Berapa kali Dortmund masuk Final UCL
score.co.id – Borussia Dortmund bukan sekadar penghias papan atas Bundesliga. Mereka adalah institusi sepak bola yang berulang kali menantang raksasa Eropa di pentas tertinggi. Tiga kali Die Schwarzgelben menapaki final Liga Champions, menorehkan kisah heroik, tragedi, dan karakter tak tergantikan. Inilah perjalanan epik mereka, lengkap dengan fakta-fakta yang mengukir legenda.
Sejarah Borussia Dortmund di Final Liga Champions: Tiga Final, Satu Mahkota
Babak final Liga Champions bagi Borussia Dortmund adalah trilogi emosional: satu kemenangan abadi yang membahagiakan Ruhr, diikuti dua kekalahan pahit yang mengajarkan arti ketangguhan. Klub berjuluk Die Schwarzgelben (Si Kuning-Hitam) ini membuktikan bahwa konsistensi di level elite bukan monopoli raksasa beranggaran tak terbatas. Setiap penampilan final mereka membawa narasi unik, mulai dari kejutan taktis melawan Juventus (1997), duel sengit melawan Bayern Munich (2013), hingga pertarungan gigih melawan Real Madrid (2024). Warisan Eropa mereka bahkan dimulai lebih awal, lewat kemenangan perintis di Piala Winners UEFA 1966 atas Liverpool – menjadikan Dortmund klub Jerman pertama juara kompetisi Eropa, mengalahkan rival sekota Schalke 04 dan mendahului dominasi Bayern.

Keajaiban Munich (1997): Penobatan Sang Kuda Hitam
Underdog dengan Senjata Taktik Brilian
Olympiastadion Munich, 28 Mei 1997, menjadi saksi kejayaan tak terduga. Dortmund, dipandu otak taktis Ottmar Hitzfeld, menghadapi Juventus sang juara bertahan yang dihiasi bintang seperti Zinedine Zidane, Alessandro Del Piero, dan Didier Deschamps. Status underdog tak menyurutkan ambisi. Kunci kemenangan terletak pada instruksi spesifik Hitzfeld: Paul Lambert diberi tugas khusus membayangi Zidane. Misi itu dijalankan sempurna oleh gelandang asal Skotlandia itu, mematikan denyut kreativitas jantung permainan Bianconeri.
Momen Legendaris 16 Detik
Dortmund unggul cepat lewat dua gol Karl-Heinz Riedle di babak pertama. Juventus bangkit lewat gol Del Piero, mengancam momentum. Saat tensi memuncak, Hitzfeld melakukan substitusi jenius: memasukkan Lars Ricken. Pemuda 20 tahun itu hanya menyentuh bola sekali, dan hanya 16 detik setelah masuk! Dari jarak 25 yard, Ricken melepaskan lob spektakuler yang melambung elegan melewati kiper Angelo Peruzzi. Gol itu, tercipta pada menit ke-71, menjadi salah satu substitute goal tercepat dalam sejarah final dan paku penghias peti mati Juventus (3-1). Kemenangan ini disempurnakan dengan gelar Piala Interkontinental tahun itu, mengukuhkan Dortmund sebagai juara dunia.
Fakta Tak Terduga: Trofi UCL 1997 adalah yang pertama (dan satu-satunya hingga kini) diraih klub Jerman selain Bayern Munich sejak kompetisi berganti format. Kemenangan di kandang rival (Munich) menambah rasa manisnya.
Patah Hati di Wembley (2013): Perang Saudara Jerman
Gegenpressing Memukau, Real Madrid Ditumbangkan
Enam belas tahun penantian berakhir di Wembley, 25 Mei 2013. Dortmund kembali ke final, tetapi atmosfernya berbeda. Kali ini, mereka berhadapan dengan Bayern Munich, rival sekaligus tetangga, dalam final pertama sepanjang sejarah yang mempertemukan dua tim Jerman. Jürgen Klopp, sang pelatih karismatik, telah membangun mesin perang berlandaskan gegenpressing – gaya pressing intensif pascakehilangan bola yang memukau Eropa. Kejayaan mereka di semifinal menjadi bukti: Mereka menghancurkan Real Madrid 4-1 di kandang sendiri (Signal Iduna Park), dengan hattrick Robert Lewandowski yang fenomenal.
Drama Akhir dan Air Mata Klopp
Final berlangsung sengit dan seimbang. Mario Mandžukić (Bayern) membuka skor, diimbangi İlkay Gündoğan lewat penalti untuk Dortmund. Permainan berayun liar. Peluang emas tercipta bagi kedua tim. Namun, di menit ke-89, Arjen Robben melepaskan diri dari hadangan Mats Hummels dan Neven Subotić sebelum menaklukkan Roman Weidenfeller. Gol itu memastikan kemenangan 2-1 Bayern. Kekalahan terasa pedih karena terjadi di puncak era keemasan Klopp. Gambarannya menangis sambil memeluk anak didiknya, Mario Götze (yang akan hengkang ke Bayern musim panas itu), menjadi ikon kesedihan sekaligus kebanggaan atas perlawanan sengit yang ditunjukkan.
Fakta Pahit: Dortmund menjadi tim pertama dalam sejarah UCL yang kalah di final meski berhasil mengalahkan kedua finalis musim sebelumnya (Real Madrid dan Bayern) di babak knockout.
Perlawanan Gagah Berani di London (2024): Begitu Dekat, Namun Begitu Jauh
Dominasi Tak Berbuah di Babak Pertama
Wembley, 1 Juni 2024, menyimpan harapan baru. Di bawah Edin Terzić, Dortmund tampil dengan keberanian luar biasa melawan Real Madrid, raja berkelas 15 trofi UCL. Strateginya jelas: tekan tinggi, rebut bola, dan manfaatkan kecepatan sayap. Hasilnya? Babak pertama adalah masterclass pressing Dortmund. Mereka menciptakan 4 peluang kelas-A: sundulan Niclas Füllkrug menghantam tiang, lalu satu lawan satu Karim Adeyemi gagal dikonversi, diikuti tembakan Marcel Sabitzer yang nyaris dan umpan silang Julian Brandt yang melayang di depan gawang kosong. Sayang, semua gagal menjadi gol.
Efisiensi Madrid dan Luka Baru
Real Madrid, dengan DNA juara yang melegenda, bertahan dari badan pertama. Di babak kedua, mereka menunjukkan efisiensi mematikan. Dani Carvajal membuka skor lewat sundulan corner (74′), dan Vinícius Júnior mengunci kemenangan 2-0 tujuh menit kemudian. Kekalahan ini mengukuhkan pola naratif pahit Dortmund di final modern: Dua kali tampil, dua kali takluk pada dinasti terhebat abad ke-21 (Bayern & Madrid). Meski tanpa trofi, performa Marcel Sabitzer, Ian Maatsen, dan kiper Gregor Kobel patut diacungi jempol.
Fakta Statistik Mencengangkan: Dortmund adalah tim pertama sejak AC Milan (1995) yang gagal mencetak gol dalam dua penampilan final UCL berbeda. XG (Expected Goals) mereka di final 2024 (2.14) jauh lebih tinggi dari Real Madrid (1.09), namun Madrid menang 2-0 – bukti nyata “keajaiban” penyelesaian akhir Los Blancos.
Tabel Perjalanan Final UCL Borussia Dortmund
| Tahun | Tempat | Lawan | Skor Akhir | Hasil | Fakta/Naratif Kunci |
|---|---|---|---|---|---|
| 1997 | Olympiastadion, Munich | Juventus | 3-1 | Menang | Kuda hitam juara; Gol 16 detik Lars Ricken. |
| 2013 | Wembley Stadium, London | Bayern Munich | 1-2 | Kalah | Final Jerman pertama; Puncak era Klopp. |
| 2024 | Wembley Stadium, London | Real Madrid | 0-2 | Kalah | Dominasi babak 1 gagal cetak gol; Kekalahan efisien Madrid. |
Warisan Abadi: Jiwa Pemberontak yang Tak Pernah Padam
Tiga final UCL Dortmund bukan sekadar angka. Mereka mewakili identitas klub: pemberontak yang tak gentar melawan raksasa. Dari kemenangan taktis Hitzfeld melawan Juventus, kegigihan emosional Klopp melawan Bayern, hingga keberanian Terzić menghadapi Madrid – semangat itu tetap sama. Meski hanya satu trofi yang terwujud, warisan mereka lebih dalam: Dortmund konsisten menjadi penghasil bintang dunia (Dembélé, Sancho, Bellingham, Haaland) yang tetap bersaing di puncak Eropa meski dijual. Mereka membuktikan bahwa dengan strategi rekrutmen brilian, pembinaan pemain muda, dan taktik ofensif berani, klub “non-superkaya” bisa menggetarkan istana raja-raja Eropa.
Kekalahan di Wembley 2024 bukan akhir.
Dengan basis pemain muda berbakat seperti Youssoufa Moukoko, Jamie Bynoe-Gittens, dan talenta akademi, serta kebijakan transfer yang cerdik, Dortmund telah menata fondasi untuk babak baru. Siapa sangka? Mimpi untuk kembali ke puncak Eropa dan mengubah perak menjadi emas mungkin sekali lagi menjadi kenyataan. Jiwa Die Schwarzgelben yang pemberani dan tak kenal menyerah adalah jaminannya.
Jangan lewatkan analisis mendalam, statistik terkini, dan berita sepakbola terpercaya seputar Dortmund dan Liga Champions hanya di Score.co.id – sumber utama Anda untuk cerita di balik gol!












