosiasi perpanjangan kontrak Vinicius, yang berakhir pada 2027, pun mandek, menambah lapisan ketidakpastian dan kekecewaan.
Insiden El Clásico: Puncak Gunung Es Kemarahan
Pertandingan melawan Barcelona pada 26 Oktober 2025 seharusnya menjadi panggung kejayaan Vinicius. Namun, itu berubah menjadi panggung bagi keretakannya dengan Alonso. Real Madrid unggul 2-1 dalam pertandingan sengit ketika keputusan fatal itu datang.
Reaksi Emosional yang Mengguncang
Penggantian Vinicius oleh Rodrygo pada menit ke-72 bukan hanya sebuah keputusan taktis; itu adalah percikan di gudang mesiu. Reaksi Vinicius langsung, spontan, dan penuh emosi. Ekspresi ketidakpercayaannya, teriakan “Pelatih, pelatih!” yang tak dihiraukan, dan langkahnya menuju terowongan sambil bergumam, semuanya terekam kamera dan menjadi viral dalam hitungan menit.
“Saya akan fokus pada banyak hal positif dalam pertandingan, dan hal baik dari Vini. Kami akan bicara tentang [reaksi Vini] tentu saja, tapi saya tidak ingin mengalihkan sorotan dari yang benar-benar penting.”
— Xabi Alonso, konferensi pers pasca-pertandingan.
Konsekuensi Pasca-Pertandingan
Drama tidak berhenti di sana. Setelah pertandingan usai, Vinicius terlibat dalam keributan dengan pemain Barcelona, termasuk Lamine Yamal. Yang mengejutkan, ia mengejar Yamal sambil masih mengenakan sandal jepit. Ia bahkan menerima kartu kuning dan memposting kekacauan itu di Instagram dengan caption “Minggu indah di rumah!!! AYO, REAL MADRID!!!”, seolah mengukuhkan perlawanannya terhadap narasi yang ingin dibangun Alonso.
Dampak dan Respons: Upaya Rekonsiliasi di Balik Ketegangan
Permintaan Maaf yang Setengah Hati
Dua hari setelah insiden, pada 29 Oktober, Vinicius akhirnya meminta maaf. Namun, pertemuan internal itu justru mengungkap kedalaman keretakan. Sumber terpercaya seperti jurnalis Jose Luis Sanchez melaporkan bahwa Vinicius meminta maaf kepada seluruh rekan setim dan staf pelatih—namun dengan sengaja menghilangkan nama Alonso dari permintaannya.
Pernyataan Penutup dari Alonso
“Vinícius sudah meminta maaf dengan cara yang sangat baik. Kami bertemu hari Rabu, dia jujur dan berbicara dari hati. Bagi saya, masalahnya sudah selesai. Tidak ada dendam, tidak ada balasan. Semua fokus ke pertandingan besok. Kami semua berada di kapal yang sama dan mendayung ke arah yang sama.”
— Xabi Alonso, 31 Oktober 2025.
Analisis Mendalam: Akar Masalah yang Sebenarnya
Benturan Dua Era Sepak Bola
Vinicius Jr mewakili era sepak bola modern di mana bintang individu diberi panggung untuk bersinar, di mana skill, flair, dan kreativitas dihargai setinggi-tingginya. Alonso, sebaliknya, mewakili era baru di mana data, sistem, dan disiplin taktis adalah segalanya. Bagi Alonso, sepak bola adalah tentang mengontrol setiap aspek permainan, sebuah pendekatan yang sering kali membatasi kebebasan ekspresi individu.
Dukungan Penuh Klub kepada Alonso
Presiden Florentino Perez dan direktur olahraga memberikan mandat penuh kepada Alonso. Mereka memahami bahwa untuk mempertahankan dominasi di Eropa, sebuah revolusi diperlukan. Dukungan ini terlihat dari keputusan untuk tidak menghukum Vinicius secara terbuka, sambil secara diam-diam memberikan Alonso lampu hijau untuk mengambil keputusan tegas.
Masa Depan: Akankah Ada Titik Temu?
Skenario yang Mungkin Terjadi
- Rekonsiliasi Penuh: Vinicius menerima peran baru dalam sistem Alonso, mungkin dengan penyesuaian posisi atau ekspektasi taktis.
- Gencatan Senjata Sementara: Keduanya sepakat untuk tidak sepakat demi kepentingan tim, dengan Vinicius tetap menjadi pemain kunci namun dengan pengertian bahwa rotasi adalah hal yang normal.
- Perpisahan yang Tak Terelakkan: Jika ketegangan berlanjut, sangat mungkin Vinicius akan hengkang, dengan Paris Saint-Germain sudah mengantri sebagai tujuan potensial.
Kronologi Konflik Vinicius Jr vs Xabi Alonso
| Tanggal | Peristiwa Utama | Dampak & Signifikansi |
|---|---|---|
| Juni 2025 | Xabi Alonso resmi ditunjuk sebagai pelatih kepala baru. | Awal revolusi: perubahan filosofi taktis dan disiplin ketat diterapkan. |
| Juli 2025 | Vinicius hampir dicadangkan di semifinal Club World Cup vs PSG. | Tanda awal ketidaknyamanan Vinicius dengan rotasi Alonso. |
| Agustus 2025 | Negosiasi perpanjangan kontrak Vinicius mandek. | Ketegangan meningkat, masa depan pemain mulai dipertanyakan. |
| 26 Okt 2025 | Insiden El Clásico: Vinicius marah saat diganti dan meninggalkan lapangan. | Puncak konflik; hubungan menjadi tegang secara publik. |
| 27 Okt 2025 | Alonso downplay insiden di konferensi pers. | Upaya menstabilkan situasi dan fokus pada tim. |
| 29 Okt 2025 | Vinicius minta maaf ke tim, tapi tidak menyebut nama Alonso. | Isyarat bahwa ketegangan pribadi belum benar-benar terselesaikan. |
| 31 Okt 2025 | Alonso menyatakan masalah “sudah selesai”. | Upaya menutup krisis media dan mengalihkan fokus ke pertandingan. |
Proyeksi Real Madrid Pasca Konflik
Revolusi Alonso di Real Madrid masih dalam tahap infancy, dan konflik dengan Vinicius adalah ujian pertama yang sesungguhnya. Jika Alonso berhasil mengintegrasikan bakat murni Vinicius ke dalam sistemnya yang terstruktur, Real Madrid bisa menjadi mesin yang hampir tak terkalahkan. Namun, jika perpecahan ini berlanjut, klub bisa kehilangan salah satu aset terbesarnya. Pada akhirnya, ini adalah pertarungan antara seni dan sains, antara bintang dan sistem.
Langkah selanjutnya ada di tangan Vinicius dan Alonso. Apakah mereka akan menemukan bahasa yang sama, atau apakah ini awal dari sebuah perpisahan yang besar?
Ikuti terus perkembangan analisis mendalam ini hanya di Score.co.id.












