5 Pertandingan Terakhir Atalanta: Analisis Performa & Statistik Tim

Data Statistik & Tren Performa La Dea Terbaru 2025

5 Pertandingan Terakhir Atalanta: Analisis Performa & Statistik Tim
5 Pertandingan Terakhir Atalanta: Analisis Performa & Statistik Tim

5 Pertandingan Terakhir Atalanta

score.co.id – Sebuah kekalahan telak 0-3 di kandang sendiri dari Sassuolo, tim yang terperosok di zona degradasi, menjadi titik nadir yang memaksa manajemen Atalanta mengambil tindakan drastis: memecat pelatih Ivan Juric. Peristiwa pada 9 November 2025 itu seperti potret mini dari lima laga terakhir La Dea—sebuah periode yang diwarnai ketidakstabilan, kontras performa yang mencolok antara panggung Eropa dan domestik, serta pertanyaan besar tentang masa depan. Dalam rentang pentas tersebut, hanya ada satu kemenangan, diselingi dua hasil imbang dan dua kekalahan yang menyisakan luka.

Analisis eksklusif score.co.id ini tidak hanya akan memotret hasil skor, tetapi menyelami lebih dalam akar permasalahan taktis, mengupas statistik kunci, dan memproyeksikan jalan yang harus ditempuh Atalanta di bawah kepemimpinan baru Raffaele Palladino. Kami akan menguraikan mengapa tim yang dikenal ofensif ini hanya mampu mencetak 3 gol dan kebobolan 6 kali, serta bagaimana kemenangan di Champions League justru menjadi penegas paradoks yang mereka alami.

Data Statistik & Tren Performa La Dea Terbaru 2025
Data Statistik & Tren Performa La Dea Terbaru 2025

Kronologi 5 Pertandingan Terakhir: Sebuah Kisah Dua Wajah

Lima laga terakhir Atalanta hingga 22 November 2025 menggambarkan sebuah drama dengan dua alur yang bertolak belakang. Di satu sisi, ada ketangguhan mental di kompetisi elit Eropa. Di sisi lain, kegamangan dan ketidakmampuan menyelesaikan masalah di liga domestik menjadi cerita yang berulang.

Benturan Realita: Kekalahan Memalukan dari Sassuolo

Pertandingan pada 9 November 2025 ini bukan sekadar kekalahan; ini adalah sebuah pernyataan. Ditandangi Sassuolo di Gewiss Stadium dengan skor 0-3, Atalanta tampak seperti tim yang kehilangan arah dan jiwa. Meski mendominasi penguasaan bola sebesar 58%, mereka gagal total mengubahnya menjadi ancaman yang berarti. Hanya 4 tembakan tepat sasaran yang berhasil dilepaskan, sementara lini pertahanan porak-poranda diterjang Domenico Berardi yang mencetak brace dan Andrea Pinamonti. Kekalahan ini menjadi pukulan final bagi karier Ivan Juric di Bergamo, yang dipecat keesokan harinya setelah catatan buruk: hanya 2 kemenangan dari 11 laga Serie A.

Baca Juga  Jelang Piala Asia 2023, Tiga Pemain Timnas Indonesia Kemungkinan Berstatus Tanpa Klub

Cahaya di Kegelapan: Kemenangan Taktis atas Marseille

Tiga hari sebelumnya, tepatnya 5 November 2025, Atalanta menunjukkan wajah yang sama sekali berbeda. Melawan Olympique Marseille di kandang lawan dalam lanjutan fase liga Champions League, mereka tampil disiplin, kompak, dan efisien. Satu-satunya gol dalam laga itu dicetak oleh Lazar Samardzic pada menit ke-52, memastikan tiga poin penting. Yang lebih mengesankan adalah clean sheet yang mereka pertahankan—satu-satunya dalam lima pertandingan terakhir. Giorgio Scalvini dan Isak Hien tampil perkasa di jantung pertahanan, meredam setiap gelombang serangan Marseille. Dengan 52% penguasaan bola dan 6 tembakan tepat sasaran, Atalanta membuktikan bahwa mereka masih memiliki kualitas untuk bersaing di level tertinggi.

Dominasi yang Mandul: Kekalahan Tipis dari Udinese

Jelang pertemuan dengan Marseille, Atalanta harus menelan pil pahit kekalahan 1-0 dari Udinese pada 1 November 2025. Ironisnya, mereka mendominasi permainan dengan 60% penguasaan bola dan melepaskan 13 tembakan. Namun, efektivitas menjadi masalah utama. Ademola Lookman dan Charles De Ketelaere melewatkan peluang-peluang emas, sementara pertahanan kembali menunjukkan kerapuhannya terhadap serangan balik. Satu gol Nicolò Zaniolo di babak pertama sudah cukup untuk mengantarkan tiga poin untuk tuan rumah, memperlihatkan betapa rapuhnya Atalanta dalam mengonversi dominasi menjadi hasil.

Pertarungan Sengit: Berbagi Poin dengan Raksasa Milan

Pada 28 Oktober 2025, Atalanta berhasil menghentikan laju kekalahan dengan bermain imbang 1-1 melawan AC Milan di kandang sendiri. Gol yang dicetak Mario Pasalic sempat memberi harapan, namun kualitas Milan pada akhirnya menyamakan kedudukan. Pertandingan ini berlangsung sangat seimbang dengan pembagian penguasaan bola 50-50, meski Atalanta terlihat lebih banyak menciptakan peluang berbahaya dengan 7 tembakan tepat sasaran. Hasil imbang ini, meski terasa kurang, setidaknya menunjukkan bahwa semangat bertarung masih ada, meski ketajaman di lini depan masih menjadi pekerjaan rumah.

Awal Tren Negatif: Imbang Mengecewakan Melawan Cremonese

Lima laga terakhir dibuka dengan hasil imbang 1-1 melawan Cremonese pada 25 Oktober 2025. Nikola Zalewski berhasil membukukan namanya di papan skor, namun sekali lagi pertahanan tidak mampu mempertahankan keunggulan. Cremonese menyamakan kedudukan melalui sebuah penalti, menguak masalah konsentrasi dan disiplin di lini belakang. Atalanta mengontrol permainan dengan 55% penguasaan bola, tetapi kontrol tersebut tidak diimbangi dengan soliditas defensif yang dibutuhkan untuk memenangi pertandingan.

Analisis Performa Taktikal dan Individu: Mencari Identitas yang Hilang

Di bawah kendali Ivan Juric, Atalanta konsisten menggunakan formasi 3-4-2-1 dengan filosofi pressing tinggi dan transisi cepat. Namun, dalam lima laga terakhir, filosofi itu justru menjadi bumerang di Serie A. Tekanan tinggi yang diterapkan seringkali gagal direproduksi secara konsisten selama 90 menit, meninggalkan celah besar di lini belakang yang mudah dieksploitasi lawan melalui serangan balik. Rata-rata kebobolan 1.2 gol per pertandingan adalah bukti nyata dari masalah struktural ini.

Baca Juga  Najwa Shihab hingga Akmal Marhali Didapuk Jadi Anggota Satgas Antimafia Bola Bentukan PSSI

Namun, yang menarik adalah pendekatan yang berbeda di Champions League. Melawan Marseille, Atalanta tampil lebih pragmatis. Mereka tidak memaksakan pressing buta, tetapi memilih waktu yang tepat untuk menekan, lalu dengan cepat beralih ke serangan balik yang mematikan. Gol Samardzic adalah buah dari strategi ini. Ini menunjukkan bahwa skuad sebenarnya mampu beradaptasi, tetapi perhaps kurangnya variasi taktik dari Juric di Serie A membuat mereka mudah ditebak.

Beberapa penampilan individu layak disorot:

  • Lazar Samardzic: Sang pahlawan di Marseille tidak hanya mencetak gol krusial, tetapi juga menjadi penggerak kreatif utama dengan rata-rata 2.5 peluang tercipta per laga. Dia adalah simbol harapan di tengah krisis kreativitas.
  • Ademola Lookman dan Charles De Ketelaere: Dua nama ini memiliki potensi ledakan yang luar biasa, tetapi konsistensi menjadi musuh terbesar mereka. Dalam lima laga terakhir, keduanya tampil fluktuatif dan kerap gagal dalam pengambilan keputusan akhir.
  • Giorgio Scalvini: Di tengah kegoyahan lini belakang, Scalvini tetap menjadi pilar andalan dengan rating rata-rata 7.2. Kemampuan dalam membaca permainan dan duel udara membuatnya menjadi salah satu bek tengah paling menjanjikan di Eropa.

Pergantian pelatih ke Raffaele Palladino diharapkan bisa membawa angin segar. Gaya Palladino yang dikenal lebih fleksibel dan ofensif, dengan variasi formasi, bisa menjadi penawar racun bagi kejenuhan taktik yang dialami tim.

Statistik Tim Rinci: Menguak Data di Balik Kinerja

Untuk memahami performa Atalanta secara lebih objektif, mari menelaah data agregat dari lima pertandingan terakhir. Tabel berikut merangkum metrik kunci yang mengungkap cerita di balik angka-angka.

Kategori Nilai Rata-rata per Pertandingan Analisis
Possession 56% Dominasi bola tidak menjadi jaminan kemenangan, terbukti dari kekalahan saat possession tinggi.
Tembakan Total 11.4 Angka ini tergolong rendah untuk tim dengan ambisi menyerang seperti Atalanta.
Tembakan Tepat Sasaran 4.3 (38% akurasi) Masalah efisiensi: terlalu banyak tembakan yang tidak mengancam.
Gol Dicetak 0.6 Rasio konversi yang sangat rendah, mencerminkan masalah ketajaman di lini depan.
Gol Kebobolan 1.2 4 dari 6 gol kebobolan terjadi di babak kedua, indikasi kuat masalah stamina dan konsentrasi.
Serangan Berbahaya 42 Menunjukkan kemampuan membangun ancaman, tetapi eksekusi akhir yang bermasalah.
Tendangan Sudut 4.8 Pemanfaatan bola mati yang kurang optimal, hanya menghasilkan 1 gol dari situasi ini.
Kartu Kuning 1.6 Disiplin yang relatif terjaga di tengi tekanan.
Baca Juga  Hasil Piala Dunia U-17 2023 - Diwarnai Koreksi Keputusan VAR, Mamadou Doumbia Cetak Hattrick untuk Kemenangan Mali atas Uzbekistan

Beberapa insight krusial dari data tersebut:

  • Krisis Finishing: Dengan hanya 0.6 gol yang dicetak per pertandingan, Atalanta jelas mengalami masalah serius dalam menyelesaikan peluang. Expected Goals (xG) yang terbuang diperkirakan cukup tinggi.
  • Kerentanan Babak Kedua: Tren kebobolan di babak kedua (67% dari total gol lawan) mengindikasikan masalah kebugaran fisik atau kurangnya kedalaman bangku cadangan yang berkualitas untuk menjaga intensitas.
  • Dominasi Palsu: Penguasaan bola rata-rata 56% adalah angka yang bagus, tetapi menjadi tidak bermakna ketika tidak diiringi dengan tembakan berkualitas dan soliditas defensif.

Implikasi dan Prospek Mendatang: Era Baru di Bawah Palladino

Kedatangan Raffaele Palladino sebagai nahkoda baru adalah titik balik yang potensial. Pelatih muda ini dikenal dengan kemampuannya membentuk tim yang solid, tangguh, dan memiliki lebih banyak ide taktis dibandingkan pendahulunya. Tugas pertamanya adalah mengembalikan kepercayaan diri pemain, terutama di lini depan.

Di Serie A, Atalanta terperangkap di posisi 11 klasemen sementara, jauh dari zona kompetisi Eropa. Namun, di Champions League, mereka masih memiliki nasib di tangan sendiri. Momentum kemenangan atas Marseille harus dijadikan fondasi untuk membenahi performa di domestik.

Pertandingan segera melawan Napoli akan menjadi ujian pertama yang sangat berat bagi Palladino. Menghadapi tim dengan firepower seperti Napoli membutuhkan organisasi pertahanan yang jauh lebih rapat dan efisiensi serangan balik yang sempurna. Jika Atalanta mampu memperbaiki rasio konversi peluang dan menjaga fokus hingga peluit akhir, maka peluang untuk bangkit dan mengejar ketertinggalan di klasemen masih terbuka lebar.

Kesimpulan: Sebuah Titik Balik yang Menentukan

Lima pertandingan terakhir Atalanta adalah sebuah rollercoaster emosi yang diakhiri dengan perubahan fundamental. Dari kekalahan memalukan di Serie A hingga kemenangan penuh karakter di Eropa, periode ini mengajarkan bahwa masalah utama terletak pada konsistensi, efisiensi, dan mungkin, variasi taktis. Pemecatan Ivan Juric adalah sebuah keputusan yang menggambarkan ambisi klub, dan pengangkatan Raffaele Palladino adalah sebuah langkah berani menuju masa depan yang diharapkan lebih cerah.

Data statistik dengan jelas menunjukkan akar masalah: pertahanan yang rapuh di babak akhir dan serangan yang tumpul. Kini, semua mata tertuju pada bagaimana Palladino memahat identitas baru bagi La Dea. Apakah dia bisa mengembalikan Atalanta sebagai tim yang ditakuti dan menghibur? Jawabannya akan dimulai dari pertandingan-pertandingan selanjutnya.

Pantau terus perkembangan terbaru seputar Atalanta dan analisis mendalam lainnya hanya di Score.co.id.