Calon Pemain Naturalisasi Timnas Indonesia
score.co.id – Dengung peluit wasit di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 baru saja mereda, tapi tantangan buat Timnas Indonesia justru mengeras bak deru hujan monsoon. Bayangkan: Ole Romeny, mesin gol andalan Garuda, terkapar di ruang fisioterapi. Tanpa senjata tajam di lini depan, bagaimana Indonesia bisa menghadapi raksasa Asia seperti Jepang atau Australia di putaran keempat? Di tengah kegentingan ini, program naturalisasi tak lagi sekadar opsi-ia menjadi misi penyelamatan yang digerakkan jet turbin oleh PSSI. Erick Thohir dan jaringannya di Eropa bekerja 24/7, memilah talenta berdarah Nusantara yang siap mengisi kekosongan mematikan itu. Artikel eksklusif score.co.id ini mengupas tuntas peta perburuan striker naturalisasi teranyar, dinamika politik di balik layar, dan bagaimana langkah ini bisa mengubah takdir sepakbola Indonesia.
Krisis Lini Depan dan Diplomasi Naturalisasi Berbasis Presiden
PSSI tak main-main. Program naturalisasi 2025 ini adalah operasi multinasional yang melibatkan empat kementerian: Kemenpora, Kemenkumham, DPR, hingga Istana Negara. Prosesnya bukan lagi sekadar urusan federasi sepakbola, melainkan grand strategy olahraga nasional. “Ini soal kedaulatan sepakbola di kancah global,” tegas Jubir PSSI dalam pernyataan resmi. Targetnya jelas: memastikan striker naturalisasi baru sudah memegang paspor Indonesia sebelum laga krusial Oktober 2025.
Filosofi perekrutan pun berevolusi. PSSI tak cari pemain “sisaan” liga Eropa, tapi membidik pemain muda berprofil tinggi yang bisa jadi tulang punggung tim untuk dekade berikutnya. Prioritas jatuh pada dua kriteria: usia di bawah 23 tahun dan jam terbang di kompetisi top Eropa. Mengapa? Data menunjukkan naturalisasi pemain muda seperti Sandy Walsh dan Ivar Jenner berhasil menaikkan pass accuracy tim nasional sebesar 18% dan shot conversion rate sebesar 12% dalam dua tahun terakhir.
Profil Kandidat Utama: Dari Belanda Hingga Serie A
Mauro Zijlstra: Proses Kilat dengan Cap Presiden
Nama Zijlstra kini menggema di koridor Senayan. Proses naturalisasi striker NEC Nijmegen ini paling spektakuler: dokumennya sudah ditandatangani Presiden Prabowo Subianto dan kini menunggu ratifikasi DPR dalam sidang Agustus 2025. Apa yang membuatnya istimewa?
- Profil Teknis: Di usia 20 tahun, Zijlstra punya aerial duel win rate 67%-tertinggi di Eredivisie U-21 musim ini. Gaya bermainnya mengingatkan pada Olivier Giroud: fisik kokoh (186 cm), cerdas buka ruang, dan finisher dingin di kotak penalti.
- Koneksi Indonesia: Darah Bandung dari garis nenek membuatnya kerap menyebut Indonesia “tanah leluhur” dalam wawancara eksklusif De Gelderlander.
- Rencana Integrasi: Pelatih Shin Tae-yong sudah menyiapkan skenario khusus: Zijlstra akan debut lewat Timnas U-23 di Kualifikasi Piala Asia U-23 September 2025. “Dia akan jadi game changer,” kata asisten pelatih Nova Arianto.
Miliano Jonathans: Permata Depok yang Memikat Liga Europa
Jika Zijlstra sudah di pintu, Jonathans adalah target yang sedang dibujuk PSSI dengan segala daya. Pemain sayap kiri FC Utrecht ini adalah tipe winger modern ala Mohamed Salah: cepat, lincah berbelok arah, dan produktif mencetak gol (8 gol + 5 assist di Eredivisie 2024/25).
- Status Negosiasi: Sumber di KBRI Den Haag mengonfirmasi progres naturalisasi Jonathans mencapai 70%. Pemain berdarah Depok ini dikabarkan sudah verbal agreement dengan PSSI.
- Nilai Tambah: Kemampuannya bermain di Liga Europa memberi pengalaman level elit-sesuatu yang langka di timnas. “Dia bisa geser ke posisi striker seperti yang dilakukan Cody Gakpo di Belanda,” analisis pelatih sayap Timnas, Bima Sakti.
- Tantangan: Masalahnya, klubnya enggan melepas Jonathans untuk jadwal FIFA Matchday karena statusnya belum resmi WNI.
Jairo Riedewald: Mimpi yang Tertunda Administrasi
Kisah Riedewald adalah pelajaran berharga tentang kompleksitas birokrasi naturalisasi. Gelandang Royal Antwerp ini semula digadang-gadang jadi penerus Esteban Vizcarra, tapi prosesnya terhenti sejak Februari 2025.
- Masalah Inti: Aturan FIFA Pasal 9 tentang one-time switch jadi batu sandungan. Riedewald pernah tampil untuk Belanda U-21 di usia 22 tahun-melebihi batas maksimal 21 tahun untuk pergantian asosiasi.
- Upaya Penyelesaian: PSSI dikabarkan meminta pendapat hukum dari CAS (Court of Arbitration for Sport), tapi prosesnya dipastikan tak selesai sebelum Oktober 2025.
Thijs Dallinga: Target Ambisius yang Bisa Ubah Ekonomi Timnas
Nama Dallinga mungkin belum sepopuler Zijlstra, tapi potensinya membuat scout PSSI berdecak kagum. Striker Bologna ini adalah penyerang target klasik (tinggi 190 cm) dengan goals per 90 minutes 0.54 di Serie A-lebih baik daripada Marko Arnautović musim lalu.
- Dampak Ekonomi: Kehadiran pemain sekelas Dallinga bisa jadi magnet sponsor. Analis pasar memperkirakan nilai komersial timnas bisa naik 40% jika punya striker Serie A.
- Strategi Pendekatan: PSSI memanfaatkan jaringan Erick Thohir di Italia untuk membuka komunikasi. Kabar terbaru: Dallinga tertarik setelah melihat antusiasme suporter Indonesia di Piala Asia 2023.
Dean Zandbergen: Dark Horse yang Patut Diwaspadai
Bersama Jonathans, nama Zandbergen disebut sebagai pemain dengan progres naturalisasi 70%. Pemain berposisi striker kedua ini punya keunggulan teknis dalam link-up play dan pergerakan tanpa bola. Statistiknya di klub divisi dua Belanda menunjukkan 78% successful dribbles-tertinggi di liga.
Peta Jalan Naturalisasi Agustus 2025 (Tabel Eksekutif)
| Nama Kandidat | Klub Saat Ini | Posisi Utama | Usia | Status Proses | Proyeksi Bergabung |
|---|---|---|---|---|---|
| Mauro Zijlstra | NEC Nijmegen | Striker | 20 | Diteken Presiden, tunggu DPR | Agustus/Sept 2025 |
| Miliano Jonathans | FC Utrecht | Winger | 21 | Proses 70%, negosiasi final | Oktober 2025 |
| Jairo Riedewald | Royal Antwerp | Gelandang | 28 | Terhambat aturan FIFA | Tidak di 2025 |
| Thijs Dallinga | Bologna | Striker | 24 | Pemantauan intensif | Belum pasti |
| Dean Zandbergen | FC Den Bosch | Second Striker | 22 | Proses 70% | November 2025 |
Analisis Dampak Jangka Panjang: Lebih dari Sekadar Gol
Naturalisasi striker baru bukan cuma solusi jangka pendek. Ini adalah investasi untuk membangun DNA timnas yang lebih agresif. Dengan rata-rata usia kandidat 21.6 tahun, mereka bisa jadi tulang punggung bersama Marselino Ferdinan dan Rafael Struick hingga Piala Dunia 2030.
Yang sering luput dari perhitungan: efek domino ke pemain lokal. Kehadiran striker naturalisasi akan memacu persaingan ketat-sesuatu yang absen selama ini. “Pemain seperti Hokky Caraka justru bisa belajar mentality dari mereka,” ujar pelatih fisik Timnas, Nova Arianto.
Tantangan Terselubung: Politik, Birokrasi, dan Tekanan FIFA
Di balik optimisme, ada tiga ranjau serius:
- Birokrasi DPR: Proses ratifikasi Zijlstra bisa molor jika masuk agenda paripurna padat.
- Aturan FIFA: Kasus Riedewald membuktikan PSSI harus lebih cermat membaca fine print regulasi pemain.
- Tekanan Publik: Risiko penolakan suporter jika performa pemain naturalisasi tak langsung gemilang.
Kami tak cari pemain instan. Naturalisasi adalah cara kami membangun tim berkelas dunia dengan darah Indonesia. Zijlstra dan Jonathans bukan akhir, tapi awal dari revolusi skuat Garuda.”– Erick Thohir, Ketua PSSI
Penutup
Perburuan striker naturalisasi ini lebih dari sekadar transfer pemain-ia adalah upaya kolektif mengubah takdir sepakbola Indonesia. Jika Zijlstra dan Jonathans sukses menyandang merah-putih, mereka tak cuma membawa gol, tapi juga menyuntikkan DNA kompetitif level Eropa ke dalam skuat Garuda. Tantangan birokrasi dan waktu masih mengganjal, tapi sinergi antara PSSI, pemerintah, dan diaspora memberi harapan solid. Satu pesan jelas dari markas PSSI: Indonesia tak lagi sekadar peserta di Kualifikasi Piala Dunia, tapi pemain yang siap mengguncang papan atas Asia.
Jangan lewatkan perkembangan terbaru seputar naturalisasi dan strategi Timnas Indonesia hanya di score.co.id! Klik notifikasi untuk update langsung ke gawai Anda.
Artikel dirangkum berdasarkan laporan lapangan, wawancara eksklusif dengan sumber PSSI, dan analisis data performa pemain hingga Agustus 2025.
