SCORE.CO.ID – Saat sang raja terluka, Ole Romeny striker ganas berusia 25 tahun mengalami cedera cukup parah sejak laga melawan Arema, Kamis (10/7/2025) pekan lalu. PSSI dikabarkan siap mencari pengganti untuk mengisi kekosongan lini depan Timnas.
Di tengah persiapan Timnas Indonesia menyongsong babak krusial Kualifikasi Piala Dunia 2026, sebuah kerisauan menyelimuti skuad.
Sang ujung tombak utama, Ole Romeny, harus menepi. Meja operasi menjadi saksi bisu cederanya, dan bayang-bayang absennya di laga-laga penentuan pada Oktober mendatang terasa begitu nyata.
Sebuah kekosongan di lini depan. Sebuah takhta yang mendadak ditinggal rajanya.
Namun, di saat yang bersamaan, dari panggung yang berbeda, seberkas cahaya terang muncul. Seorang pangeran muda dari tim U-23, Jens Raven, menggelegar.
Enam gol yang ia sarangkan ke gawang Brunei Darussalam di ajang Piala AFF U-23 seolah menjadi sebuah pesan: “Aku di sini, aku siap.”
Sontak, suara-suara dari para pendukung Garuda pun bergemuruh. Mereka telah menemukan jawaban.
Banyak yang ingin Jens Raven menjadi pengganti Ole Romeny: “Promosikan Jens Raven!”, menjadi seruan yang ramai di media sosial. Sebuah harapan baru telah lahir dari sebuah krisis.
Menanggapi gelombang harapan publik ini, Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, angkat bicara pada Kamis (17/7/2025).
Ia tidak menepis kemungkinan itu. Pintu untuk Jens Raven memang terbuka. Namun, Erick dengan tegas mengingatkan bahwa keputusan sebesar ini tidak lahir dari desakan publik atau keputusan satu orang, bahkan bukan oleh dirinya.
“Nanti itu urusannya tim kepelatihan,” ujar Erick Thohir.
Satu kalimat itu adalah penegasannya. Bahwa era “suka-suka” telah berakhir. Kini, PSSI memiliki sebuah mesin profesional yang bekerja dengan terstruktur.
Erick Thohir, kemudian membeberkan cetak biru dari mesin tersebut, sebuah dewan para ahli yang akan menentukan takdir para pemain.
“Kan itu yang saya bilang strata kepelatihan sudah terjadi,” lanjut Erick.
Ia mulai memetakan para arsiteknya. Ada Patrick Kluivert sebagai panglima tertinggi di tim senior. Di bawahnya, ada Gerald Vanenburg yang memoles para talenta U-23 seperti Jens Raven.
Ada Frank van Kempen di U-20 dan Nova Arianto yang menempa para bibit muda di U-17. Di luar lapangan, ada mata elang seorang Simon Tahamata yang bertugas mencari bakat, dan di atas itu semua, ada visi dari seorang penasihat teknis sekaliber Jordi Cruyff.
“Ya mereka akan melihat seperti apa daripada talent pool yang ada,” tutupnya.
Pernyataan Erick Thohir adalah sebuah jaminan. Bahwa nasib Jens Raven tidak akan ditentukan oleh satu laga fenomenal saja. Performanya yang gemilang itu kini telah masuk ke dalam radar.
Namanya akan dibahas di dalam sebuah ruangan oleh para ahli. Mereka akan menimbang, menganalisis, dan melihat apakah sang pangeran muda ini sudah benar-benar siap untuk memakai jubah sang raja yang sedang terluka.
Jens Raven telah melakukan tugasnya: mengetuk pintu tim senior dengan sangat keras. Kini, biarkan sistem yang bekerja. Biarkan para ahli yang memutuskan, apapun hasilnya nanti.












