Gaji Pemain Barito Putera
score.co.id – Barito Putera, kebanggaan Kalimantan Selatan, kini terhempas ke jurang degradasi usai tersingkir dari Liga 1 Indonesia. Musim penuh gejolak ini tak hanya meruntuhkan posisi mereka di klasemen, tapi juga membeberkan realitas finansial klub yang memicu decak kagum-khususnya soal gaji pemain. Angka-angka fantastis mulai terkuak, memantik pertanyaan besar: akankah Laskar Antasari bertahan di tengah badai ini? Simak ulasan eksklusif soal gaji pemain Barito, dampak degradasi, dan strategi kebangkitan mereka!
Badai Degradasi dan Sorotan pada Gaji Pemain
Sepak bola lebih dari sekadar gol dan trofi; ia adalah permainan ambisi, strategi, dan tentu saja, duit. Barito Putera, yang dulu bersinar di papan atas Liga Indonesia, kini terpaksa menelan pil pahit degradasi ke Liga 2 untuk musim 2025/2026. Jatuhnya mereka bukan cuma soal prestasi, tapi juga memicu guncangan finansial-terutama pada struktur gaji skuad. Dari nilai pasar pemain yang bikin melongo, hingga keputusan nekat mendatangkan pelatih top, ada banyak “nominal mengejutkan” yang terungkap. Yuk, kita bedah satu-satu!

Potret Skuad 2024/2025: Nilai Pasar Tinggi, Prestasi Rendah
Di atas kertas, Barito datang ke Liga 1 2024/2025 dengan skuad mentereng. Sayangnya, hasil akhir berkata lain: peringkat 17 dengan 34 poin! Investasi besar ternyata tak jamin kesuksesan. Untuk mengukur kesehatan finansial klub, nilai pasar pemain bisa jadi indikator-meski bukan patokan gaji resmi.
Berdasarkan data Transfermarkt dan AiScore per Mei/Juni 2025, Barito punya sejumlah “aset mahal”. Penyerang Jaime Moreno ditaksir €500 ribu (Rp8,69 miliar), sementara Murilo Otávio Mendes menyentuh €275 ribu (Rp4,78 miliar). Di lini belakang, Renan Alves dihargai €320 ribu (Rp3,48 miliar), dan gelandang Lucas Morelatto mencapai €300 ribu (Rp5,21 miliar). Total nilai skuad bahkan tembus Rp60 miliar-angka yang luar biasa untuk tim Liga 1!
Tapi di balik gemerlap angka, ada ironi pahit. Skuad seharga itu gagal bertahan! Inilah “kejutan pertama”: nilai pasar fantastis ternyata tak otomatis berbuah prestasi. Apa penyebabnya? Salah strategi, manajemen tim berantakan, atau faktor X lain?
Beberapa pemain dengan nilai pasar tertinggi:
- Jaime Moreno (Penyerang): €500k / Rp8,69 M
- Murilo Otávio Mendes (Penyerang): €275k / Rp4,78 M
- Renan Alves (Bek): €320k / Rp3,48 M
- Lucas Morelatto (Gelandang): €300k / Rp5,21 M
- Bagas Kaffa (Bek): €200k / Rp3,48 M
Catatan: Nilai pasar bersifat estimasi. Konversi euro-rupiah bisa berubah.
Degradasi ke Liga 2: Gaji Pemain di Ujung Tanduk
Jatuh ke Liga 2 langsung bikin cash flow klub terancam. Pendapatan dari siaran, sponsor, dan tiket diprediksi merosot tajam. Alhasil, manajemen terpaksa menggunting anggaran-termasuk gaji pemain. Di Liga 1, bintang asing seperti Moreno atau Morelatto bisa mengantongi ratusan juta per bulan. Di kasta kedua? Hampir mustahil dipertahankan.
CEO Hasnuryadi Sulaiman pun bersikap transparan: ia “merelakan” pemain cari peluang baru-bahkan buat yang baru perpanjang kontrak seperti Bagus Kahfi dan Iqbal Gwijangge. Langkah ini buktikan realitas pahit: Barito tak sanggup lagi mempertahankan gaji tinggi untuk semua bintangnya.
Eksodus pemain kunci hampir pasti terjadi. Morelatto (nilai pasar Rp5,21 M) kemungkinan besar hengkang ke klub Liga 1. Begitu pula Moreno yang terbiasa gaji selangit. Bagi yang bertahan, potongan gaji bisa mencapai 50%! Ini “kejutan kedua”: betapa drastisnya penyesuaian finansial ini.
Tapi selalu ada hikmah. Degradasi bisa jadi momentum membangun tim berbasis pemain muda atau lokal yang lebih ekonomis. Fokus pada bibit akademi sendiri bisa jadi solusi jitu-hemat biaya tapi berpotensi besar.
Ambisi Bangkit: Stefano Cugurra dan Investasi Berani
Di tengah keterpurukan, Barito malah bikin kejutan! Mereka datangkan Stefano “Teco” Cugurra sebagai pelatih untuk musim 2025/2026. Teco-sosok yang pernah bawa Persija dan Bali United juara Liga 1-adalah nama besar dengan segudang prestasi. Langkah ini diumumkan Juni 2025, sekaligus dengan tekad: “Kami siap hadapi ombak Liga 2 dan kembali ke Liga 1!”
Yang bikin publik tercengang: di saat klub degradasi biasanya berhemat, Barito justru gelontorkan dana besar untuk pelatih top! Ini “kejutan ketiga” yang tunjukkan keseriusan Hasnuryadi Sulaiman. Status Teco sebagai WNI juga jadi nilai plus, mengingat Liga 2 tak izinkan pelatih asing.
Tak cuma itu, klub juga gencar renovasi Stadion 17 Mei di Banjarmasin dan telah dapat dukungan sponsor dari Bank Kalsel. Fondasi finansial dan infrastruktur dipersiapkan matang untuk menghadapi kerasnya Liga 2.
Dengan Teco di kursi kepelatihan, peluang promosi cepat terbuka lebar. Tapi tantangan finansial tetap nyata. Rata-rata nilai pasar klub Liga 2 (seperti PSIM atau Bhayangkara) hanya sekitar Rp44 miliar-jauh di bawah Barito sebelumnya (Rp60 miliar). Artinya, mereka harus cermat menata ulang gaji dan rekrut pemain sesuai budget, sambil andalkan kejeniusan Teco di lapangan.
Penutupan: Masa Depan Barito Putera di Ujung Tangan
Degradasi telah buka tabir “nominal mengejutkan” gaji pemain Barito: mulai dari nilai pasar fantastis yang tak berbanding prestasi, ancaman eksodus bintang, hingga investasi berani pada Teco. Meski tantangan di Liga 2 bakal berat, langkah strategis klub ini menunjukkan nyali untuk bangkit. Akankah Laskar Antasari kembali dengan gemilang? Kita saksikan bersama!
Jangan lupa ikuti score.co.id untuk update terkini seputar Barito Putera dan berita sepak bola lainnya!












