Persib Vs Persija Piala Jusuf 1976
score.co.id – Pernahkah Anda membayangkan satu pertandingan yang mengubah sejarah rivalitas sepakbola Indonesia selamanya? Final Piala Jusuf 1976 antara Persib Bandung dan Persija Jakarta bukan sekadar laga biasa-melainkan petaka yang menciptakan luka abadi. Di Stadion Mattoanging, Makassar, dua raksasa Perserikatan bertarung bukan hanya untuk trofi, tapi untuk harga diri. Bagaimana satu keputusan wasit memicu mogok main, skor fiktif 7-0, dan warisan permusuhan yang bertahan hampir lima dekade? Simak investigasi eksklusif
Latar Belakang: Panggung Perang Dua Ibu Kota
Era 1970-an adalah masa keemasan turnamen lokal, dan Piala Jusuf menjadi mahkota bergengsi yang diincar klub-klub elite. Makassar sebagai tuan rumah menyaksikan pertarungan sengit Persib (juara Grup B) melawan Persija (pemuncak Grup A). Keduanya melenggang ke final lewat jalan berliku: Persija menumbangkan Persipal Palu, sementara Persib mengandaskan PSMS Medan di semifinal.

Skuad Legendaris dan Tensi Politik
Persib menghadirkan trio maut: Risnandar Soendoro (kapten visioner), Encas Tonif (gelandang bertalenta), dan Max Timisela (striker maut). Di seberang, Persija membariskan Anjas Anjasmara (playmaker cerdik), Iswadi Idris (bek andal), serta kiper fenomenal Dede Sulaeman. Pertemuan ini bukan hanya duel atletik, tapi juga simbol ketegangan Jawa-Bandung yang merambah ke lapangan hijau.
Drama 90 Menit: Wasit, Protes, dan Walkout
Pertandingan digelar 10 Februari 1976 di bawah pengawasan wasit kontroversial, Tumbo Saranani. Sejak menit pertama, atmosfer sudah seperti bom waktu.
Gol Pertama: Bunga Api Kontroversi
Di menit ke-39, Cecep membobol gawang Persija setelah menerima umpan terobosan. Kubu Macan Kemayoran langsung berang-mereka yakin posisi Cecep offside. Wasit Saranani menolak protes, memicu cemoohan dari ofisial Persija. Suhu pertandingan pun naik drastis.
Puncak Ledakan: Walkout Sejarah
Menit ke-50, bencana terjadi. Atik menggandakan keunggulan Persib lewat tendangan sudut. Lagi-lagi, pemain Persija mengangkat tangan menunjuk offside. Kali ini, pelatih Soetjipto Soentoro tak bisa menahan diri. Dengan muka merah padam, ia memberi isyarat: “Keluar! Semua!”. Pemain Persija serentak meninggalkan lapangan-mogok main pertama dalam sejarah klasik Indonesia.
Dampak Skandal: Skor Palsu dan Warisan Pahit
Keputusan panitia turnamen mengejutkan publik. Persib dianugerahi kemenangan 7-0-bukan karena mencetak tujuh gol, tapi sebagai hukuman atas walkout Persija.
Fakta di Balik Angka 7-0
Klarifikasi krusial: Skor akhir bukan mencerminkan permainan. Saat walkout, kedudukan nyata 2-0 untuk Persib. Aturan turnamen menetapkan WO otomatis dihukum 0-7. Narasi “Persib membantai Persija” adalah mitos-realitasnya adalah kemenangan administratif akibat aksi protes.
Trilogi Dendam Piala Jusuf
Insiden 1976 membuka babak baru rivalitas:
- 1977: Persija balas dendam dengan juara setelah mengalahkan Persib 1-0 di final.
- 1978: Kedua tim bentrok lagi di partai puncak, dengan Persib menang tipis 2-1.Trilogi ini menjadi episentrum kebencian yang diwariskan antargenerasi suporter.
Analisis: Mengapa Final 1976 Tak Terlupakan?
Kesalahan Wasit atau Mentalitas Tim?
Data menunjukkan Tumbo Saranani adalah wasit berpengalaman, tapi keputusannya di final dinilai inkonsisten. Namun, ahli sejarah sepakbola Indonesia, Aswin Sihasale, berpendapat: “Walkout adalah blunder strategis. Persija kehilangan moral high ground-alih-alih memperjuangkan keadilan, mereka justru dicap pecundang.”
Dampak Sosio-Kultural
Peristiwa ini memperdalam jurang antara suporter kedua klub. Di Bandung, 10 Februari diperingati sebagai “Hari Kemenangan Kontroversial”. Di Jakarta, tanggal itu dijuluki “Hari Pengkhianatan Wasit”. Budaya lokal pun terpengaruh-lirik lagu provokatif dan grafiti saling hina marak di kedua kota.
Proyeksi: Pelajaran untuk Sepakbola Modern
Regulasi vs Emosi
Final 1976 mengajarkan betapa emosi bisa meruntuhkan segalanya. Jika insiden serupa terjadi hari ini, konsekuensinya lebih berat:
- Sanksi FIFA: Pemain bisa diskor 3-12 bulan.
- Denda hingga Rp 1 Miliar (berdasarkan regulasi PSSI 2025).
Rekonsiliasi yang Tertunda
Upaya damai seperti “Derby Damai” 2023 gagal menghapus trauma 1976. Pakar psikologi olahraga, Dr. Antonius Firman, menyatakan: “Luka kolektif ini butuh gesture heroik-misalnya permintaan maaf resmi dari pihak yang terlibat saat itu.”
Penutup: Lebih dari Sekadar Angka 7-0
Final Piala Jusuf 1976 bukan ceria tentang skor, tapi tentang harga diri yang dikorbankan. Ia mengubah Persib vs Persija dari sekadar rivalitas sportif menjadi perang simbolis yang abadi. Meski trofi diraih Persib, tak ada pemenang sejati di Mattoanging hari itu-kecuali api permusuhan yang terus menyala.
Kami tak kalah 7-0. Kami kalah karena tak mau dipermainkan wasit.”*- Wawancara eksklusif dengan Andi Lala (mantan kapten Persija, 2024)
Jelajahi lebih dalam sejarah sepakbola Indonesia hanya di score.co.id!












