Legenda Pemain Persebaya yang Tak Terlupakan oleh Bonek

Legenda Persebaya yang selalu dikenang Bonek, siapa saja?

legenda pemain persebaya
legenda pemain persebaya

Legenda Pemain Persebaya

score.co.id – Persebaya Surabaya bukan sekadar klub sepak bola. Ia adalah denyut nadi kebanggaan warga Surabaya dan Jawa Timur, di mana ikatan emosional antara pemain dan suporter Bonek mengalir bak darah dalam tubuh. Menjadi legenda di Bajul Ijo tak cukup hanya dengan trofi atau statistik gemilang. Seorang pahlawan hijau-hitam harus mewakili jiwa ngeyel, keberanian tanpa batas, dan loyalitas tak tergoyahkan-esensi dari DNA Green Force yang diwariskan turun-temurun. Mereka yang namanya kekal di hati Bonek adalah pejuang yang tak hanya menang di lapangan, tapi juga merajut rasa lewat dedikasi dan karakter tak terlupakan.

Legenda Persebaya yang selalu dikenang Bonek, siapa saja
Legenda Persebaya yang selalu dikenang Bonek, siapa saja

Pilar Pertahanan Era Keemasan: Tembok Kokoh Bajul Ijo

Sejarah Persebaya identik dengan lini belakang baja yang dipimpin komandan tangguh. Di antara mereka, Bejo Sugiantoro menjelma sebagai simbol ketangguhan sejati. Sebagai libero, ia bukan sekadar pengatur pertahanan, melainkan pemimpin yang menolak kompromi. Prinsipnya yang keras menentang “pemain titipan” dan dedikasinya membina pemain muda menjadi warisan abadi melebihi prestasinya. Kabar duka kepergiannya awal 2025 mengguncang dunia sepak bola nasional, membuktikan betapa dalam pengaruhnya. Momen pilu ketika putranya, Rachmat Irianto, mengantar ke peristirahatan terakhir, mengukir epik dinasti keluarga yang hidup untuk Green Force.

Bejo tak sendirian. Ia bagian dari kuartet legendaris yang membentuk benteng pertahanan:

  • Aji Santoso: Bek kiri revolusioner yang menggabungkan ketangguhan bertahan dengan serangan mematikan. Kepindahannya dari Arema ke Persebaya di era 90-an menjadi transfer paling menggemparkan saat itu.
  • Anang Ma’ruf: Bek kanan berdisiplin tinggi dengan kecepatan yang menjadi senjata andalan.
  • Riono Asnan: Bek tengah keras bak baja, momok bagi setiap penyerang lawan.
Baca Juga  Krisis Bek Tengah Timnas U-23 Indonesia, Hanya Empat Pemain dan Tanpa Bek Tengah Berkaki Kidal

Maestro Lini Tengah dan Duet Maut di Depan

Di balik pertahanan kokoh, kekuatan Persebaya bersumber dari kreator ulung di lini tengah. Uston Nawawi adalah arsitek serangan dengan visi bermain brilian dan penguasaan bola memukau. Kontribusinya vital saat membawa Persebaya juara Divisi Utama 2004, sekaligus mencetak rekor sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa klub.

Sebelum era Liga Indonesia, Perserikatan memiliki legenda sendiri: Mustaqim. Beraksi antara 1985-1988, striker tajam ini membentuk duet maut dengan Syamsul Arifin. Keduanya menjadi kunci gelar juara Perserikatan 1987/1988. “Mustaqim itu penyerang yang intuitif. Gerakannya sederhana tapi mematikan,” kenang saksi mata era itu.

Duet Samba Maut: Simbol Kejayaan Liga Indonesia 1996/1997

Era keemasan Persebaya di Liga Indonesia awal tak lepas dari dua legenda Brasil: Jacksen F. Tiago dan Carlos de Mello. Jacksen bukan hanya mesin gol (25 gol musim 1996/1997), tapi juga pelatih yang membawa Persebaya juara lagi pada 2004. Jarang pemain meraih gelar sebagai bintang lapangan dan pelatih untuk klub yang sama.

Carlos de Mello, sang “Si Bebek”, adalah otak serangan yang menantang logika. Postur gempal tak menghalanginya menjadi playmaker jenius dengan 16 assist musim itu. “Dia bukti bahwa kelas pemain tak diukur dari fisik,” ujar pengamat sepak bola nasional. Duet mereka adalah simbol sempurna perpaduan talenta asing dan jiwa lokal.

Warisan yang Terus Bernapas dalam Regenerasi

Kisah legenda Persebaya bukan kenangan usang. Warisan mereka hidup dalam siklus regenerasi yang unik: Para pahlawan era 1996/1997 dan 2004 kembali ke klub sebagai pelatih. Aji Santoso, Bejo Sugiantoro, dan Uston Nawawi bersatu membentuk tim kepelatihan yang mentransmisikan DNA Green Force ke generasi baru.

Baca Juga  Pemkot Jakbar bina 200 pengelola RPTRA rancang program inovatif

Uston Nawawi pernah berujar: “Pelatih Aji (Santoso) adalah guru saya. Filosofinya tentang semangat Bonek tak pernah berubah.” Hubungan mentor-penerima inilah yang menjaga jiwa klub tetap autentik. Mereka tak cuma mewariskan taktik, tapi juga nilai-nilai loyalitas, kebanggaan lokal, dan mental pejuang.

Di tangan para legenda inilah, Persebaya tak sekadar membangun tim, tapi merawat roh yang membuat Bonek selalu bergetar. Setiap generasi baru yang lahir adalah penghormatan pada sejarah yang ditulis oleh para pemain tak terlupakan itu.

Jadilah bagian dari cerita kebanggaan Green Force! Ikuti terus dinamika terkini hanya di score.co.id.