Adrien Rabiot Bersitegang dengan Petinggi Serie A
score.co.id – Gelombang kontroversi menerpa jantung sepak bola Italia. Sebuah konflik terbuka yang tajam dan personal meletus antara gelandang andalan AC Milan, Adrien Rabiot, dan CEO Serie A, Luigi De Siervo. Perang kata-kata di media ini bukan sekadar adu mulut biasa, melainkan sebuah benturan ideologis yang menyoroti luka lama dalam sepak bola modern: pertarungan antara ambisi komersial global dan batas fisik para pemainnya.
Anatomi Konflik: Adrien Rabiot Melawan Petinggi Serie A
Drama Tingkat Tinggi di Dunia Sepak Bola Italia
Dunia sepak bola Italia diguncang oleh perseteruan verbal yang mengubah narasi biasa menjadi sebuah drama tingkat tinggi. Konflik antara Adrien Rabiot dan Luigi De Siervo ini berpusat pada sebuah keputusan yang dianggap revolusioner oleh sebagian pihak dan gegabah oleh yang lain: rencana menggelar laga resmi Serie A antara AC Milan dan Como di Perth, Australia, pada Februari mendatang.

Fakta Penting: Rabiot Kini Berseragam AC Milan
Penting untuk meluruskan satu fakta krusial dari awal. Meski judul “Bintang Juventus” begitu melekat pada dirinya, Adrien Rabiot kini adalah pilar penting di AC Milan. Ia resmi bergabung dengan Rossoneri pada 1 September 2025, bereuni dengan pelatih Massimiliano Allegri. Koreksi ini bukan sekadar detail sepele, melainkan kunci untuk memahami dinamika karakternya yang tak pernah lepas dari kontroversi, termasuk periode singkatnya yang bergejolak di Olympique de Marseille.
Pemicu Ledakan: Perjalanan “Benar-Benar Gila” ke Australia
Alasan Kontroversial di Balik Laga di Australia
Katalisator dari semua ini adalah pengumuman resmi Lega Serie A. Alasan logistik yang dikemukakan adalah ketidaktersediaan Stadion San Siro, yang sedang dipersiapkan untuk Upacara Pembukaan Olimpiade Musim Dingin Milan-Cortina. Namun, bagi Rabiot, alasan ini tidak masuk akal.
Dalam wawancara blak-blakannya dengan Le Figaro, Rabiot melabeli ide tersebut sebagai hal yang “benar-benar gila” dan “sungguh absurd”. Ia dengan tegas menuding motif di baliknya adalah urusan finansial semata.
“Ini adalah kesepakatan ekonomi untuk memberikan visibilitas lebih bagi liga, hal-hal yang berada di luar jangkauan kami,” ujarnya.
Kritiknya menjangkau isu yang lebih luas, yaitu jadwal padat dan kesejahteraan pemain, dengan posisi pemain yang ia gambarkan hanya sebagai pion dalam permainan catur korporat.
Serangan Balik Sang Bos: Teguran “Hormati Uangmu”
Respons Keras dari CEO Serie A
Respons dari CEO Serie A, Luigi De Siervo, datang dengan nada yang keras dan personal. Alih-alih berdebat soal substansi kesejahteraan pemain, De Siervo memilih untuk menyerang balik dengan menyoroti gaji fantastis Rabiot.
De Siervo dilaporkan menyuruh Rabiot untuk “diam dan ‘main bola saja’”. Yang lebih menusuk, ia meminta pemain asal Prancis itu untuk “menghormati uang yang ia hasilkan”. Argumennya adalah bahwa pemain yang dibayar jutaan euro harus tunduk pada keinginan klub, yang dalam hal ini AC Milan, yang justru disebut De Siervo “mendorong” pertandingan di luar negeri tersebut.
Strategi Cerdik De Siervo
Strategi De Siervo cerdik. Dengan menyoroti kekayaan Rabiot, ia berusaha menjauhkan sang pemain dari simpati publik, menggambarkannya sebagai orang yang tidak tahu terima kasih. Lebih jauh, ia membingkai ulang keputusan ini sebagai langkah ambisius dan progresif, menyamakannya dengan ekspansi global NFL dan NBA. Perjalanan ke Australia, baginya, adalah “pengorbanan luar biasa” yang diperlukan untuk “memperkuat produk” Serie A.
Membaca Rabiot: Pola Sang Pembangkang Abadi
Karakter Vokal yang Konsisten
Untuk memahami sepenuhnya konflik ini, kita harus melihatnya sebagai babak terbaru dari sebuah pola yang telah lama melekat pada diri Adrien Rabiot. Karakternya yang vokal dan tak segan berkonflik bukanlah hal baru.
Riwayat Kontroversi Rabiot
Riwayat kontroversinya panjang dan berwarna. Sebelum ke Milan, masa bakti singkatnya di Olympique de Marseille pada 2024-2025 berakhir secara dramatis. Ia terlibat dalam perkelahian sengit dengan rekan setimnya, Jonathan Rowe, di ruang ganti yang berujung pada skorsing dan penempatannya di daftar transfer.
Jejak konfliknya bahkan bisa ditarik mundur ke era Paris Saint-Germain (2012-2019). Ia pernah:
- Didenda karena keterlambatan.
- Menolak bermain untuk tim utama.
- Diskors karena keluar malam setelah kekalahan.
- Menolak status cadangan untuk Piala Dunia 2018.
Media sering menggambarkannya dengan label “sikap buruk” dan “karakter sulit”.
Tabel Riwayat Kontroversi Adrien Rabiot
| Periode | Tim | Insiden | Konsekuensi |
|---|---|---|---|
| 2015 | Paris Saint-Germain | Perselisihan dengan Zlatan Ibrahimovic | Kritik Publik |
| 2018 | Paris Saint-Germain | Keterlambatan pertemuan tim | Denda Klub |
| 2018 | Timnas Prancis | Menolak jadi cadangan Piala Dunia | Kecaman Publik |
| 2019 | Paris Saint-Germain | Menolak bermain untuk tim utama | Diturunkan ke tim cadangan |
| 2019 | Paris Saint-Germain | Nongkrong di klub malam pasca-kalah | Diskors |
| 2025 | Olympique de Marseille | Perkelahian fisik dengan Jonathan Rowe | Diskors & Dijual |
Tabel ini dengan jelas menunjukkan sebuah pola. Tindakannya hari ini bukanlah sebuah kejutan, melainkan konsistensi dari seorang pemberani—atau pembangkang—yang tidak takut menyuarakan isi hatinya, terlepas dari konsekuensinya.
Dampak dan Proyeksi: Preseden untuk Masa Depan Sepak Bola
Ketegangan Inti Sepak Bola Modern
Perseteruan ini memiliki dampak yang jauh melampaui dua individu yang terlibat. Ia menjadi mikroskop yang melihat langsung ke dalam ketegangan inti sepak bola abad ke-21.
Di satu sisi, ada visi De Siervo tentang sepak bola sebagai “produk global” yang harus berekspansi tanpa henti. Di sisi lain, ada realitas yang diwakili Rabiot: tubuh pemain yang memiliki batas dan menuntut kesejahteraan. Fakta bahwa UEFA memberikan persetujuan—meski dengan enggan—untuk pertandingan ini dengan dalih “celah regulasi” justru membuka pintu yang lebih lebar. Apa yang dianggap “gila” hari ini berpotensi menjadi norma besok.
Model Masa Depan?
De Siervo sendiri telah melihat ini sebagai “model yang harus diikuti”. Konflik Rabiot vs De Siervo mungkin akan dikenang bukan sekadar sebagai pertengkaran, melainkan sebagai pertempuran publik pertama dalam babak baru ekspansi sepak bola global, sebuah preseden yang akan menguji sejauh mana batas etis dan fisik olahraga ini dapat direnggangkan.
Kesimpulan: Lebih dari Sekadar Perang Kata-Kata
Pada akhirnya, konflik antara Adrien Rabiot dan Luigi De Siervo adalah cermin dari industri yang sedang berusaha menemukan kembali jati dirinya. Ini adalah pertarungan antara jiwa olahraga dan tuntutan bisnis, antara manusia di lapangan hijau dan angka-angka di papan strategi korporat. Satu hal yang pasti, gema dari perdebatan ini akan terus bergaung, tidak hanya di koridor kekuasaan Serie A, tetapi juga di ruang ganti setiap klub top Eropa, mempertanyakan masa depan dari sepak bola yang kita cintai.
Jangan lewatkan perkembangan terbaru dari dunia sepak bola dan analisis mendalam lainnya hanya di Score.co.id.












