Lemari Trofi Tottenham
score.co.id – Musim 2024/2025 akan dikenang sebagai babak paling paradoks dalam sejarah Tottenham Hotspur. Klub asal London Utara ini meraih puncak kejayaan di Eropa dengan mengangkat trofi Liga Europa, sementara secara bersamaan terpuruk di jurang degradasi Premier League. Bagaimana tim berjuluk “The Lilywhites” bisa menjadi juara kontinental sekaligus juru kunci domestik? Simak analisis eksklusif dari score.co.id.
Sejarah Kejayaan: Fondasi Legenda Spurs
Tottenham Hotspur bukan sekadar klub penghibur. Meski kerap dikaitkan dengan stigma “puasa gelar”, gudang trofi mereka menyimpan warisan prestasi gemilang. Dua gelar Liga Inggris (1950/51 dan 1960/61) menjadi mahkota tertinggi, terutama saat Bill Nicholson membawa “Double” musim 1960/61-prestasi langka sebagai juara Liga dan Piala FA secara bersamaan.

Di kancah Eropa, Spurs adalah pelopor. Mereka klub Inggris pertama yang menjuarai Piala Winners UEFA (1963), sekaligus perintis kemenangan di Piala UEFA (kini Liga Europa) pada 1972. Delapan Piala FA dan empat Piala Liga melengkapi koleksi 18 trofi mayor mereka.
Daftar Lengkap Trofi Utama (Per 2025):
- Liga Inggris (First Division): 2 (1950/51, 1960/61)
- Piala FA: 8 (1901, 1921, 1961, 1962, 1967, 1981, 1982, 1991)
- Piala Liga: 4 (1971, 1973, 1999, 2008)
- Piala Winners UEFA: 1 (1963)
- Piala UEFA/Liga Europa: 3 (1972, 1984, 2025)
Final Bilbao: Akhir Penantian 17 Tahun
21 Mei 2025 menjadi tanggal sakral bagi para pendukung Spurs. Di Stadion San Mamés, Bilbao, Tottenham mengalahkan Manchester United 1-0 lewat gol kontroversial Brennan Johnson menit ke-42. Umpan silang Pape Matar Sarr membentur Luke Shaw sebelum masuk ke gawang, mengakhiri puasa gelar mayor sejak 2008.
Kemenangan ini bukan sekadar angka. Ia adalah penebusan sejarah:
- Trofi Eropa pertama Spurs dalam 41 tahun.
- Tiket otomatis ke Liga Champions 2025/2026.
- Johnson tercatat sebagai pemain Wales pertama pencetak gol di final Liga Europa sejak 2010.
Momen ini juga mengukuhkan reputasi Ange Postecoglou sebagai “juruselamat musim kedua”. Filosofi “Angeball” yang agresif terbukti efektif di turnamen knockout.
Dua Wajah Spurs: Raja Eropa vs Juru Kunci Liga
Euforia Bilbao kontras dengan realitas mengerikan di Premier League. Spurs finis di peringkat 17-terendah dalam 48 tahun-hanya selisih 14 poin dari zona degradasi. Statistik buruk ini menjadikan mereka tim berperingkat liga terburuk sepanjang sejarah yang menjuarai kompetisi Eropa.
Bukti Kerapuhan Domestik:
- Kalah telak 1-5 dan 3-6 dari Liverpool (juara liga).
- Takluk dari tim degradasi seperti Ipswich Town dan Leicester City.
- Hanya mengumpulkan 38 poin-rata-rata 1 poin per pertandingan.
Tragedi Angeball: Taktik Brilian sekaligus Bumerang
Filosofi Ange Postecoglou jadi akar kontradiksi musim ini. “Angeball” mengandalkan:
- Pertahanan tinggi hingga garis tengah.
- Full-back menyempit ke area sentral.
- Pressing gila-gilaan tanpa kompromi.
Taktik ini sukses di Eropa karena lawan tak punya waktu menganalisis. Tapi di liga yang lebih taktis dan fisik, kelemahannya terekspos:
- Rentan serangan balik: Ruang kosong di belakang jadi santapan pemain cepat seperti Mohamed Salah.
- Ketergantungan pemain kunci: Cedera Van de Ven dan Maddison meruntuhkan seluruh sistem.
- Tak ada Plan B: Spurs tak punya opsi bertahan atau kontra-serang.
Pemecatan Ange: Harga Sebuah Trofi
Pada 6 Juni 2025-hanya 16 hari setelah mencium trofi Liga Europa-Ange Postecoglou dipecat. Keputusan brutal ini didorong logika bisnis:
- Finis ke-17 membawa risiko kerugian £300 juta bila terdegradasi.
- Togel Liga Champions dari trofi Eropa (£100 juta) tak sebanding dengan ancaman itu.
- Manajemen tak percaya Ange bisa memperbaiki stabilitas liga.
Warisan Postecoglou tetap abadi: ia mengakhiri puasa gelar 17 tahun dan menghadirkan kebahagiaan. Tapi ia juga meninggalkan paradoks tak terpecahkan: bagaimana tim bisa begitu hebat di Eropa, namun begitu rapuh di rumah sendiri?
Refleksi Akhir: Trofi vs Stabilitas
Kisah Tottenham 2024/2025 menjadi cermin sepakbola modern: prestise trofi tak lagi cukup. Liga Champions memberi pendapatan besar, tapi stabilitas di liga domestik adalah fondasi eksistensi. Keputusan memecat Ange-meski kejam-menegaskan bahwa di era finansial seperti sekarang, bertahan di papan atas lebih krusial daripada pesta sesaat di Eropa.
Bagi Spurs, musim depan adalah ujian karakter. Mampukah mereka merajut kembali identitas yang tercabik antara ambisi Eropa dan realitas liga? Ikuti perkembangan terbarunya hanya di score.co.id -sumber berita sepakbola paling tepercaya












