Perbandingan gaji pemain timnas
score.co.id – Sepak bola Indonesia kembali menjadi sorotan, bukan karena prestasi gemilang, melainkan karena ketimpangan finansial yang mencolok antara pemain timnas putra dan putri. Data terbaru 2025 mengungkap kesenjangan yang tidak hanya soal nominal, tetapi juga mencerminkan ketidakadilan struktural dalam ekosistem sepak bola nasional. Bagaimana angka-angka ini terurai, dan apa dampaknya bagi masa depan sepak bola Indonesia?
Ekosistem Finansial Timnas Putra: Gaji Fantastis dan Bonus Miliaran
Pemain timnas putra menikmati sistem kompensasi yang sangat menguntungkan, didukung oleh liga profesional dan sponsor besar.

Gaji Klub: Angka yang Memukau
Pemain bintang seperti Calvin Verdonk dilaporkan menerima gaji tahunan sekitar Rp 10,8 miliar, sementara Marc Klok dan Rizky Ridho masing-masing memperkirakan Rp 6,1 miliar dan Rp 5,65 miliar. Gaji ini belum termasuk bonus performa dan endorsement yang bisa menambah pendapatan mereka secara signifikan.
Uang Saku Timnas: Tambahan Menggiurkan
Saat dipanggil ke timnas, pemain senior menerima uang saku bulanan antara Rp 50 juta hingga Rp 100 juta. Angka ini jauh lebih tinggi daripada gaji tahunan rata-rata pemain putri.
Bonus Prestasi: Hadiah Besar untuk Pencapaian
Meski hanya menjadi runner-up Piala AFF U-23 2025, setiap pemain mendapat bonus Rp 100 juta. Bandingkan dengan medali emas SEA Games 2023 yang dihargai Rp 250 juta per pemain.
Realitas Pahit Timnas Putri: Dibayar di Bawah UMR
Sementara pemain putra hidup dalam kemewahan, pemain putri berjuang dengan kompensasi yang bahkan tidak memenuhi standar hidup layak.
Gaji Klub: Tak Sampai Setengah UMR
Liga 1 Putri masih jauh dari kata profesional. Gaji pemain berkisar Rp 1,5 juta hingga Rp 5 juta per bulan-lebih rendah dari UMR Jakarta (Rp 5 juta+). Beberapa pemain bahkan tidak memiliki kontrak tetap dan dibayar per pertandingan.
Bonus Prestasi: Dibagi untuk Seluruh Tim
Timnas Putri U-18 yang menang dua pertandingan di Piala AFF 2022 hanya menerima bonus total Rp 150 juta-harus dibagi ke seluruh tim. Jumlah ini tak sebanding dengan bonus Rp 100 juta per pemain yang diterima timnas putra U-23 meski hanya jadi runner-up.
Estimasi Kompensasi 2025: Perbandingan yang Menyedihkan
| Kategori Kompensasi | Timnas Putra (Bintang) | Timnas Putri (Rata-rata) |
|---|---|---|
| Gaji Klub (per tahun) | Rp 4 Miliar – Rp 11 Miliar+ | Rp 18 Juta – Rp 60 Juta |
| Uang Saku Timnas (per bulan) | Rp 50 Juta – Rp 100 Juta | Tidak tersedia/tidak signifikan |
| Bonus Prestasi | Rp 100 juta/pemain (AFF U-23) | Rp 150 juta/tim (AFF U-18) |
Akar Masalah: Siklus Negatif Tanpa Intervensi
Ketimpangan ini terjadi karena minimnya investasi di sepak bola putri. Klub enggan berinvestasi karena dianggap tidak menguntungkan, sementara kualitas liga yang stagnan membuat sponsor menjauh. Padahal, kesuksesan sepak bola putra juga dibangun melalui investasi puluhan tahun.
Rekomendasi untuk PSSI
- Subsidi Gaji Minimum – PSSI harus memastikan pemain putri menerima gaji layak, bahkan jika harus disubsidi sementara.
- Kontrak Profesional Wajib – Liga Putri perlu mewajibkan kontrak resmi dengan asuransi dan jaminan gaji.
- Pemasaran Agresif – Bangun narasi heroik Timnas Putri untuk menarik sponsor dan media.
Penutup: Perlunya Kesetaraan untuk Kemajuan Sepak Bola Nasional
Tanpa intervensi serius, kesenjangan ini akan terus memperlebar jarak antara sepak bola putra dan putri. Padahal, potensi pemain putri Indonesia tidak kalah besar. Sudah saatnya PSSI mengambil langkah nyata untuk menciptakan ekosistem yang adil dan berkelanjutan.
Ikuti terus perkembangan sepak bola Indonesia hanya di score.co.id!












