10 Laga Terakhir Manchester City
Score.co.id – Memasuki musim 2025/2026, Manchester City tetap menjadi kekuatan yang harus diperhitungkan di kancah domestik dan Eropa. Namun, serangkaian hasil yang tidak konsisten di awal musim, terutama dalam periode Juni hingga September 2025, menunjukkan adanya kerentanan yang sebelumnya jarang terlihat. Meskipun mampu mencatatkan kemenangan telak, tiga kekalahan dalam laga-laga kompetitif penting dan hasil imbang yang dramatis menandakan bahwa tim asuhan Pep Guardiola tidak lagi tak terkalahkan. Analisis mendalam terhadap 10 pertandingan terakhir mereka mengungkap sebuah pola yang dapat dieksploitasi oleh lawan-lawan yang cerdik secara taktis.
Rekapitulasi 10 Laga Terakhir
Untuk memahami konteks performa mereka, berikut rekapitulasi dari 10 pertandingan kompetitif terakhir Manchester City:
| Lawan | Kompetisi | Skor | Hasil |
|---|---|---|---|
| Wolverhampton Wanderers | Premier League | 4-0 | Kemenangan |
| Tottenham Hotspur | Premier League | 0-2 | Kekalahan |
| Brighton & Hove Albion | Premier League | 1-2 | Kekalahan |
| Al Hilal | Piala Dunia Antarklub | 3-4 | Kekalahan |
| Arsenal | Premier League | 2-1 | Kemenangan |
| Manchester United | Premier League | 3-1 | Kemenangan |
| Arsenal | Premier League | 1-1 | Imbang |
Data ini menunjukkan fluktuasi yang cukup signifikan, dimulai dari kemenangan meyakinkan melawan Wolverhampton Wanderers dengan skor 4-0, diikuti kemudian oleh dua kekalahan beruntun dari Tottenham Hotspur (0-2) dan Brighton & Hove Albion (1-2). Performa mereka di Piala Dunia Antarklub juga tidak mulus, dengan kekalahan dramatis 3-4 dari Al Hilal setelah melalui perpanjangan waktu. Meski kemudian bangkit dengan kemenangan atas Arsenal dan Manchester United, hasil imbang 1-1 kontra Arsenal di markas mereka kembali menunjukkan ketidakstabilan. Pola ini mengindikasikan bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam mesin yang biasanya sangat rapi ini.

Identifikasi Kelemahan Kritis: Kerentanan dalam Transisi Negatif
Dari data 10 pertandingan terakhir, satu titik lemah yang paling signifikan dan berulang kali muncul adalah kerentanan Manchester City dalam fase transisi negatif. Ini adalah momen krusial tepat setelah mereka kehilangan penguasaan bola dan harus segera beralih ke mode bertahan. Tim-tim yang mampu menyerap tekanan dan melancarkan serangan balik yang cepat dan vertikal terbukti mampu menghukum City secara efektif. Filosofi bermain Guardiola yang menuntut penguasaan bola total dan garis pertahanan yang tinggi secara alami meninggalkan ruang di belakang.
Bukti dari Dalam Tim
Bukti paling kuat mengenai masalah ini datang dari dalam tim itu sendiri. Setelah kekalahan mengejutkan 3-4 dari Al Hilal di Piala Dunia Antarklub, gelandang senior Bernardo Silva secara blak-blakan menyoroti kelemahan timnya. Pernyataannya menjadi pilar utama dari analisis ini:
“Kami kurang konsentrasi dan organisasi saat kehilangan bola. Kami gagal mengontrol transisi permainan, dan itu membuat mereka terlalu sering mendapatkan peluang,” ujar Silva. Ia menambahkan, “Ketika tidak bisa menghentikan lawan berlari, kami selalu dalam masalah. Dan itulah yang terjadi hari ini.”
Pengakuan jujur ini mengonfirmasi bahwa masalah transisi bukan hanya pengamatan eksternal, tetapi juga kekhawatiran nyata yang dirasakan oleh para pemain di lapangan.
Dampak Pergantian Kiper pada Sistem Guardiola
Kelemahan ini diperparah secara signifikan oleh perubahan personel di posisi penjaga gawang. Selama bertahun-tahun, risiko dari sistem high-line Guardiola berhasil dimitigasi oleh kehadiran Ederson Moraes, seorang sweeper-keeper kelas dunia yang proaktif dalam membaca permainan dan memotong serangan balik sebelum menjadi ancaman nyata. Kemampuannya dalam bermain dari belakang juga menjadi fondasi bagi gaya permainan City.
Tantangan bagi Kiper Baru
Namun, analisis taktis musim 2025/2026 menunjukkan bahwa kepergian Ederson telah menurunkan kemampuan City untuk bermain dari belakang dan menangani tekanan. Kiper baru, James Trafford, meskipun berbakat, telah menunjukkan kerentanan dengan melakukan kesalahan fatal yang berujung pada gol, seperti dalam kekalahan melawan Tottenham. Ia mungkin belum memiliki ketenangan, pengambilan keputusan, atau kemampuan proaktif yang setara dengan pendahulunya. Dengan demikian, titik lemah City bukanlah sekadar “transisi negatif” secara abstrak; ini adalah masalah yang diperburuk oleh interaksi berbahaya antara filosofi taktis yang menuntut dan profil penjaga gawang yang mungkin belum sepenuhnya matang untuk sistem tersebut.
Studi Kasus Pembedahan Taktis: Tiga Kekalahan yang Mengungkap Pola
Tiga kekalahan dalam periode ini—melawan Al Hilal, Tottenham, dan Brighton—berfungsi sebagai studi kasus yang sempurna untuk membedah bagaimana kelemahan transisi ini dieksploitasi oleh lawan.
1. Kekalahan 3-4 dari Al Hilal (Piala Dunia Antarklub)
Dalam laga ini, City mendominasi penguasaan bola, namun Al Hilal secara konsisten menghukum mereka melalui serangan balik cepat. Meskipun City mencetak tiga gol, ketidakmampuan mereka untuk mengorganisir diri setelah kehilangan bola membuat pertahanan mereka terekspos berulang kali. Pernyataan Bernardo Silva setelah laga ini menjadi bukti paling sahih dari masalah tersebut.
2. Kekalahan 0-2 dari Tottenham Hotspur (Premier League)
Kekalahan di kandang sendiri menunjukkan pola yang hampir identik. Tottenham bertahan dengan solid dan disiplin, lalu menyerang dengan klinis saat mendapatkan kesempatan. Gol pertama dari Brennan Johnson dan gol kedua dari João Palhinha—yang memanfaatkan blunder kiper James Trafford—adalah hasil langsung dari ketidakmampuan City mengantisipasi serangan cepat dan kesalahan individual di bawah tekanan. Kekalahan ini membuktikan bahwa dominasi penguasaan bola (60% untuk City) tidak berarti apa-apa jika tidak diimbangi dengan keamanan saat kehilangan bola.
3. Kekalahan 1-2 dari Brighton & Hove Albion (Premier League)
Kekalahan ini mungkin menjadi ilustrasi paling jelas dari kerentanan City. Setelah unggul 1-0 dan mengontrol permainan, City runtuh setelah manajer Brighton, Fabian Hürzeler, melakukan serangkaian pergantian pemain yang berani, memasukkan pemain-pemain dengan kecepatan tinggi. Gol kemenangan Brighton yang dicetak oleh Brajan Gruda pada menit ke-89 berasal dari sebuah serangan balik di mana ia melaju kencang menembus pertahanan City yang terlihat terbuka lebar. Momen ini adalah contoh sempurna bagaimana garis pertahanan tinggi City dapat dihukum oleh kecepatan dan pergerakan vertikal yang terlatih.
Proyeksi dan Tantangan ke Depan bagi The Citizens
Mengidentifikasi masalah adalah langkah pertama, tetapi memperbaikinya adalah tantangan sebenarnya bagi Pep Guardiola. Masalah transisi negatif bukanlah hal baru dalam sepakbola, tetapi bagi sebuah tim yang begitu dominan seperti City, hal ini menjadi titik tekan yang mengejutkan. Lawan-lawan di Premier League dan Eropa pasti telah menonton rekaman pertandingan ini dan akan berusaha meniru formula yang diterapkan oleh Al Hilal, Tottenham, dan Brighton.
Solusi Potensial
Guardiola harus mencari solusi internal, seperti:
- Menyesuaikan intensitas press untuk mengurangi risiko kehilangan bola.
- Memberikan instruksi yang lebih jelas kepada para gelandang untuk menutup ruang lebih cepat setelah kehilangan bola.
- Memberikan waktu bagi James Trafford untuk beradaptasi dengan tuntutan unik sistemnya.
- Memasukkan pemain dengan profil lebih defensif di lini tengah dalam pertandingan-pertandingan tertentu untuk memberikan stabilitas ekstra.
Akhir Kata: Sebuah Ujian Karakter bagi Sang Juara Bertahan
Kerentanan dalam transisi negatif yang terekspos dalam 10 laga terakhir Manchester City telah memberikan blueprint bagi lawan untuk mengganggu dominasi mereka. Namun, sejarah membuktikan bahwa Guardiola dan skuadnya adalah pembelajar yang cepat. Kemampuan mereka untuk beradaptasi dan berevolusi adalah yang membuat mereka tetap berada di puncak selama bertahun-tahun.
Masalah ini justru menjadi ujian karakter yang menarik. Apakah City akan tersingkir oleh kelemahan mereka sendiri, ataukah mereka akan bangkit, menemukan solusi, dan kembali menunjukkan mengapa mereka dianggap sebagai salah satu tim terhebat di generasi ini? Jawabannya akan menentukan perjalanan mereka merebut lagi gelar Premier League dan menantang di Liga Champions.
Pantau terus perkembangan berita sepakbola terkini hanya di Score.co.id.












