Rating Pemain MU vs Fulham
Score.co.id – Pertanyaan itu bergaung bak guntur di lorong-lorong Old Trafford, memanaskan diskusi para penggemar di media sosial setelah Manchester United menjalani dua laga epik melawan Fulham dengan akhir yang bagaikan langit dan bumi. Dalam waktu singkat, dua duel ini ibarat dua sisi mata uang dari tim yang sama: satu wajah penuh kegigihan pemenang, satu lagi penuh luka kerapuhan mental. Lantas, dari drama dua babak ini, siapa yang benar-benar berhak menyandang mahkota Man of the Match?
Musim Penuh Kontras: Duel Manchester United vs Fulham di Tahun 2025
Dua pertemuan Manchester United dan Fulham di awal 2025 bukan sekadar laga biasa di liga atau piala. Ini adalah drama dua babak yang menangkap esensi sebuah tim dalam transisi paling genting di bawah arahan Ruben Amorim. Pertandingan ini adalah cermin jiwa Setan Merah yang sedang mencari jati diri.

Dalam rentang kurang dari dua bulan, United mempertontonkan dua karakter yang bertolak belakang: semangat baja untuk mencuri kemenangan tandang di liga, dan kerapuhan dramatis saat tersingkir dari piala di kandang sendiri dengan cara yang mengiris hati. Babak pertama terjadi pada 26 Januari 2025 di Craven Cottage, kandang Fulham, di mana United membawa pulang tiga poin lewat kemenangan tipis 1-0. Namun, babak kedua pada 2 Maret 2025 di Old Trafford berakhir tragis: tersingkir dari putaran kelima Piala FA setelah bermain imbang 1-1 dan kalah 3-4 dalam adu penalti yang mendebarkan. Kontras ini berbicara banyak tentang tim yang masih meraba konsistensi dan identitas sejati.
Pencurian Berdarah Dingin di Craven Cottage
Kemenangan 1-0 di markas Fulham adalah lukisan sempurna dari seni menang tanpa perlu memukau. Laga pada 26 Januari itu digambarkan sebagai pertarungan taktis yang kaku, penuh kewaspadaan, dan peluang emas nyaris tak terlihat. Alih-alih memanjakan mata, pertandingan ini lebih mirip duel catur yang menegangkan. Momen penentu tiba di menit ke-78, ketika Lisandro Martínez, benteng kokoh di lini belakang, melepaskan tembakan spekulatif dari jarak jauh.
Bola membentur tubuh Sasa Lukic, berbelok dramatis, dan melambung tinggi mengelabui Bernd Leno. Gol itu lebih terasa seperti keajaiban keberuntungan ketimbang serangan terencana. Tapi kemenangan ini tak akan tercipta tanpa tembok pertahanan yang kokoh. Fulham menyerang habis-habisan setelah tertinggal, dan puncak ketegangan datang saat sundulan Joachim Andersen nyaris menyamakan skor. Namun, Toby Collyer, pemain muda pengganti, muncul sebagai pahlawan dengan penyelamatan heroik di garis gawang.
Berkat gol penentu dan ketangguhan defensifnya, Lisandro Martínez dinobatkan sebagai Man of the Match oleh suara penggemar. Kemenangan ini menandai langkah penting di era Amorim: kemampuan untuk “menang jelek” dengan organisasi, disiplin, dan mentalitas baja hingga peluit akhir.
Duka di Old Trafford dan Adu Penalti yang Memilukan
Jika kemenangan di London memamerkan sisi tangguh United, kekalahan di Piala FA justru membongkar rapuhnya mental tim. Laga putaran kelima Piala FA pada 2 Maret 2025 adalah rollercoaster emosi yang berakhir dengan air mata di Old Trafford. United tertinggal lebih dulu oleh gol Calvin Bassey menjelang turun minum, sebuah pukulan yang menyakitkan setelah babak pertama yang seimbang. Namun, seperti biasa, sang kapten Bruno Fernandes bangkit sebagai penyelamat. Gol penyama kedudukannya yang brilian menghidupkan kembali harapan, memaksa laga berlanjut ke perpanjangan waktu. Setelah 120 menit tanpa gol tambahan, adu penalti menjadi penentu nasib.
Di sinilah mental United runtuh. Victor Lindelof dan Joshua Zirkzee gagal menjalankan tugas sebagai eksekutor penalti, sementara Bernd Leno tampil bak dewa dengan dua penyelamatan gemilang. Semua eksekutor Fulham sempurna, menghantarkan United pada kekalahan yang tak hanya menyakitkan, tapi juga memalukan di kandang sendiri. Kekalahan ini bukan sekadar tersingkir dari turnamen, melainkan cermin dari masalah kepercayaan diri dan mental yang masih rapuh di bawah tekanan besar.
Perdebatan Sengit: Siapa Pemain Terbaik di Old Trafford?
Laga Piala FA memicu debat sengit tentang siapa yang paling berhak menyandang gelar Man of the Match. Dua pahlawan dari kubu berbeda muncul dengan klaim kuat. Di satu sisi, Bruno Fernandes menjadi favorit banyak media dan pengamat. Sang kapten adalah nyawa perjuangan United, mencetak gol penyeimbang yang krusial, mengatur serangan, dan berlari tanpa lelah selama 120 menit. Kepemimpinannya adalah nyala api di tengah badai.
Namun, Fulham menganugerahkan gelar Man of the Match kepada kiper mereka, Bernd Leno, sebuah keputusan yang tak terbantahkan. Leno adalah benteng tak tertembus, melakukan serangkaian penyelamatan penting, termasuk satu refleks luar biasa di perpanjangan waktu. Puncaknya, ia menggagalkan dua tendangan penalti, menjadi penentu kemenangan The Cottagers. Duel Fernandes vs Leno adalah cerminan sempurna dari laga ini: seorang kapten yang berjuang mati-matian, melawan kiper yang menjadi tembok tak tergoyahkan.
Membaca Performa Pemain Melalui Dua Lensa Berbeda
Rating pemain dari dua duel melawan Fulham menjadi peta yang jelas tentang kekuatan dan kelemahan Manchester United saat ini. Performa mereka ibarat dua sisi koin yang kontras.
- André Onana menunjukkan progres. Di liga, ia hanya mendapat rating 5/10 karena minim tantangan. Namun, di Piala FA, ratingnya melonjak ke 7/10 berkat penyelamatan-penyelamatan krusial, meski tak berdaya di adu penalti.
- Matthijs de Ligt adalah bintang yang sedang naik. Dari rating 5/10 di liga, ia bersinar di Piala FA dengan rating 8/10, menunjukkan dominasi di lini belakang.
- Harry Maguire konsisten dengan rating 6/10 di kedua laga. Penampilannya kokoh dan bisa diandalkan, menegaskan perannya di jantung pertahanan.
- Lisandro Martínez, pahlawan liga dengan rating 7/10 dan gelar Man of the Match, absen di Piala FA. Ketidakhadirannya terasa besar.
- Diogo Dalot juga stabil, meningkat dari 6/10 di liga menjadi 7/10 di piala, dengan assist untuk gol Fernandes menjadi sorotan.
- Bruno Fernandes, mesin serang United, naik dari 6/10 ke 7/10. Gol krusial dan kreativitasnya tak tergantikan.
- Joshua Zirkzee memperbaiki diri dari 5/10 di liga menjadi 7/10 di piala berkat permainan link-up yang apik, namun kegagalan penaltinya mencoreng performa.
- Rasmus Højlund menjadi sorotan negatif. Dari rating 4/10 di liga, ia anjlok ke 2/10 di piala, digambarkan sebagai “bayang-bayang tanpa ancaman” di lini depan.
Data ini mengungkap pola mengkhawatirkan: United punya pertahanan yang kian kokoh, tapi lumpuh oleh lini serang yang tumpul. Bek seperti de Ligt dan Martínez stabil, namun Højlund menjadi titik lemah. Beban kreativitas dan penyelesaian akhir jatuh sepenuhnya pada Fernandes, menjelaskan hasil kedua laga: pertahanan kuat cukup untuk mencuri kemenangan 1-0, tapi lini serang yang lemah gagal menyelamatkan tim di kandang sendiri.
Kesimpulan: Sebuah Tim dalam Tahap Pembentukan
Dua laga melawan Fulham adalah cermin “sakitnya pertumbuhan” bagi Manchester United di bawah Ruben Amorim. Mereka mampu disiplin dan pragmatis, namun masih rapuh di bawah tekanan dan kekurangan ketajaman di depan. Pilihan Man of the Match-Martínez untuk kemenangan taktikal, dan duel Fernandes vs Leno untuk drama penuh duka-mencerminkan dualitas ini. Jalan menuju kejayaan masih panjang, dengan konsistensi dan penyelesaian di lini depan sebagai pekerjaan rumah terbesar. Ikuti terus kabar terbaru dan analisis mendalam hanya di Score.co.id!












