Pelatih Brunei Darussalam U-23 2025
score.co.id – Di tengah hiruk-pikuk persiapan turnamen Asia Tenggara, satu pertanyaan kritis menggantung: Bagaimana Tim Nasional U-23 Brunei Darussalam menghadapi dua ajang regional bergengsi 2025 tanpa pelatih kepala? Kabar terbaru mengonfirmasi posisi pelatih masih “kosong” per April 2025. Padahal, jadwal sudah mengetuk pintu. Pada Juli mendatang, mereka akan berhadapan dengan raksasa seperti Indonesia dan Malaysia di Kejuaraan AFF U-23, disusul kualifikasi Piala Asia U-23 AFC September nanti. Tantangan ini bukan sekadar urusan taktik, tapi uji nyali bagi generasi muda Brunei di panggung kompetitif.
Status Pelatih dan Agenda Padat 2025
Kekosongan Kursi Pelatih: Alarm Merah untuk FABDFootball Association of Brunei Darussalam (FABD) tercatat belum menunjuk pelatih kepala untuk tim U-23 meski jelang turnamen krusial. Situasi ini kontras dengan tim senior yang diasuh Fabio Maciel. Melacak sejarah, Brunei pernah menunjuk pelatih asing berpengalaman seperti Atsushi Hanita (2023) dan Kwon Oh-son (2013, 2017). Namun, sejak kepemimpinan Aminuddin Jumat berakhir pada 2022, kursi pelatih U-23 seperti kehilangan arah.

Yang mengkhawatirkan, situs resmi FABD (the-fabd.com) sama sekali tak menyediakan informasi terbaru tentang rekrutmen atau target tim. Ini memicu spekulasi: apakah federasi kesulitan menarik kandidat kompeten, atau ada restrukturisasi internal yang belum tuntas? Padahal, tanpa pelatih, mustahil membangun kohesi tim, menyusun strategi jangka panjang, atau mengevaluasi potensi pemain.
Kalender Turnamen: Ujian Berlapis untuk Garuda MudaBrunei telah mengokohkan partisipasi di dua turnamen:
| Turnamen | Tanggal | Lawan | Lokasi |
|---|---|---|---|
| Kejuaraan AFF U-23 2025 | 15 Juli 2025 | Indonesia | Jakarta, Indonesia |
| Kejuaraan AFF U-23 2025 | 18 Juli 2025 | Malaysia | Jakarta, Indonesia |
| Kejuaraan AFF U-23 2025 | 21 Juli 2025 | Filipina | Bekasi, Indonesia |
| Kualifikasi AFC U-23 2026 | 3 Sept 2025 | Qatar | Doha, Qatar |
| Kualifikasi AFC U-23 2026 | 6 Sept 2025 | Bahrain | Doha, Qatar |
Catatan sejarah tak berpihak pada Brunei: Di AFF U-23 2022 dan 2023, mereka tersingkir di grup tanpa sekaligus menang. Sementara di kualifikasi Piala Asia U-23 AFC, Brunei belum pernah lolos. Tantangan tahun ini bahkan lebih berat: di Grup A AFF U-23, mereka berhadapan dengan tuan rumah Indonesia yang didukung puluhan ribu suporter, Malaysia yang konsisten di papan atas, dan Filipina yang sedang naik daun.
Analisis Strategis: Peluang di Balik Tantangan
Rekor Kelam dan Mentalitas PemainBrunei kerap menjadi “underdog abadi” di level U-23. Kekalahan 11-0 dari Suriah (2023) dan 8-0 dari Thailand (2022) adalah bukti betapa tim ini kesulitan bersaing secara teknis dan fisik. Faktor psikologis menjadi penghambat utama: pemain kerap tampil gugup saat berhadapan dengan tim besar. Minimnya kompetisi domestik juga membuat intensitas pertandingan internasional terasa seperti lompatan besar.
Namun, ada secercah harapan. Beberapa pemain seperti Abdul Hariz Herman (gelandang) dan Hakeme Yazid Said (striker) menunjukkan potensi di level klub. Tantangannya, tanpa pelatih yang kompeten, sulit mengoptimalkan bakat-bakat ini. Seperti diungkapkan seorang pengamat sepak bola ASEAN: “Brunei punya bahan mentah, tapi tak ada koki yang mampu mengolahnya jadi hidangan istimewa. Kekosongan pelatih adalah bom waktu untuk perkembangan pemain muda mereka.”
Peluang Emas di Tengah KeterbatasanMeski berat, partisipasi di dua turnamen ini membawa misi strategis:
- Laboratorium Pemain Muda: Turnamen menjadi ajang uji coba untuk mengidentifikasi bakat yang layak dipromosikan ke tim senior.
- Pembangunan Kultur Kompetitif: Mengurangi selisih gol dan tampil lebih solid adalah target realistis. Kemenangan mungkin masih mimpi, tapi pertandingan ketat melawan Filipina atau Bahrain bisa jadi tolok ukur kemajuan.
- Jembatan Menuju Siklus Berikutnya: Pemain U-23 hari ini adalah tulang punggung timnas Brunei di SEA Games 2027 dan 2029.
FABD bisa belajar dari Kamboja dan Timor Leste yang berinvestasi besar-besaran di akademi muda. Tanpa pembenahan struktural, Brunei berisiko tertinggal lebih jauh.
Target Realistis dan Peran FABD
Mimpi dan Realita di Lapangan HijauDengan situasi saat ini, target utama Brunei U-23 di 2025 jelas bukan gelar atau bahkan lolos grup. Fokusnya harus pada:
- Peningkatan Performa Per Pertandingan: Menekan kekalahan menjadi maksimal 2-3 gol selisih.
- Eksperimen Formasi: Mencari pola permainan yang cocok dengan karakter pemain lokal.
- Scouting Pemain Kunci: Mengidentifikasi 3-5 pemain yang bisa jadi inti tim nasional 5 tahun ke depan.
Tugas Berat untuk FederasiFABD dihadapkan pada pekerjaan rumah mendesak:
- Segera isi kekosongan pelatih dengan figur yang paham konteks sepak bola Asia Tenggara.
- Tingkatkan frekuensi turnamen persahabatan untuk aklimatisasi pemain.
- Kolaborasi dengan klub lokal untuk memastikan jadwal latihan yang konsisten.
Seperti dikatakan mantan pelatih Brunei U-23, Stephen Ng: “Konsistensi adalah kunci. Pemain muda butuh sistem yang ajek, bukan perubahan drastis tiap tahun.”
Penutup: Langkah Kecil Menuju Perubahan
Tim U-23 Brunei Darussalam 2025 menghadapi jalan terjal. Ketiadaan pelatih dan rekor historis yang suram adalah tantangan nyata. Namun, partisipasi di AFF U-23 dan Kualifikasi AFC U-23 harus dilihat sebagai batu loncatan. Setiap pertandingan adalah kesempatan untuk membangun mentalitas kompetitif dan menemukan identitas permainan. Bagi FABD, momentum ini adalah ujian komitmen terhadap pembinaan generasi muda. Jika Brunei mampu tampil lebih terorganisir dan mengurangi selisih gol, itu sudah jadi kemenangan kecil.
“Sepak bola muda bukan soal trofi semata, tapi tentang menanam benih untuk masa depan,” tutup seorang analis sepak bola Asia.
Pantau terus perkembangan terbaru timnas Brunei dan berita sepak bola Asia terkini hanya di score.co.id.












