Pertemuan Juventus vs Inter Milan
score.co.id – Derby d’Italia bukan sekadar pertandingan sepak bola-ia adalah pertarungan jiwa yang menyatukan kebanggaan, sejarah, dan dendam turun-temurun. Sejak istilah ini dicetuskan Gianni Brera pada 1967, Juventus dan Inter Milan telah menciptakan epik kolosal yang melampaui batas geografis. Turin dan Milan, dua kutub peradaban Italia, bertarung melalui sepak bola: satu simbol kekuatan industri tradisional, satunya lagi ikon modernitas dan keuangan. Setiap duel adalah cermin dari benturan ideologi, skandal yang mengguncang parlemen, dan momen-momen yang mengubah takdir Scudetto. Di tengah atmosfer elektrik ini, statistik bukan angka mati-ia adalah saksi bisu dominasi, kegetiran, dan kebangkitan.
Analisis Head-to-Head Keseluruhan: Dominasi Historis Bianconeri
Hingga awal 2025, kedua tim telah bentrok dalam 253 pertandingan resmi-rentang waktu yang membentang dari era Giuseppe Meazza hingga Lautaro Martinez. Juventus memimpin telak dengan 113 kemenangan, sementara Inter meraih 78 kemenangan, dan 62 laga berakhir imbang. Angka ini bukan kebetulan. Dominasi Bianconeri terpateri melalui konsistensi brutal selama puluhan tahun, terutama di Serie A, di mana mereka memenangkan 36 gelar liga-rekor tertinggi di Italia.
Namun, statistik agregat menyembunyikan dinamika menarik. Sejak 2010, Inter perlahan menggerogoti hegemoni itu. Di bawah Antonio Conte (2020-2021) dan Simone Inzaghi (2021-sekarang), Nerazzurri memenangkan enam trofi domestik, termasuk dua gelar Serie A. Ini mencerminkan pergeseran kekuatan: Juventus tak lagi jadi predator tunggal.

Rincian Berdasarkan Kompetisi: Arena Pertarungan yang Berbeda
Serie A: Benteng Dominasi Juventus
Di liga, Juventus bagai raja tak terbantahkan. Dari 209 pertemuan:
- 93 kemenangan Juventus
- 65 kemenangan Inter
- 51 hasil imbang
Keunggulan ini paling telak di Allianz Stadium, markas Juventus. Sejak 2011, Inter hanya menang tiga kali di kandang sang rival. Taktik catenaccio ala Massimiliano Allegri (2014-2019) menjadi senjata pamungks-Inter seringkali terperangkap dalam permainan lambat yang menguntungkan Bianconeri.
Coppa Italia & Supercoppa: Nerazzurri Lebih Tajam di Tikungan
Di piala, narasi berbalik. Inter unggul 12-11 dalam kemenangan langsung di Coppa Italia, termasuk final dramatis 2022. Saat itu, Inter menang 4-2 setelah perpanjangan waktu-dua gol Hakan Çalhanoğlu jadi penentu. Di Supercoppa Italiana, Inter bahkan lebih perkasa: dua pertemuan, dua kemenangan, tanpa kebobolan.
Mengapa? Inter kerap tampil lebih agresif dalam format satu momen. Simone Inzaghi gemar memainkan skema 3-5-2 dengan tekanan tinggi, memanfaatkan kecepatan pemain sayap seperti Denzel Dumfries. Juventus, di sisi lain, cenderung bermain reaktif di piala-fokus pada transisi balik dan efisiensi.
Tabel Rekor Kompetisi (1929-2025)
| Kompetisi | Jumlah Laga | Juve Menang | Inter Menang | Imbang |
|---|---|---|---|---|
| Serie A | 209 | 93 | 65 | 51 |
| Coppa Italia | 35 | 11 | 12 | 8 |
| Supercoppa Italiana | 2 | 0 | 2 | 0 |
| Lainnya (Piala UEFA, dll) | 7 | 9 | 1 | 1 |
Tinjauan Pertemuan Terkini (2023-2025): Era Baru yang Lebih Seimbang
Musim 2023-2025 menandai babak baru: dominasi bergeser ke Milan. Inter meraih Scudetto 2023/2024 dengan 94 poin-rekor klub. Juventus? Finis di urutan keempat, tertinggal 22 poin.
Dua duel terakhir memperlihatkan transformasi ini:
- Oktober 2024: Inter dan Juventus bermain imbang 4-4 di San Siro. Lautaro Martinez mencetak hattrick, sementara Dusan Vlahović membalas dengan dua gol. Pertandingan ini disebut “La Battaglia delle Idee” (Pertarungan Gagasan)-Inzaghi vs Allegri, serangan vs pertahanan.
- Februari 2025: Juventus menang 1-0 lewat gol Federico Chiesa. Tapi kemenangan ini kontroversial-wasit membatalkan gol Inter di menit 89′ karena offside tipis.
Statistik Menarik:
- Dalam enam laga terakhir, rata-rata 4.2 gol per pertandingan.
- Inter unggul xG (Expected Goals) 11.8 vs 9.1 Juventus.
- Pemain kunci: Lautaro Martinez (5 gol dalam 5 laga), Nicolò Barella (3 assist).
Momen Ikonik dan Kontroversi yang Mendefinisikan Rivalitas
1961: Skandal Pengulangan dan Kemenangan 9-1
Pertandingan 1961 di Turin dihentikan karena penonton membanjiri lapangan. FIGC-dipimpin Umberto Agnelli (presiden Juventus)-memerintahkan ulang pertandingan. Inter memprotes dengan menurunkan tim cadangan. Hasilnya: Juventus menang 9-1. Omar Sivori mencetak enam gol-rekor tak terkalahkan hingga hari ini. Bagi Inter, ini simbol “kartel sepak bola Italia”.
1998: “La Grande Ruberia” (Pencurian Besar)
26 April 1998-hari yang masih diingat dengan geram oleh tifosi Inter. Ronaldo dijatuhkan Mark Iuliano di kotak penalti. Wasit Piero Ceccarini mengabaikannya. 15 detik kemudian, Alessandro Del Piero terjatuh di kotak Inter, dan penalti diberikan. Juventus menang 1-0, merebut Scudetto. Ronaldo menangis di lapangan-gambar itu jadi ikon ketidakadilan.
2006: Calciopoli dan Scudetto yang Direbut
Skandal Calciopoli mengguncang Italia. Juventus dicopot dua gelar Serie A dan degradasi ke Serie B. Gelar 2005/2006 diberikan ke Inter-yang finis ketiga. Juventus menjulukinya “Scudetto di Cartone” (Gelar Kardus). Massimo Moratti, presiden Inter, membalas: “Kebenaran akhirnya menang”. Perseteruan hukum berlanjut hingga 2023.
Para Protagonis Sejarah: Pencetak Gol Terbanyak
Tiga legenda berbagi mahkota pencetak gol terbanyak Derby d’Italia (12 gol):
- Giuseppe Meazza (Inter): Teknik dribbling magis dan kecerdasan membaca ruang. Namanya diabadikan sebagai stadion San Siro.
- Omar Sívori (Juventus): Pemenang Ballon d’Or 1961. Enam golnya di kemenangan 9-1 jadi warisan abadi.
- Roberto Boninsegna: Uniknya, ia mencetak gol untuk kedua klub-delapan untuk Inter, empat untuk Juventus.
Pemain Modern yang Menonjol:
- Lautaro Martinez (Inter): 7 gol dalam 12 pertemuan.
- Paul Pogba (Juventus): 3 gol + 4 assist-pemain tengah tersubur sejak 2010.
Penutup: Warisan Abadi yang Tak Pernah Padam
Rekor 113-78 mungkin berbicara tentang dominasi Juventus, tapi Derby d’Italia lebih dari angka. Ia adalah tentang gengsi yang tak ternilai, air mata Ronaldo, amarah Moratti, dan kebanggaan Agnelli. Di era 2025, persaingan ini memasuki fase paling seimbang dalam sejarah. Inter, dengan tim gesar Simone Inzaghi, tak lagi jadi “korban”. Juventus, di bawah Thiago Motta, membangun generasi baru. Satu yang pasti: setiap pertemuan akan tetap jadi “la guerra infinita”-perang abadi yang memikat dunia.
Jangan lewatkan analisis eksklusif derby-derby panas lainnya! Pantau terus update terbaru di score.co.id.












