Posisi pemain PSG Sekarang di Era Baru Tanpa Mbappe 2025

Posisi Pemain PSG di Era Baru Tanpa Mbappe Tahun 2025

posisi pemain psg sekarang
posisi pemain psg sekarang

Posisi pemain PSG Sekarang

score.co.id – Musim 2024-2025 menjadi saksi transformasi radikal Paris Saint-Germain. Tanpa Kylian Mbappe sosok yang selama tujuh tahun menjadi jantung serangan, banyak yang meramalkan keruntuhan. Tapi kenyataannya? PSG justru melesat lebih tinggi, meraih continental treble pertama dalam sejarah klub: Ligue 1, Coupe de France, dan Liga Champions. Bagaimana tim ini berubah dari ketergantungan pada bintang tunggal menjadi mesin kolektif yang tak terbendung? Simak analisis eksklusif dari sudut pandang taktis dan dinamika skuad.

Revolusi Skuad: Fondasi Baru Les Parisiens

Keberangkatan Mbappé ke Real Madrid pada Juli 2024 sempat mengguncang markas PSG. Alih-alih panik, manajemen justru menjadikan momen ini sebagai titik balik strategis. Kebijakan transfer bergeser drastis: bukan lagi memburu superstar mahal, tapi merekrut pemain muda berbakat yang cocok dengan visi Luis Enrique. Empat nama menjadi pilar perubahan: Khvicha Kvaratskhelia (sayap kiri, dibeli dari Napoli), João Neves (gelandang bertahan, direkrut dari Benfica), Willian Pacho (bek tengah, didatangkan dari Eintracht Frankfurt), dan Désiré Doué (penyerang serba bisa, produk Stade Rennais).

Komposisi skuad kini lebih seimbang, dengan kedalaman di setiap lini. Perhatikan tabel inti skuad PSG musim ini:

Posisi Pemain Utama
Penjaga Gawang Gianluigi Donnarumma, Matvey Safonov, Arnau Tenas
Bek Achraf Hakimi, Marquinhos (Kapten), Lucas Hernandez, Nuno Mendes, Willian Pacho
Gelandang Vitinha, João Neves, Warren Zaïre-Emery, Fabián Ruiz, Lee Kang-in
Penyerang Ousmane Dembélé, Khvicha Kvaratskhelia, Bradley Barcola, Gonçalo Ramos
Baca Juga  Posisi Pemain PSG Sekarang 2025, Siapa Masuk Nominasi Ballon d'Or?

Perombakan ini bukan sekadar ganti nama. PSG membangun identitas baru: tim yang lebih gesit, teknis, dan-yang paling krusial-siap bekerja keras secara kolektif.

Filosofi Luis Enrique: Kolektivitas sebagai Senjata Mematikan

“Tahun ini, saya mengendalikan segalanya. Tanpa terkecuali,” tegas Luis Enrique di awal musim. Pernyataan itu bukan retorika. Tanpa Mbappé, pelatih asal Spanyol itu leluasa menerapkan filosofi “semua menyerang, semua bertahan”. Setiap pemain-bahkan penyerang seperti Dembélé dan Kvaratskhelia-wajib turun membantu pertahanan. Hasilnya? PSG menjadi tim dengan clean sheet terbanyak di Ligue 1 (18 dari 34 laga) dan pertahanan terketat di Liga Champions.

Revolusi taktis ini mematahkan paradigma lama. Dulu, serangan PSG selalu berpusat pada Mbappé, membuat pola permainan mudah ditebak lawan. Kini, tanpa “gravitasi individu”, skema serangan jadi lebih cair dan multidimensi. Bradley Barcola (8 gol, 11 assist) dan Ousmane Dembélé (15 gol, 9 assist) saling bertukar posisi sayap, sementara Kvaratskhelia (12 gol) bebas menjelajah area tengah. Fleksibilitas ini membuat PSG mencetak gol dari 11 pemain berbeda di kompetisi Eropa-rekor baru klub.

Anatomi Formasi: 4-3-3 yang Hidup dan Bernapas

Secara formal, PSG tetap bermain 4-3-3. Namun dalam eksekusi, formasi ini berubah dinamis layaknya organisme hidup:

  • Lini Serang Tanpa Batas: Trio Dembélé-Kvaratskhelia-Barcola terus melakukan rotasi posisi. Dembélé bisa tiba-tiba muncul di kiri, Barcola menyapu ke tengah, sementara Kvaratskhelia memotong balik ke kanan. Pola ini memecah konsentrasi bek lawan dan menciptakan ruang bagi gelandang.
  • Mesin Kreator Lini Tengah: Kombinasi Vitinha (pengatur tempo), João Neves (pemutus serangan), dan Fabián Ruiz (penghubung serangan) menjadi tulang punggung taktik Enrique. Neves, khususnya, adalah penemuan terbaik: rata-rata 3.5 interception per laga di Liga Champions. Sementara Vitinha mencetak 7 gol penting dari luar kotak penalti-bukti betapa serangan PSG tak lagi bergantung pada penyerang murni.
  • Benteng Kokoh Lini Belakang: Marquinhos dan Willian Pacho membentuk duet bek tengah komplementer. Pacho fisiknya dominan (72% duel udara menang), sementara Marquinhos piawai membaca permainan (94% passing accuracy). Di belakang mereka, Donnarumma tampil sebagai pahlawan di momen krusial, seperti penyelamatan penalty atas Manchester City di semifinal Liga Champions.
Baca Juga  Jadwal Bola Malam Ini 20 April 2024 : Ada Big Match Zona Asia Piala Asia U23

Tiga Pilar Taktik yang Menghancurkan Lawan

Kesuksesan PSG berdiri di tiga strategi yang dijalankan dengan disiplin baja:

  1. Penguasaan Bola Bertujuan: PSG tak sekadar mempertahankan bola (rata-rata 68% possession), tapi memakainya sebagai senjata psikologis. Mereka memaksa lawan berlari tanpa henti lewat umpan pendek cepat, baru kemudian menciptakan peluang mematikan.
  2. Pressing Monster Setelah Kehilangan Bola: Begitu bola direbut lawan, seluruh tim PSG langsung berubah mode-menekan agresif dalam 5 detik pertama. Sistem counter-press ini memicu 12 gol dari kesalahan lawan di Liga Champions.
  3. Transisi Kilat yang Terkendali: PSG unggul dalam beralih dari bertahan ke menyerang dalam 3-5 detik. Tapi transisi ini tak asal cepat. Neves dan Zaïre-Emery selalu memastikan ada 3-4 opsi passing sebelum melepas umpan terobosan ke sayap.

Dampak Global dan Proyeksi Masa Depan

Kesuksesan PSG tanpa Mbappé mengirim gelombang kejut ke seluruh Eropa. Bukan hanya karena treble-nya, tapi karena mereka membuktikan bahwa model tim kolektif bisa mengalahkan tim berbintang seperti Manchester City dan Real Madrid. Finansial pun sehat: gaji pemain turun 23% pasca-Mbappé, dana dialihkan untuk memperpanjang kontrak pemain kunci seperti Zaïre-Emery dan Barcola.

Luis Enrique sendiri berkomentar: “Ini bukan tentang menggantikan Mbappé. Ini tentang menciptakan sesuatu yang lebih besar dari satu pemain. Kami sekarang adalah sebuah sistem.”

Ke depan, dominasi PSG diprediksi bertahan. Dengan pemain muda seperti Doué (19 tahun) dan Moscardo (18 tahun) yang mulai mendapat menit bermain, plus pendapatan finansial dari jersey Kvaratskhelia yang laris manis, mereka punya fondasi untuk jangka panjang. Tantangannya? Mempertahankan mental juara ketika status kini berubah dari “pengejar” menjadi “yang dikejar”.

Penutup: Lahirnya Raksasa Baru yang Lebih Tangguh

Era tanpa Mbappé justru melahirkan PSG versi terbaik: tim yang solid, taktis, dan haus gelar. Transformasi dari tim berbintang menjadi mesin kolektif ini bukan hanya kisah sukses sepak bola, tapi juga pelajaran berharga tentang arti sinergi. Seperti kata pepatah Spanyol yang kerap diulang Enrique: “El árbol no te deja ver el bosque” (pohon bisa menghalangi pandanganmu terhadap hutan). Kini, setelah “pohon” Mbappé pergi, seluruh dunia melihat “hutan” PSG yang sebenarnya-sebuah ekosistem sempurna yang siap merajai Eropa.

Baca Juga  Hasil Coppa Italia - Arkadiusz Milik Ukir Hat-trick, Juventus Bantai Frosinone dan Lolos Semifinal

Jangan lewatkan analisis mendalam lainnya seputar sepak bola Eropa hanya di score.co.id! Klik di sini untuk update berita transfer dan taktik terkini.